-4. Genthelman-

183 30 7
                                    

SELAMAT MEMBACA^^

SAYA JANJI AKAN PENCET BINTANGNYA!!!

•••

Mentari menatap Fany yang ada di sampingnya, ia menghela nafas panjang. Fany terus saja asik dengan series yang ia tonton.

"Fany, nonton apa sih? Dari tadi loh." Fany menoleh sejenak, lalu kembali menatap layar ponselnya.

"Series Thailand. Itu loh, tokoh utamanya SarawatTine." Mentari hanya manggut-manggut walau tidak paham. Fany memang sangat menggemari Kpop dan Thailand.

Kalau kata Fany, rakyat Rainkatopeni dan K-Popers.

"Fany, aku mau cerita soal kak Bumi."

"Kenapa dia?"

"Kak Bumi baik, dia nawarin diri buat ajarin aku badminton. Biar bisa menang lomba itu loh. Kayak nya kak Bumi suka sama aku."

Fany langsung melotot tajam, ia menoyor pelan kepala Mentari.

"Ngaco lo! Kak Bumi itu dari dulu suka nya sama Kak Glory! Please ya tolong, pd nya lo dikurangin dikit lah ya."

Mentari mendengus kesal, ia mengerucutkan bibirnya.

"Terus, kenapa kak Bumi nawarin diri gitu? Padahal aku kan nggak minta." Fany memutar otaknya, ia mencoba berpikir keras. Heran.

"Eh tapi, kak Bumi ajuin satu syarat sih." Fany menjentikkan jarinya, ia yakin Bumi punya niat lain.

"Apa?"

"Aku suruh temenin dia balapan. Jam 7 malam di jalan Flamboyan 1." Mulut Fany terbuka sedikit, ia semakin dibuat heran. Fany menggaruk-garuk kepalanya, mencoba berpikir keras.

"Maksud nya gimana sih?"

"Ya gatau." Fany menghela napas berat, percuma juga bertanya dengan si polos. Sama susahnya dengan memecahkan teori The Giftend Graduation.

"Gue harus cari tahu nih," gumam Fany.

•••

Mentari bersenandung kecil, ia berjalan di tepi jalan dengan senyum cerianya. Ia begitu senang akhirnya bisa latihan badminton, tekatnya untuk menang perlombaan itu semakin kuat.

3 bulan adalah waktu yang cukup untuk latihan. Mentari yakin dia bisa. Senyumnya semakin mengembang saat sudah sampai di lapangan badminton.

"Hai kak!" Mentari melambaikan tangannya pada 3 cowok di depannya. Alfon langsung berdiri, mendekati Mentari dengan senyum lebarnya.

"Hai dedek polos! Mau latihan nih ya?" goda Alfon, diangguki Mentari dengan semangat. Alfon tersenyum miring, ia menatap 2 temannya; Daniel dan David.

Lalu kembali menatap Mentari.

"Ikut kakak bentar yuk? Bumi juga belum datang. Dia mah anaknya nggak on time." Mentari bergumam sejenak, lalu mengangguk semangat.

"Sip lah! Yok!" Daniel berjalan duluan, diikuti oleh Mentari, Alfon dan David. Ketiga cowok itu tersenyum miring. Menjalankan aksinya.

•••

Bumi mengedarkan pandangannya, mencari sosok cewek itu. Ia baru datang, telat 30 menit. Tapi cewek itu juga belum datang. Ia duduk di lantai lapangan badminton, menunggu.

Bumi mengambil ponselnya, memeriksa adakah chat masuk dari Glory. Yang nyatanya tidak ada, sama sekali. Bumi hanya mampu menghela napas panjang.

"Hai kak!" Bumi mendongakkan kepalanya, matanya terkejut melihat Mentari. Ia langsung berdiri, menatap Mentari.

BumiMentari Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang