-9. Makan Berdua-

141 21 1
                                    

SELAMAT MEMBACA^^

•••

Bumi menyandarkan punggungnya pada kursi mobil. Bumi benar-benar ingin segera pulang dan tidur.

Bumi melirik jam di ponselnya, ternyata sejak pagi ia belum makan. Bumi mengedarkan pandangannya ke sekeliling, mungkin ia bisa mencari roti di supermarket.

"Sana aja lah," ucapnya memutuskan. Ia segera menepikan mobilnya. Mengambil dompet dan ponselnya, lalu segera masuk ke dalam supermarket tersebut.

Bumi mengambil roti tawar dan coffe kaleng. Saat hendak ke kasir, matanya menangkap sosok Glory. Cewek cantik dengan cardigan rajut itu sedang memilih beberapa cemilan.

"Hai," sapa Bumi sembari menepuk pundak Glory. Cewek itu terkejut, menatap Bumi sejenak. Lalu tersenyum tipis dan kembali sibuk memilih cemilan.

"Cari apa?" tanya Bumi.

"Udah selesai kok," jawab Glory lalu berjalan membawa belanjaannya menuju kasir. Bumi mengikuti saja.

"Totalnya dua ratus sembilan ya, mbak," ucap penjaga kasir. Glory mengangguk, saat hendak membayar tiba-tiba Bumi mengulurkan uang ratusan ribu tiga lembar.

"Sama punya saya sekalin ya, mbak. Kembaliannya ambil aja," ucap Bumi. Ia membantu membawa kresek belanjaan Glory.

"Kamu ngapain? Aku bisa bayar sendiri. Ini juga aku bisa bawa sendiri." Glory berjalan mengikuti Bumi, cowok itu menaruh belanjanya di dalam mobil Bumi. Lalu menatap Glory.

"Dulu gue juga sering kan gini?" ucap Bumi, mengingat masa-masa SMA nya dulu. Glory menghela nafas panjang.

"Bumi, aku mau pulang. Kembalikan belanjaan aku."

"Gue anterin."

"Nggak mau."

"Gue maksa." Glory berdecak kesal, rasanya begitu menyebalkan. Glory tidak mau lebih lama bersama Bumi. Percayalah, debaran jantungnya selalu tidak normal bila di dekat orang yang dicintai, Bumi.

Drrtt

Bumi tidak menghiraukan bunyi notif ponselnya. Ia terus memandang Glory, menunggu jawaban gadis itu.

"Ponsel kamu, ada yang chat itu." Glory mencoba mengalihkan topik.

"Nggak penting kan?" Glory berdecak semakin sebal, sebisa mungkin ia tetap harus keras kepala. Nyata nya bayangan akan penghalang diantara mereka terus terbayang. Glory tidak bisa melupakan itu.

"Terserah kamu. Pokoknya aku mau pulang sendiri!" Glory mendorong tubuh Bumi agar menjauh dari pintu mobil. Ia membuka pintu mobil dan mengambil belanjaannya.

Glory hendak pergi, tapi ditahan oleh Bumi. Glory berbalik, lalu menepis kasar tangan Bumi. Dengan cepat ia pergi. Menyisakan Bumi yang terdiam.

"Apa benar, lo nggak akan pernah bisa gue gapai?" gumam Bumi kembali galau. Jujur saja, jika seperti ini terus Bumi lelah.

Bumi menghela napas, mungkin malam ini ia sebaiknya cepat-cepat tidur dan istirahat. Besok, akan ada jalan terbaik. Ketika Bumi hendak membuka pintu mobil, seseorang menahannya.

"Mentari mana?" Bumi menatap cewek di depannya, Fany terlihat panik dan marah. Bumi menepis tangan Fany.

"Di rumahnya lah."

"Shiaa! Kalau di rumahnya pasti gue nggak cariin. Dia belum pulang!" Bumi diam sesaat, mencoba menepis pikiran buruknya.

"Tanya aja sama temen-temen gue. Mereka yang anterin temen lo pulang."

BumiMentari Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang