°31. Si Cantik.°

93 14 2
                                    

SELAMAT MEMBACA^^

•••🍁•••

Sepulang dari kampus, Bumi memutuskan untuk jalan-jalan santai bersama Mentari. Sangat kebetulan jam pulang mereka berbarengan. Bumi ingin membuat Mentari rileks sejenak, sebelum pertandingan dimulai beberapa hari lagi.

Kedua tangan mereka saling bergandengan, menyusuri jalanan kota Jakarta yang ramai. Keduanya sama-sama asik menikmati momen ini.

"Kakak," panggil Mentari yang ingin memecahkan keheningan ini. Bumi menoleh dengan dehemanya.

"Hmm, apa?"

"Nonton Vincenzo yuk?" ajak Mentari, menawarkan untuk menonton drama Korea yang belum sempat ia tonton. Bumi diam sejenak, tampak bingung.

"Buang-buang waktu," tolak Bumi sembari memalingkan wajahnya lagi. Mentari mengerucutkan bibirnya kesal sembari menghentakkan kakinya sekali.

"Kayak kakak ngehargai waktu aja," sindir Mentari yang kembali mengungkit perihal Bumi telat datang kala itu. Bumi menoleh lagi, menyentil kening Mentari dengan gemas.

Mentari terkekeh kecil, baginya itu lucu. Meski kemarin ia dibuat kesal.

"Aku belum sempat nonton sampai selesai, kak. Nonton bareng lebih seru," rengek Mentari yang tidak mau putus asa. Ia hanya ingin menghabiskan waktu berdua dengan Bumi. Meski ia tahu Bumi kemungkinan tidak suka.

Bumi masih diam, Mentari terus menggoyang-goyangkan lengannya, merengek. Sejujurnya Bumi tidak tahan dengan kegemesan gadisnya. Bumi berdecak sejenak.

"Buat naikin rate dramanya, yaudah nonton," ucap Bumi pada akhirnya. Mentari membulatkan matanya, gembira. Meski Bumi terlihat malas-malasan menjawabnya.

Mentari tertawa kecil sembari memukul lengan Bumi. Bumi menatap cuek pada Mentari yang tertawa sembari geleng-geleng kepala.

"Gengsi aja. Rating nya emang udah tinggi sebelum kakak nonton," cibir Mentari yang lagi-lagi mendapatkan sisi gengsi dari Bumi.

Bumi tampak acuh, entahlah sulit baginya untuk mengutarakan perasaannya secara langsung tanpa gengsi. Sejujurnya Bumi juga ingin menonton berdua, tapi ada gengsi yang menutupi.

"Nonton di mana?" tanya Bumi, ingin terlihat sedikit antusias.

"Biasanya aku sama Fany nontonnya di kamar aku, pakai laptop," jawab Mentari ringan. Reflek Bumi menghentikan langkahnya, menatap Mentari dalam-dalam. Gadis itu hanya menatap dengan tatapan polosnya.

Bumi menghela napas sembari memijat keningnya. Heran.

"Nggak mungkin kan kita nonton di kamar juga?" tanya Bumi dengan nada jengkel. Mentari yang tadinya kebingungan langsung terkekeh kecil. Ia memukul lengan Bumi lagi, lalu menggandengnya dan berjalan bersama lagi.

"Nggak ada salahnya kan?" goda Mentari dengan senyum lebarnya. Bumi menunjukkan wajah cueknya, menutupi rasa debaran jantungnya. Lagi-lagi cowok itu mempertahankan gengsinya.

"Jangan nakal-nakal. Gigit nih?" Bumi menjambak pelan rambut Mentari. Sedangkan Mentari hanya tertawa saja. Bumi heran, ia selalu dibuat gemas oleh pacarnya ini.

"Kita nanti nonton dari episode awal aja, kak."

"Iya," jawab Bumi dengan senyumnya, ia tidak mau mengecewakan gadisnya. Menuruti gadisnya itu jalan terbaik.

Di tengah-tengah keseruan keduanya, mata Mentari menangkap seorang gadis yang tengah memperhatikan keduanya. Oh tidak, lebih tepatnya memperhatikan Bumi.

Mentari langsung melirik Bumi yang ternyata masih mempertahankan senyum tipisnya. Mentari langsung menghentikan langkahnya, Bumi heran apalagi tiba-tiba Mentari memeluk Bumi.

BumiMentari Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang