°35. Ingat?°

96 14 5
                                    

SELAMAT MEMBACA^^

•••🍁•••

Mentari kembali bersemangat untuk memulai kuliahnya lagi. Tidak mau menyia-nyiakan beasiswa yang sudah ia dapat. Meski ia harus menunggu di halte bus dahulu, untuk pergi ke kampus.

Matanya menatap sekeliling, senyum tipis terlihat di wajahnya. Mata Mentari semakin menyipit, saat melihat seorang lelaki dari sebrang jalan. Dengan celana jeans hitam dan hoodie hitam.

Meski dari kejauhan, Mentari bisa melihat wajahnya sedikit samar-samar. Ia tentu bisa mengenali sosok itu. Senyumnya merekah lebar, ia melambaikan tangannya.

"Kak Bumi!" pekik Mentari sembari melambai-lambai tangannya, cowok di sebrang sana langsung menoleh. Cowok itu terlihat terkejut. Mentari semakin yakin dan terlihat jelas itu Bumi.

Mentari tertawa kecil, kakinya sudah siap berlari menghampiri Bumi. Tapi seketika bus datang di hadapannya, menghalangi pandangannya dengan Bumi. Mentari berdecak, ia tidak mau ketinggalan bus.

"Kakak kita ketemu di kampus!" teriak Mentari dengan lantang, segera menaiki bus. Mentari memilih kursi pojok dekat jendela. Mentari membuka jendela itu, melambaikan tangan ke Bumi.

Cowok itu ikut tertawa, tawa nya lebar. Mentari begitu senang melihat Bumi seceria ini. Sangat jarang Mentari melihatnya. Meski tidak bisa berangkat bersama, tapi Mentari bisa sabar untuk bertemu di kampus.

•••🍁•••

Terkadang beberapa memori perlu di lupakan, tidak perlu dikenang. Apalagi itu memori yang hanya mematahkan semangat. Jauh lebih baik jika mengganti memori seperti itu dengan memori indah.

Glory juga melakukan hal yang sama, melupakan momen di club malam itu. Mencoba menjalani harinya seperti biasa. Seolah momen di club itu tidak terjadi.

"Eh bentar," ucap Pamela menghentikan langkah Glory dan Mawar. Keduanya menatap Pamela dengan heran. Menunggu kelanjutan temannya itu.

"Waktu kita ke club itu, lo ilang ke mana? Pulang kapan lo?" tanya Pamela pada Glory, pertanyaan beberapa hari yang lalu yang baru ia tanyakan. Kemarin bahkan ia tidak bertemu Glory di kampus.

Jadi, jawaban Glory pada Elang yang mengatakan ia tidur di rumah Pamela. Hanya lah kebohongan saja. Glory menghela napas, raut wajahnya tampak tidak suka membahas hal itu lagi.

"Nggak penting," judes Glory lalu berjalan meninggalkan kedua temannya. Berjalan duluan dengan ruat kesalnya. Glory menunjukkan ekspresi tidak suka dengan pembahasan itu, terlihat sensitif.

Apalagi setelah Elang memarahinya. Ia juga kecewa dengan dirinya sendiri yang sampai kelepasan, dan mabuk-mabukan seperti itu.

Tanpa sadar, Glory jalan dengan tidak fokus. Sampai ia menabrak seseorang. Glory sepontan mengucap maaf sembari mendongak, menatap orang itu. Ia langsung diam seketika.

"Hmm," jawab Bumi dengan santainya. Tapi Bumi merasa aneh dengan tatapan Glory. Glory menatap Bumi begitu dalam, matanya terlihat sangat kesal ketika menatap Bumi.

Glory masih belum mengalihkan pandangannya dari Bumi. Raut wajahnya semakin terlihat kesal. Jelas sekali aura marah dan tidak suka yang dipancarkan Glory. Bumi bisa merasakan itu, Glory tidak seperti biasanya.

Tatapan gadis itu, tatapannya lain. Seperti orang yang menyimpan dendam. Sungguh, Bumi semakin tidak paham dengan sikap Glory saat ini.

"Kenapa?" tanya Bumi buka suara, Glory masih belum ada respon. Menepuk pundak Glory, gadis itu mengerjapkan matanya lalu menepis kasar tangan Bumi. Glory menahan air matanya yang hampir jatuh.

BumiMentari Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang