HAI! ADA KAH YANG BERTAHAN DI SINI? IM SO SORRY!
•••
Perlahan tapi pasti, langkah kaki Mentari mulai memasuki kediaman itu. Tangannya digenggam erat oleh Bumi yang menuntun langkahnya. Bumi mengelus lembut punggung tangan Mentari, ia paham betul suasana hati Mentari saat ini. Ia mencoba menghilangkan keraguan atau mungkin rasa cemas Mentari.
Meski awalnya Mentari menolak untuk diajak ke rumah, pada akhirnya ia menurut. Sekarang ia duduk di ruang tamu dengan harap-harap cemas. Berkali-kali ia mengatur napasnya yang tidak stabil seperti degup jantung nya.
Bumi menoleh, "sebentar."
Kemudian Bumi berlalu dari hadapan Mentari, gadis itu semakin gelisah sendirian. Ia mengangkat ponselnya, bercermin untuk memastikan penampilan sudah bagus. Ia tidak tahu apa yang akan ia lakukan saat bertemu kedua orang tua Bumi nanti nya.
Mentari menarik napas dalam-dalam lalu ia mengembuskan nya perlahan. Matanya terpejam sejenak, membayangkan hal-hal yang menenangkan pikirannya. Kemudian ia membuka mata diiringi senyum manisnya.
"Oke, tenang aja Mentari. Kam--"
"Eh ada siapa ini?" perkataan Mentari terpotong sebab kedatangan Bu Indri. Mentari langsung berdiri dan cepat-cepat menyalimi tangan Bunda nya Bumi dengan sopan.
Mentari tersenyum canggung, "halo tante."
"Duduk-duduk," pinta beliau kemudian duduk di samping Mentari, menghadap kedua lelaki yaitu Bumi dan Ayah nya.
"Tante seneng banget loh lihat kamu di sini. Sering-sering dong main," katanya.
"Iya, tante kalau ada waktu luang aku akan sempatin buat main ke sini."
Pak Irwan manggut-manggut, "iya pasti lagi sibuk kuliah kan nih?"
"Betul, Om. Lagi banyak tugas juga nih."
"Panggilannya Ayah Bunda aja nggak sih? Lebih enak," ujar Bumi di tengah-tengah pembicara. Mentari menatapnya dengan melongo, semakin canggung suasananya.
Bumi berdehem, "sebentar lagi juga jadi mantu."
Sepertinya, bukan hanya Mentari yang terkejut mendengar pernyataan Bumi. Bu Indri dan Pak Irwan pun sama terkejutnya. Bumi mengatakan itu begitu santai, bahkan sekarang tersenyum lebar.
Kemudian Bu Indri tampak sangat gembira, beliau memeluk Mentari begitu erat. "Ya ampun! Calon mantu, Bunda!"
Sedangkan Mentari masih terdiam, senyumnya tampak kikuk.
"Ayah otw panggil penghulu," kata Pak Irwan seolah sedang menelpon seseorang, membuat gelak tawa terdengar.
Mentari menoleh pada Bumi yang berhadapan dengannya, cowok itu memberikan senyum lebar yang kehangatan nya bisa ia rasakan. Mentari ikut tersenyum, perasaannya sudah lebih lega sekarang.
•••
Setelah menyelesaikan makan malam bersama, Bumi bersiap untuk mengantar Mentari pulang. Dari dalam rumah hingga menuju mobil keduanya bergandengan tangan dengan erat. Senyum Mentari merekah lebar.
Bumi hendak membuka kan pintu mobil untuk Mentari, tetapi gadis itu menahannya.
"Kak," panggilannya membuat Bumi berdehem. "Apa enggak tiba-tiba banget?"
"Nggak. Kita harus susul Zico dan Glory."
"Ya ampun, Kak! Tapi nggak--"
"Gamau nikah sama gue?" potong Bumi membuat mulut Mentari kicep. Pandangannya mulai tertunduk, tetapi kemudian tangan Bumi menangkup wajahnya dengan lembut.
Bumi tersenyum, "lo minta kepastian kan? Gue resmiin sekalian hubungan kita."
Mentari mengerjap-ngerjapkan matanya, mengingat pembicaraan nya dan Bumi kemarin. Namun ia tidak menyaka Bumi akan secepat ini mengambil keputusan besar. Walaupun semuanya mungkin sudah siap.
Rasanya, setelah semua yang mereka lewati bersama. Tidak salah untuk melanjutkan ke jenjang yang sangat serius.
Mentari menarik kedua sudut bibirnya lebar-lebar, telapak tangannya bertumpu pada tangan Bumi, ia mengelusnya. Kemudian secara tiba-tiba pergerakannya begitu gesit.
Ia mengecup singkat bibir Bumi. Lalu segera masuk mobil.
Bumi mematung, ia tidak bisa mengendalikan pergerakan gesit Mentari. Sama sekali tidak tertuda. Ia mengusap lembut bibirnya sembari terkekeh. Perasaan nya begitu membuncah sekarang ini.
•••
aku sangat minta maaf menunda part ini begitu lama. love you untuk yang tetap bertahan💋
salam sayang💗
KAMU SEDANG MEMBACA
BumiMentari
Teen Fiction"Kakak peduli banget sama aku. Apa kakak suka sama aku?" "Dengerin, semua itu lo nggak bisa menyimpulkan rasa suka." "Ihh! Gengsian!" kesal Mentari sembari menepis tangan Bumi. "Gue belum siap untuk jatuh cinta dan menjalin hubungan lagi." "Hm...