Selamat Membaca:)
•••
Bumi menghentikan mobilnya, tepat di depan rumah sederhana milik Mentari. Ia menatap Mentari yang sedang melepaskan seatbelt nya. Lalu menatap Bumi dengan senyum ceria.
"Kakak makasih, kakak nggak mau mampir? Langsung pulang aja, udah malam."
Bumi melongo, heran dengan gadis itu. Ia hanya berdehem, agar perbincangan nya segera selesai. Saat Mentari hendak keluar mobil, ia kembali menutup pintunya.
"Apa lagi?" tanya Bumi galak.
"Kakak aneh," jawab Mentari semakin membuat Bumi heran.
"Kenapa?"
"Selamat malam, kak." Bumi mengerutkan keningnya heran, gadis itu semakin tidak jelas. Ia memalingkan wajahnya sembari geleng-geleng kepala.
Mentari berdecak kesal karena tidak ada jawaban. "Kak, balas!"
"Nggak mau."
"Tadi aja chat ucapin gitu. Perhatian lagi." Bumi memijat keningnya, pusing. Ini semua Bumi yakin ulah teman-temannya itu. Dan sekarang, rasa pd Mentari akan semakin meningkat.
"Bukan gue yang chat."
"Boong! Gengsi banget sih," cibir Mentari. Ia melipat kedua tangannya di depan dada sembari mengerucutkan bibirnya kesal. Ia menyorot sebal pada Mentari.
"Apa-apa itu langsung aja. Ngomong selamat malam ya langsung. Kasih apa-apa ya langsung. Gengsian!"
Bumi menatap tidak suka pada Mentari. Yang ditatap juga tetap menatap Bumi sebal. Bumi menghela nafas, ia mengusap rambutnya dengan kasar.
"Turun, tidur sana." titah Bumi, tak terbantahkan. Tapi Mentari menggelengkan kepalanya, ia masih menatap Bumi dengan kesal.
"Kakak cemburu sama kak Elang?" Bumi diam, sedikit terkejut dengan pertanyaan Mentari. Ia berdehem, lalu memalingkan wajahnya.
"Pd!"
"Ih kan gengsi!" Mentari mendesah kesal, ia membuka pintu mobilnya. Sebelum turun ia menatap Bumi sejenak. Lalu membuang muka dengan kesal.
"Selamat malam," ucap Mentari dengan nada kesal. Lalu menutup pintu mobil dengan kencang. Lagi-lagi Bumi menggeleng lirih.
Ia menyandarkan kepalanya, mengembuskan napasnya perlahan. Ia tertawa kecil melihat tingkah kesal dari Mentari.
"Selamat mal-- ck," Bumi menghentikan ucapannya. Ia menggelengkan kepalanya keras, mencoba menepis semua perasaan aneh itu.
•••
Mentari berjalan menyusuri koridor kampus, telinganya sudah tersumpal earphone pemberian Bumi. Dan mulutnya sibuk memakan permen lollipop nya.
"Mentari!" teriak Fany dari ujung lorong. Gadis itu berlari cepat kearah Mentari. "Ikut gue!"
Fany menyeret Mentari dengan cepat, Mentari tetap diam dan ikut saja. Ia menyibukkan dirinya dengan musik dan permennya. Seketika ia terkejut melihat mading.
Banyak siswa berkerumun di sana, kehadirannya menyorot perhatian. Mentari dapat melihat jelas mading tersebut. Ada fotonya dan Bumi kala makan nasi goreng tertempel di sana.
INI CEWEK PELAKOR! BUKAN CUMA BUMI BATARA
YANG DIAMBIL DARI GLORY. TAPI JUGA ELANG!
Mentari terkejut membaca tulisan-tulisan itu, ia menatap orang di sekitarnya. Mereka menatapnya dengan sinis. Mentari takut, ia tidak tahu harus apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
BumiMentari
Teen Fiction"Kakak peduli banget sama aku. Apa kakak suka sama aku?" "Dengerin, semua itu lo nggak bisa menyimpulkan rasa suka." "Ihh! Gengsian!" kesal Mentari sembari menepis tangan Bumi. "Gue belum siap untuk jatuh cinta dan menjalin hubungan lagi." "Hm...