SELAMAT MEMBACA KAWAN^^
•••🍁•••
Seorang gadis cantik dengan rambut panjangnya, yang ia urai. Tertepa oleh angin sepoi-sepoi, wajahnya selalu bersinar. Seperti mentari yang selalu menyinari dunia.
Gadis itu pula dengan nama Mentari. Berjalan asik, mendekati penjual es lilin. Sebelum ke kampus, ada baiknya ia jajan terlebih dahulu.
"Abang, mau dong es lilinnya," ucap Mentari pada abang-abang tersebut.
"Siap!" jawab si abang. Mentari tersenyum lebar, matanya mengitari sekitarnya. Hingga menangkap seorang dengan style hitam.
Mentari mencoba mendekatinya. Cowok yang tengah membeli es krim. Mentari menepuk pundaknya.
"Kakak," lirihnya. Cowok itu menoleh, terlihat sangat terkejut. Mentari mengamati lekat-lekat cowok itu, lalu tersenyum ramah.
"Kakak beli es krim? Bukannya kakak nggak doyan ya?" tanya Mentari pada cowok yang ia yakini itu Bumi. Cowok itu berdehem, terlihat canggung.
"Lo ngapain di sini?" tanya nya balik.
"Beli es lilin," jawab Mentari yang diangguki cowok itu. Mentari mengamati cowok di depannya lekat-lekat, ia sedikit aneh.
"Pagi-pagi gini, kakak pakai kaos hitam, celana hitam, hoodie hitam. Terus topi hitam, sepatu hitam. Itu lagi, kaca mata sama masker hitam. Aneh."
Cowok itu mengamati dirinya sendiri, lalu berdehem berlagak sok cool. Memakai kembali topi dan kaca matanya.
"Ya gapapa. Keren aja. Ya kan?" Mentari semakin heran, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Kok tumben narsis? Galaknya ke mana?" heran Mentari lagi, Bumi dengan fisik yang sama persis. Tapi terlihat aneh hari ini.
"Ya kan--"
"Mbak es nya!" ucapan cowok itu terpotong, akibat teriakan abang-abang es lilin. Mentari menengok ke belakang, lalu segera menghampiri es lilinnya.
Mentari mengeluarkan uang nya, membayar es lilinnya. Namun, Bumi lebih dulu mengulur kan uangnya pada si Abang.
"Ambil sekalian, bang kembaliannya." Mentari menoleh ke Bumi, tersenyum lebar karena sudah dibayari.
"Kak--"
"Sana ke kampus. Belajar yang bener, biar nanti sukses. Sukses bareng gue juga ya." Mentari diam, sikap cowok itu aneh. Padahal semalam di chat terlihat acuh, sekarang sudah beda.
Tak lama, cowok itu mengusap-usap rambutnya lalu melangkah kan kakinya pergi. Meninggalkan Mentari sendiri, Mentari hendak mengejarnya. Namun ia memilih ke kampus.
"Orang aneh biarin aja. Yang penting nggak galak," gumam Mentari sendirian.
•••🍁•••
Mentari hendak masuk ke dalam kelasnya, tapi lengan tangannya ditarik oleh seseorang. Hingga dirinya menabrak dada bidangnya. Menoleh ke belakang, ternyata Elang.
"Astaga! Kakak ngagetin ih," omel Mentari. Elang cengengesan, menyenderkan lengannya di tembok sembari menatap Mentari.
"Udah sarapan? Pagi-pagi kok jajan es lilin." Mentari terkekeh kecil, lalu mengeluarkan roti bungkus dari tas nya.
"Tada! Ada roti!" Elang tersenyum lebar, menepuk-nepuk pucuk kepala Mentari dengan gemasnya. Lalu merebut roti itu dan membuka nya.
"Jangan sering-sering jajan es atau permen. Nih makan rotinya." Elang menyuapkan roti bungkus itu, Mentari menggigitnya lalu mengunyahnya dengan senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
BumiMentari
Teen Fiction"Kakak peduli banget sama aku. Apa kakak suka sama aku?" "Dengerin, semua itu lo nggak bisa menyimpulkan rasa suka." "Ihh! Gengsian!" kesal Mentari sembari menepis tangan Bumi. "Gue belum siap untuk jatuh cinta dan menjalin hubungan lagi." "Hm...