°32. Makan Bersama°

85 15 2
                                    

SELAMAT MEMBACA^^

•••🍁•••

Setelah pertandingan badminton tadi, semuanya memutuskan untuk makan malam bersama. Semua ini Bumi yang membayarnya, sebagai tanda bangga terhadap gadisnya. Meski awalnya orang tua Mentari yang ingin membayarnya.

Namun Bumi memanfaatkan momen ini untuk mendapatkan hati orang tua Mentari. Ah, dia pintar.

Bumi melirik ke samping, memandangi Mentari yang tengah asik mengunyah makanannya. Makanan yang tentu anti dengan ras pedas. Berbeda dengan makanannya yang penuh dengan warga merah.

"Kak," lirih Mentari sembari mencubit paha Bumi dari bawah meja. Mentari tanpa menoleh ia sadar Bumi memperhatikan nya. Bumi terkekeh diam-diam, selalu gemas saat gadisnya merasa malu.

"Mau makan pedas lagi nggak?" goda Bumi dengan suara lirih, mengingatkan momen saat Mentari nekat memakan saos. Mentari menoleh dengan tatapan geram.

"Kakak ih!" kesal Mentari membuat Bumi tertawa kecil saking gemasnya. Bumi terang-terangan mengusap-usap kepala Mentari, membuat Mentari semakin malu.

"Tante, lihat tuh anaknya dipegang-pegang. Nggak sopan!" teriak Alfon di tengah-tengah keasikan menikmati makanan. Perhatian orang-orang langsung tertuju pada 2 insan tersebut.

Kedua orang tua Mentari hanya tersenyum memandang putrinya yang malu-malu. Tentu Mentari semakin malu.

"Makan aja sih, sewot," sinis Fany pada Alfon yang tidak berhenti memepetnya. Alfon balas melirik dengan sinis.

"Ya sini." Alfon mengambil potongan daging yang ada di piring Fany, memakannya dengan wajah mengejek di depan Fany. Fany semakin menatapnya dengan geram, tapi ia menahan amarahnya.

Fany buang muka dengan kesal, semakin membuat Alfon puas menjahili Fany.

"Kawinin aja, om. Udah pegang-pegang anaknya," kompor David sembari fokus menghabiskan makanannya. Orang tua Mentari hanya tertawa.

"Cuma pegang kepala," elak Bumi yang lagi-lagi kesal karena teman-temannya berulah. Yang lainnya hanya membalas dengan tawa saja.

"Om tante tau nggak?" Alfon mulai bersuara lagi. Semua orang kembali menoleh ke arah sumber suara. Menanti kelanjutan dari Alfon.

"Apa itu?" tanya ayah Mentari mewakili. Alfon mengambil minum sejenak, lalu meneguknya dan menatap Bumi. Tatapannya berpindah pada kedua orang tua Mentari.

"Dulu saya minta si Bumi cariin cewek model mbak sinar, eh malah nyuruh saya pacarin anak om." Alfon mulai bercerita, terdengar kekehan kecil dari kedua orang tua Mentari.

"Saya bilang nggak mau, ya karena saya tahu temen saya ada yang demen. Saya bilang lah, saya tunggu 4 bulan lagi. Eh, belum 4 bulan udah dijadiin hak milik si mbak sinar."

Beberapa orang di sana tertawa mendengarnya, terlihat lucu bagi mereka. Lain dengan Bumi yang diam saja. Semakin sebal dengan teman-temannya.

"Apa pentingnya harus diceritain?" tanya Bumi dengan wajah sebalnya.

"Biar lo malu. Dulu nolak-nolak, dimilikin juga kan sekarang." Alfon semakin gencar menggoda Bumi. Apalagi di depan kedua orang tua Mentari seperti ini. Alfon tahu Bumi grogi sebenarnya.

"Jangan peduliin yang dulu, yang penting sekarang bisa bahagiain anak om." Ayah Mentari menepuk-nepuk pundak Bumi dengan senyum tulusnya. Bumi hanya membalasnya dengan senyum juga, masih canggung.

Bumi menoleh lagi ke Mentari, yang melanjutkan makannya. Ia jadi teringat dengan beberapa bulan yang lalu, yang dimaksud Alfon.

Flashback on

BumiMentari Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang