-15. Jaga Hati-

144 18 4
                                    

SELAMAT MEMBACA^^

•••

Glory dan Pamela berjalan menuju kelas Mawar. Tentu berita yang Mawar sebar tadi pagi sudah heboh. Mereka langsung menghampiri Mawar yang duduk di atas mejanya.

"Hai," sapa Mawar seraya menutup lipstik nya. Glory tampak menghela napas panjang, lalu ikut duduk di atas meja, samping Mawar.

"Lo jangan buat ulah terus," ucap Glory.

"Sorry, gue nggak buat ulah kok. Itu fakta." Mawar menatap dirinya dipantulan kaca. Lalu menoleh ke Glory. "Cewek itu kan yang rebut Bumi dari lo?"

Pamela menggeplak pelan lengan Mawar. "Nggak gitu konsepnya. Bukan Mentari yang rebut Bumi. Emang dari awal Glory yang nggak mau Bumi masuk dalam hidupnya lagi."

Glory menelan salivanya sejenak, dalam hati ia membenarkan apa kata Pamela. Glory menatap Mawar, menepuk pundak gadis itu.

"Gue nggak ada masalah sama Mentari. Bumi mau berhubungan sama siapa aja itu bukan urusan gue."

Mawar berdecak kesal, ia turun dari meja dan menatap kedua temannya dengan kesal. "Jadi kalian di pihak cewek itu?"

"Emang lo yang salah!" tegas Pamela. "Setelah lo putus dari kak Elang, pacarnya kak Elang itu bukan Mentari. Noh si Nisya."

"Iya, kak Elang kayaknya belum lama kenal Mentari. Jadi, lo nggak bisa sebut dia pelakor," imbuh Glory.

Mawar menarik napas dalam-dalam, memalingkan wajahnya kesal sembari melipat kedua tangannya di depan dada. Glory dan Pamela saling pandang, lalu menepuk pundak Mawar.

"Mungkin lo ada dendam pribadi sama Mentari. Apa itu?" tanya Glory hati-hati.

"Kakak lo kelihatnya suka sama itu cewek. Gue cuma mau buat kakak lo hancur aja. Lewat cewek itu. Sorry."

Glory mengernyit kan keningnya. "Lo dendam apa sama kak Elang?"

Mawar diam, tidak mungkin ia menceritakan soal peristiwa kehamilan saat itu. Ia tidak mau banyak orang tahu. Walaupun itu teman-temannya sendiri.

"Dia playboy kan," alibi Mawar.

"Iya sih." Pamela mengangguk-anggukkan kepalanya. "Tapi menyimpan dendam itu nggak benar. Percuma, hati lo sendiri nanti yang akan capek."

"Yap! Bahagia atas nama balas dendam itu nggak pantas disebut bahagia. Lo nggak akan rasain kebahagiaan yang sebenarnya."

Mawar menatap kedua temannya. Keduanya tersenyum lebar, membuat hatinya tenang.

"Belajar berdamai dengan dendam," ujar Glory bijak. "Jangan lupa meminta maaf atas kesalahan lo."

"Iya! Lo pakai bawa-bawa nama gue! Gue nggak ada hubungan sama Alfon!" sentak Pamela kesal. Mawar dan Glory terkekeh pelan.

"Pada intinya kita nggak punya masalah sama Mentari dan temannya itu. Hapus rumor ini secepatnya!"

•••

Mentari duduk diam di tepi lapangan badminton. Ia menyangga dagunya dengan jenuh. Sudah hampir 30 menit, tapi Bumi juga belum datang. Mentari merasa bosan sendirian di sini.

"Awas aja, kalau lama aku gigit nih," gerutu gadis itu. Ia mengedarkan pandangannya, tepat sekali dengan Bumi yang berjalan menghampirinya.

Mentari langsung berdiri, berkacak pinggang dan menatap Bumi sebal. "Kakak lama!"

"Hm," dehem Bumi tak peduli. "Gue cuma punya waktu tiga puluh menit. Cepet!"

"Hah? Latihan cuma tiga puluh menit? Mana bisa!"  protes Mentari.

BumiMentari Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang