-17. Es Krim-

136 22 6
                                    

SELAMAT MEMBACA SEMOGA SUKA^^

DOA BARENG-BARENG SEMOGA CERITA INI SEMAKIN MAJU DAN DINOVELKAN. AAMIIN AJA

•••

Glory duduk di tepi kolam renang yang ada di rumahnya, kakinya asik bermain air. Tapi pandangnya kosong, matanya sembab. Tubuhnya lelah, hatinya juga.

"Dek," panggil Elang dengan lirih. Ia ikut duduk di samping Glory. Selaku adik kandungnya. Elang mengelus-elus pucuk kepala Glory dengan penuh kasih sayang.

"Udah makan? Hm?" Glory menoleh ke arah Elang. Masih ada rasa kesal dengan abangnya tersebut. Perlahan ia mengangguk singkat.

"Kenapa murung? Bumi lagi?" tebak Elang masih terus mengelus rambut adiknya. Glory menggeleng pelan. Glory menatap Elang dengan dalam, helaan napas terdengar.

"Abang, aku pikir abang itu cowok yang sangat pantas aku banggakan. Tapi, abang sama seperti ayah."

Elang terdiam, ia menghentikan pergerakan tangannya. Menatap mata adiknya yang berkaca-kaca, Elang berdecak kesal sembari mengusap mata Glory.

"Hey, sayangnya abang kenapa nangis? Abang salah apa? Hm?"

Glory memejamkan matanya, Elang selalu bersikap manis dan lembut padanya. Bertolak belakang dengan Elang saat bersama teman-teman cowoknya.

Glory menarik napas dalam-dalam, menghembuskan nya perlahan sembari membuka mata. Glory menggenggam tangan Elang erat-erat.

"Ayah, adalah luka pertama bagi putrinya." Elang terdiam, terenyuh dengan kalimat Glory. Ia tidak sanggup melihat adiknya kembali menangis.

"Ayah, udah mengecewakan putri kecilnya. Disusul sama abang, yang juga mengecewakan adik kecilnya."

Elang menggeleng lirih, masih belum paham apa maksud Glory. Elang mengelus lengan Glory, masih membiarkan adiknya melanjutkan ucapannya.

"Dengan abang menghancurkan masa depan cewek lain, sama halnya abang menghancurkan adik kecil abang. Apalagi cewek itu sahabat adik abang."

Diam. Sekarang Elang paham apa maksud Glory. Dadanya bergemuruh, genggaman tangannya langsung lemas.

"Abang ngecewain aku. Aku selalu banggain abang, aku pikir abang selalu jadi abang yang hebat dan jagain aku terus. Aku pikir abang nggak akan membuat luka untuk aku."

Air mata Glory mengalir semakin deras, Elang segera menarik pelan tubuh Glory. Mendekapnya lembut, Elang mengelus-elus punggung adiknya agar tenang.

"Kenapa Abang jahat? Ini bukan abang aku," parau Glory. Ia mendongakkan kepalanya, menatap Elang. "Abang kenapa tega sama Mawar?"

Elang terdiam, dia tidak bisa menjawab pertanyaan Glory. Rahasia lama yang ia simpan, akhirnya adik tersayang nya tahu dan kecewa.

"Abang, abang bukan cuma ngecewain Mawar. Tapi aku dan Bunda. Abang nggak mikirin, gimana kalau bunda tau soal ini? Bunda pasti kecewa."

Perasaan Elang semakin berkecamuk, tidak bisa membayangkan hal itu terjadi.

"Apa abang juga mau nyakitin aku sama bunda? Seperti ayah?" Elang menggeleng keras, ia menangkup wajah adiknya. Mengelusnya dengan lembut.

"Hey, abang nggak ada niat seperti itu, Sayang." Glory menyeka air matanya, menepis pelan tangan Elang.

"Abang, kasihan Mawar. Apa abang enggak mau memperbaiki ini?" Elang menghela napas panjang, ia mengalihkan pandangannya. Ada rasa menyesal.

"Maaf, abang enggak bisa." Glory cukup kecewa dengan jawaban Elang. Ia mengusap air matanya, menepuk pundak abangnya membuat Elang menoleh.

"Apa karena udah ada cewek lain dihati abang?" Elang tidak menjawab, matanya hanya menatap Glory dengan tatapan kosong. Tapi itu sudah memberikan jawaban untuk Glory.

BumiMentari Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang