-19. Pemenangnya-

119 23 8
                                    

Selamat Membaca<3

•••

Bumi mengusap wajahnya, tubuhnya cukup terasa lelah. Ia memasuki rumah mewahnya, kakinya terasa lelah jika menaiki tangga menuju kamar. Jadi, Bumi mengubah rencananya. Memilih menaiki lift.

Maklum, rumah milik keluarga Batara bak istana megah. Bumi keluar dari lift, matanya terkejut melihat ayah dan bundanya tengah asik berduaan di depan tv.

"Inget umur. Inget umur," sindir Bumi sembari berjalan menuju kamarnya. Seolah tak mempedulikan orang tuanya yang sedang suap-suapan buah.

"Makanya cari cewek," jawab pak Irwan. Bumi menoleh, tersenyum malas.

"Ayah pikir cari cewek itu gampang."

"Halah, ya gampang. Kasih aja uang segepok, langsung jatuh ke pelukan kamu tuh." Bu Indri menepuk lengan suaminya dengan kesal. Pak Irwan hanya meringis saja.

"Anaknya jangan diajarin gitu, Yah."

"Bercanda, Sayang." Pak Irwan mengelus-elus pipi istrinya, menciumnya dengan pelan. Membuat Bumi memutar bola matanya malas, ini yang membuat ia malas di rumah.

"MAKANYA CEPET NIKAH! NIKAH ITU ENAKK!" teriak Pak Irwan dari bawah. Bumi memilih tidak mempedulikan, ia duduk di kursi meja belajarnya. Mengeluarkan sesuatu dari lacinya.

Sebuah foto seseorang, Bumi tersenyum melihat foto itu. Ia membalikkan foto itu, menuliskan sesuatu di belakang foto tersebut. Senyumnya terus mengembang.

Setelah selesai, Bumi menempelkan foto tersebut di hijang nya. Menambah jumlah foto orang itu.

"Aciiee!!" Bumi tersentak, ia langsung berdiri. Menatap tajam pada Jendra.

"Siapa yang suruh masuk?" sentak Bumi, Jendra langsung kicep. Ia sudah melanggar aturan di kamar Bumi.

"Maaf bos maaf. Eh itu, ciee ngoleksi fotonya mbak sinar," ejek Jendra sembari mencolek-colek lengan Bumi. Bumi menepisnya dengan kasar.

"Tulisin apa tuhh?" Jendra menaik-turunkan alisnya, menggoda Bumi lagi.

"Urusan gue." Jendra manggut-manggut, memilih menyudahi menggoda Bumi. Takut-takut nanti Bumi ngamuk.

"Btw, Bum. Tadi gue dari gudang, lihat foto bayi lo."

"Terus?"

"Lihat, yang disamping lo siapa?" Bumi meraih foto polaroid yang diberikan Jendra, sudah tampak lusuh. Tidak jelas terlihat. Bumi menggeleng pelan.

"Bodoamat," acuh Bumi. Ia segera membuka bajunya dan menuju kamar mandi. Jendra hanya mampu mengelus dada.

•••

Sore ini, sudah dijadwalkan untuk latihan badminton. Mentari benar-benar sangat semangat. Selain untuk memenangkan pertandingan, ia juga harus menang melawan Bumi.

Agar cowok itu tidak ngambek lagi. Menyusahkan!

"Kebiasaan ih, nggak bisa tepat waktu," gerutu Mentari kesal. Semangatnya seakan dipatahkan oleh cowok itu. Tak lama, seorang cowok dengan kaus hitam polos dan celana olahraga hitam datang.

"Hai kak!" sapa Mentari kembali ceria. Bumi tidak mempedulikan, ia segera bersiap untuk latihan. Begitupun Mentari, ia langsung semangat kembali. Bumi memperhatikan Mentari.

"Yang serius, kalahin gue kalau mampu." Mentari tersenyum miring, seolah menantang Bumi. Mereka pemanasan sedikit, lalu memulai pertandingan nya.

Mentari terlihat sangat serius, awalnya Bumi ingin mengalah. Tapi Bumi juga ingin melihat kemampuan sesungguhnya dari gadis itu. Alhasil, Mentari bisa mengalahkan Bumi dengan skor tipis.

BumiMentari Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang