-6. Kiriman Spesial-

170 24 10
                                    

SELAMAT MEMBACA^°^
KALAU VOTE, PASTIKAN KALIAN ONLINE YA.

•••

Bumi keluar dari mobil Daniel, kali ini ia tidak membawa mobil sendiri. Bumi selalu identik dengan kaca mata hitam dan topi. Cowok itu sangat suka memakai topi, walaupun tidak setiap hari.

"Hai kak!" Bumi menghela napas, paginya disambut dengan kehadiran Mentari. Gadis itu menampilkan senyum cerianya. Seolah tak pernah pudar.

"Hai dedek polos," balas Alfon sembari melambaikan tangannya. Alfon menyenggol lengan Bumi.

"Apa?" ketus Bumi.

"Sapa balik lah," ucap Alfon memberi kode. Bumi tidak merespon, malas rasanya.

"Hm, kak nanti latihan nggak?" tanya Mentari mengganti topik. Bumi tampak berpikir sejenak, lalu menggeleng.

"Nggak."

"Kenapa?"

"Males."

"Kenapa males?" Bumi mendesah kesal, ia mencoba tetap sabar.

"Capek." Mentari hendak bersuara lagi, tapi tatapan tajam dari Bumi menahannya. Mentari meringis, lalu menganggukkan kepalanya sekenanya.

"Oke deh! Semangat ya kak!" Mentari mengepalkan tangannya ke udara, menampilkan senyum lebarnya.

"Semangat apaan?" bingung Bumi.

"Menjalanin hari ini. Mungkin aja kakak ada beban. Jadi, semangat kakak!" Bumi menarik satu sudut bibirnya, merasa bingung dengan tingkah gadis itu.

Tentu Bumi punya beban, Mentari adalah bebannya. Selama Elang belum melepaskannya Mentari, itu akan tetap menjadi beban Bumi.

"Cukup lo terus senyum ceria gitu. Maka beban gue nggak akan ada."

Bumi berucap, membuat ke tiga temannya langsung menatapnya. Begitu pun Mentari. Bumi mengatakan nya bukan karena suka.

Karena, saat senyum indah diwajah Mentari hilang karena Elang. Bumi benar-benar menyesal.

•••

Fany menutup ponselnya, ia segera memasukkan nya ke dalam tas nya. Fany menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskan nya perlahan.

"Shia! Adegan jub-jub nya meresahkan!" Fany memejamkan matanya, dunia benar-benar penuh dengan terus-terusan menonton drakor atau series Thailand.

Tiba-tiba Fany teringat sesuatu, ada urusan yang harus ia selesaikan sekarang. Ia langsung berdiri dari kursi kantin. Matanya mengedar, mencari sosok Bumi Batara.

"Demi P'Bright dan Metawin! Demi Triple N dan Chimon! Demi abang V bts! Demi Doyoung! Demi Bapak Jumpol! Demi warga Rainkantopeni dan Kpopers!" Fany mengangkat kepalan tangannya diudara.

"Fany Gembulan siap maju melabrak Bumi Batara!"

Fany segera mengambil tasnya, ia berjalan mendekat Bumi dan teman-temannya yang baru memasuki kantin. Ia menghalangi jalan mereka.

"Minggir!" sentak Bumi, galak.

Fany mencoba tidak takut, ia meneguk ludahnya sejenak. Dalam hati, Fany mencoba berhayal bahwa di samping dan belakang nya ada para cogan Thailand dan Korea yang menjaganya.

"Buat lo yang namanya, Bumi Batara. Dengerin gue!" Fany menaikkan nada bicara. Membuat Bumi tercengang dengan keberanian gadis ini.

"Lo, cowok brengsek! Iya tahu lo berkuasa, dan karena itu lo seenaknya sama cewek!" sentak Fany. Bumi semakin tidak paham.

BumiMentari Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang