SELAMAT MEMBACA^^
•••🍁•••
Bumi berjalan di tepi jalan dengan malas-malasan, kedua tangannya ia masukkan di saku celana. Melirik gadis di sampingnya yang terus saja merecokinya. Tak mau berhenti mengikutinya sedari tadi.
Bumi menghela napas panjang, semakin bosan melihat Mentari terus memakan permen. Menarik tangannya dari saku celana, hendak merampas permen itu tapi Mentari berhasil menghindar.
"Nggak! Kakak nggak boleh ambil lagi!" Mentari menatap tajam kearah Bumi, menyembunyikan permennya di belakang tubuhnya. Masih terus melanjutkan jalannya.
"Gue yang beliin," sinis Bumi. Mentari nyengir lebar, mengeluarkan kembali permennya. Mengangkatnya tepat di depan wajah Bumi.
"Udah aku makan. Udah jadi hak aku." Mentari tersenyum lebar, mengejek Bumi. Bumi menghentikan langkahnya, menatap Mentari sembari melipat kedua tangannya di depan dada.
Mentari terus tersenyum-senyum, menatap wajah Bumi yang galak dan dingin. Bumi menundukkan kepalanya, agar berdekatan dengan wajah Mentari.
"Jangan ngeyel, nanti gue gigit." Bumi tersenyum miring, lalu merampas permen Mentari. Sebelum diambil kembali, Bumi berlari kecil. Mentari mencak-mencak, dan segera mengejar Bumi.
Dari 5 permen yang dibelikan oleh Bumi, tinggal 1 saja. Mentari harus mendapatkannya!
"Kakak! Aku jewer nih!" teriak Mentari terus mengejar Bumi. Bumi membalikkan badannya sembari berlari mundur, ia tertawa kecil mengejek Mentari.
Seketika ia berlari semakin cepat, bukan berlari mundur. Tapi maju. Menarik Mentari hingga menubruk dada bidangnya. Nyaris saja.
"Lo aman?" tanya Bumi menundukkan kepalanya, menatap wajah Mentari yang kaget. Ia hampir saja celaka.
Mentari mengangguk sekenanya, membuat Bumi menghela napas. Mendekap kepala Mentari di dada bidangnya, mengelusnya pelan. Ia sudah dibuat takut jika gadis itu kenapa-kenapa.
"Dibilangin kan, jangan sampai kepleset lagi. Lo hampir celaka tadi." Mentari mengangguk-angguk, jika saja ia tadi kepleset ke jalanan mungkin sudah tertabrak.
Bumi mendongakkan kepala Mentari, memegangi kedua pipi gadis itu. Menatap matanya, masih mengkhawatirkan gadis itu.
"Aku aman, kak." Mentari menyunggingkan senyumnya, tahu akan kekhawatiran Bumi. Bumi mengangguk sekali, menyodorkan permen lollipop itu di mulut Mentari.
"Kakak kasih lagi?" tanya Mentari sembari melepaskan permen itu.
"Iya." Bumi mulai berjalan lagi, kali ini ia berjalan di sisi tepi jalanan.
"Nggak diambil?"
"Gak." singkat Bumi.
"Nggak dibuang aja?" lagi-lagi Mentari bertanya sembari menyodorkan permen itu. Bumi menghela napas, menggeleng kecil sembari tersenyum tipis.
Mentari ikut tersenyum, lebih lebar dari Bumi. Mentari kembali memakan permen itu dengan senang. Dan tiba-tiba tangan Bumi menelusup ke sela-sela jari Mentari.
"Kakak kenapa gandeng aku?" tanya Mentari sembari melirik tangannya yang digenggam Bumi. Bumi kembali menatap ke depan, sok angkuh lagi.
"Nanti kepeleset. Nanti nangess," jawab Bumi masih mempertahankan genggaman tangannya. Mentari hanya menurut saja.
Diam-diam Bumi tersenyum tipis. Menikmati pulang kuliah bersama Mentari, berjalan bersama di sore-sore seperti ini. Dibandingkan naik mobil.
Tiingg
KAMU SEDANG MEMBACA
BumiMentari
Teen Fiction"Kakak peduli banget sama aku. Apa kakak suka sama aku?" "Dengerin, semua itu lo nggak bisa menyimpulkan rasa suka." "Ihh! Gengsian!" kesal Mentari sembari menepis tangan Bumi. "Gue belum siap untuk jatuh cinta dan menjalin hubungan lagi." "Hm...