SELAMAT MEMBACA^^
•••🍁•••
"Si cowok gengsinya gede, ceweknya gak peka. Mau dibawa ke mana hubungan ini?!" geram Alfon sembari melempar botol minumnya. Bumi menghela napas, menemui teman-temannya di rumah mereka hanya membuat ia semakin merasa buruk.
"Mau dibawa ke mana, hubungan--"
"Diem heh!" potong David. "Bum, lo harusnya jaga tuh cewek lo. Gengsi kok ditambah cemburu."
"Iya bum! Cewek lo tuh cantik, banget. Cowok baru lirik aja udah tertarik," celetuk Alfon "Gue aja pernah suka sama cewek lo,"
Bumi menatap tajam pada Alfon. "Lo suka cewek gue hah?!"
"Slow bos! Kan dulu. Setelah gue tahu bos gue suka dia, ya gue mundur aja lah. Masih sayang nyawa gue." Alfon nyengir lebar, tidak mau mendapatkan amukan dari Bumi sekarang ini.
"Sama si burung aja cemburu cih," sinis Daniel sembari meneguk minuman sodanya.
"Bum, jangan gengsi-gengsi terus lo. Kalau lo putusin dia, gua yakin sih lo yang bakalan patah hati. Bukan cewek lo," imbuh David yang makin merembet-rembet.
"Kenapa gitu?" tanya Bumi
"Ya karena cewek lo tuh polos. Mau disakitin juga dia nggak akan peka. Coba aja, gue yakin sih lo yang putusin lo yang patah hati," lanjut David
"Gue nggak ada niat putusin!" umpat Bumi.
"Nah! Harusnya lo pertahanin dia. Jangan kasih kesempatan dia buat deket sama cowok lain," kata Daniel sedikit memberi nasehat.
"Ya gimana mau dipertahanin? Orang si bos aja tiap liat ceweknya sama si curut itu, dia diem aja," imbuh Alfon.
"Gengsii!!" ucap keduanya lagi, Daniel dan David. Menertawakan sifat Bumi yang masih gengsian. Bumi mengacak rambutnya kesal, ia tidak tahu bagaimana caranya mengatasi rasa cemburunya ini.
"Permisi." Suara dari luar membuat perhatian semuanya teralihkan. Mereka saling tatap, merasa kenal dengan suara tersebut. Bumi langsung berdiri, membuka pintu rumahnya.
Sudah ada gadis cantik dengan rambut panjangnya. Berdiri di depan rumah dengan senyum lebarnya. Namun, ada sosok Elang di sampingnya.
"Lo ngapain di sini?" tanya Bumi kembali menatap Mentari. Mencoba tidak mempedulikan Elang.
"Nggak boleh?"
"Mau apa?"
"Kakak tadi langsung pergi gitu aja. Ngambek ya?" Bumi dibuat diam, memutar bola matanya malas. Bumi menarik tangan Mentari untuk di ajak masuk. Meninggalkan Elang.
Bumi langsung menutup pintunya, tidak membiarkan Elang masuk. Menatap Mentari, dengan tatapan dingin.
"Kak, itu kak Elang kasihan. Dia udah anter--"
"Mau apa?" tanya Bumi melepaskan cekalannya, melipat kedua tangannya di depan dada. Mentari menutup mulutnya, terpotong oleh pertanyaan Bumi.
Mentari menghela napas, berusaha untuk membujuk Bumi agar tidak ngambek lagi. Mentari tersenyum lebar.
"Emangnya gak boleh kangen? Terus aku datang ke sini?" tanya Mentari dengan senyum lebarnya. Bumi diam, tatapannya masih sama seperti tadi. Bumi memalingkan wajahnya, hanya berdehem.
"Kakak kangen enggak?" tanya mentari membuat Bumi diam sesaat.
"Gengsii!" kata Alfon dan David lagi, menyauti obrolan Mentari dan Bumi. Bumi langsung menatap keduanya tajam, membuat keduanya langsung berlari menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
BumiMentari
Teen Fiction"Kakak peduli banget sama aku. Apa kakak suka sama aku?" "Dengerin, semua itu lo nggak bisa menyimpulkan rasa suka." "Ihh! Gengsian!" kesal Mentari sembari menepis tangan Bumi. "Gue belum siap untuk jatuh cinta dan menjalin hubungan lagi." "Hm...