°44. Bagaimana Kejelasannya?°

125 22 0
                                    

SELAMAT MEMBACA YOO^^

•••💜•••

Sebagai mana kita berusaha menutupi semua hal yang kita tidak ingin orang lain tahu. Sekuat dan serapat apapun itu, percayalah, alam semesta tetap akan membuka tabir rahasia itu. Pada akhirnya semua fakta akan muncul, entah dari kita sendiri atau bagaimana cara alam bekerja. Tidak ada yang benar-benar rahasia, kecuali takdir kita sebagai makhluk hidup.

Begitu pula, fakta-fakta tentang Zico yang mulai terkuak. Semuanya mulai tahu, semuanya mulai membaik, mungkin perlu beradaptasi dengan situasi sekarang. Tapi percayalah, semuanya akan tetap baik-baik saja. Sama seperti sekarang ini, rencana awal yang berjalan baik.

Bagaimanapun, kejadian yang menimpa Glory tetap membutuhkan pertanggung jawaban. Kesalahan itu tidak dapat dicegah lagi, tapi masih ada waktu untuk memperbaiki nya. Karena itulah, pernikahan yang direncanakan dari awal akan segera terlaksana.

"Butuh berapa menit untuk siap?" Mentari tidak mendengarkan, matanya sibuk memandangi orang di sebrang sana. Senyum manisnya terukir kembali di wajahnya, ia berhasil mengembalikan senyum itu. Bumi berdecak, tidak didengar Mentari. Menarik pelan telinga Mentari, sedikit membuat gadis itu berdesis.

"Seganteng itu Zico? Lupa cara kedip?" tanya Bumi dengan melipat kedua tangannya di deoan dada, menatap Mentari dengan wajah dibuat seolah-olah marah. Mentari tertawa, menepuk-nepuk lengan Bumi.

"Iya loh, Kak Zico ganteng banget pakai jas rapi gitu," puji Mentari terang-terangan di depan Bumi. Bumi masih memantau dengan raut wajah siap marah. Sebelum itu terjadi, Mentari kembali tertawa lagi, memeluk lengan Bumi.

"Kan kakak sama kak Zico kembar, jadi ya sama-sama ganteng. Kalau aku puji dia, aku juga puji kakak," ucap Mentari mencari pembelaan. Pembelaan itu tidak diterima oleh Bumi, menjauhkan Mentari dari lengannya.

"Nggak ya. Nggak boleh sama-samain gue. Bumi cuma ada satu," protes Bumi dengan raut kesal. Hanya tertawa yang bisa dilakukan Mentari, cowok di depannya ini terlihat menggemaskan seperti ini. Mentari manggut-manggut paham, menepuk-nepuk pelan pipi Bumi.

"Iya, kakak cuma ada satu. Limited edition," ucap Mentari pada akhirnya ikut memuji Bumi. Agar cowok itu tidak lanjut marah. Benar saja, senyum itu terbit di wajah Bumi, menepuk-nepuk pelan kepala Mentari.

"Iya, cuma satu. Bumi nya Mentari," balas Bumi tersenyum jahil menggoda Mentari. Terdiam sesaat, mencerna baik-baik kata-kata yang membuat hatinya tidak aman. Tersipu malu, Mentari tidak bisa menyembunyikan rona itu lagi.

Bumi ikut gemas, selalu seperti itu, gemas dengan gadisnya. Rasanya sudah lama tidak ada suasana seperti ini. Bumi merindukan nya, itu pasti. Menghela napas, membenarkan dasinya, kembali fokus.

"Gimana? Glory udah siap?" tanya Bumi menanyakan pertanyaan awalnya tadi. Mentari manggut-manggut singkat.

"Bentar lagi keluar kok," jawab Mentari yang diangguki Bumi. Bersyukur, acara pernikahan ini benar-benar dipermudah semuanya. Rintangan-rintangan itu benar-benar dilalui dengan mudah. Sampai Zico dan Glory bisa menikah.

Beruntung mereka satu kepercayaan, lebih beruntung lagi Glory mau menerima Zico. Yang padahal, Zico benar-benar orang baru di hidupnya. Tapi segala pertimbangan, dan juga keberanian Zico yang mengakui semuanya, membuat Glory mau menerimanya dan percaya pada Zico.

"Kak Zico benar-benar ganteng banget. Lagi bayangin kakak pakai jas buat pernikahan gitu," celetuk Mentari tiba-tiba dengan senyum lebar, membayang nya.

Menoleh ke Mentari yang tengah tersenyum-senyum menatap Zico. Bumi ikut tersenyum, melihat betapa cantiknya Mentari. Selalu, selalu menggemaskan dan selalu Bumi sayang.

BumiMentari Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang