-20. Tahu Bulat-

114 23 2
                                    

BISMILLAH. SELAMAT MEMBACA<3

•••

Elang menutup tasnya, menggendongnya di pundak kanannya. Matanya mengedar, mencari sosok gadis yang biasanya. Ketemu! Senyum Elang mengembang melihat Mentari bersama Fany.

Dengan cepat ia segera berlari menghampiri Mentari. Berada tepat di depan gadis cantik itu. Mentari tersenyum ceria pada Elang.

"Hai cantik." Mentari semakin tersenyum lebar, ia sangat suka saat seseorang menyapanya. Tidak seperti Bumi yang tidak pernah membalas sapaannya.

"Hai, kak." Fany mengernyitkan keningnya, merasa aneh dengan kedekatan keduanya. Elang menoleh ke Fany.

"Gue pinjem Mentari ya?" Fany memincingkan matanya, masih cemas dengan Elang. Fany melirik Mentari, gadis itu terlihat senang. Fany menghela nafas lalu menganggukkan kepalanya.

Senyum Elang terbit lebar, ia merangkul pundak Mentari. Berjalan beriringan, seperti biasa, Elang selalu mengeluarkan lelucon yang membuat tawa Mentari pecah.

Fany hanya mematung, menyaksikan mereka berdua. Lalu, ia menggendikkan bahunya acuh.

"Mending nonton pernikahan nya Tharn ketik."

•••

Mentari sangat ceria, wajahnya berbinar-binar. Ia menyender di depan mobil Elang. Menanti cowok itu, seketika Mentari teringat. Bumi tidak suka ia dekat-dekat dengan Elang.

Mentari tampak bingung, tapi hatinya tidak mau pergi. Mentari menghela napas lalu menggendikkan bahunya acuh.

"Biarlah, emangnya kak Bumi siapa ku?" gumam Mentari sendiri. Tak lama Elang datang, membawa kan 2 bungkus tahu bulat. Mentari bertepuk tangan kegirangan.

"Uhuyy! Naktingtengley! Amazing!" pekik Mentari senang. Elang mengernyitkan keningnya, lalu tertawa pelan.

"Bahasa apa itu?" tanyanya sembari memakan tahu bulatnya.

"Hehe bahasa Thailand. Keseringan denger Fany ngomong gitu." Elang geleng-geleng kepala, ia menyodorkan tahu bulatnya pada Mentari.

"Mau coba yang pedes?" tawar Elang, ia mulai tahu apa yang gadis itu suka dan tidak. Mentari menggeleng pelan, lalu menyuapkan balik tahu bulat itu ke mulut Elang.

Elang mengelus-elus rambut Mentari. Ia selalu senang berada di dekat Mentari. Matanya masih terus menikmati wajah cantik Mentari. Berharap, gadis itu akan menjadi gadisnya.

"Hm foto yuk!" ajak Elang sembari mengeluarkan ponselnya. Mentari mengangguk senang, ia mendekatkan wajahnya pada Elang.

Mereka berfoto dengan berbagai gaya. Elang mengembangkan senyumnya melihat hasil foto-fotonya. Mentari terlihat sangat cantik.

"Kak, aku beli tahu bulat lagi ya?" Elang menoleh lalu menganggukkan kepalanya. Membiarkan Mentari pergi. Tangannya sibuk mengotak-atik ponselnya.

Elang meng upload salah satu fotonya dan Mentari di sosial media. Foto yang menampilkan Elang tengah menatap Mentari dari samping, dengan senyum keduanya yang mengembang lebar.

El_ang Hii, cantik--!!

Tak lama, Mentari datang. Membawa sebungkus tahu bulat. Elang heran, karena Mentari membeli dengan bumbu pedas.

"Lo doyan rasa pedas?" Mentari menggeleng pelan.

"Enggak, kak. Ini buat kak Bumi. Dia suka." Elang langsung diam, rasanya sesak. Melihat Mentari masih saja memikirkan Bumi, padahal sedang bersamanya.

Elang tersenyum getir, ia mengusap-usap kepala Mentari. Ia tidak akan menghalangi siapapun yang dekat dengan Mentari. Ia akan berjuang, tanpa curang.

BumiMentari Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang