6. Saingan

12.3K 555 4
                                    

Siang ini Arthur berniat untuk mengunjungi Aubree di butiknya. Agar setelahnya mereka bisa menjemput anak-anak pulang sekolah dan makan siang bersama nantinya.

Beberapa langkah lagi Arthur akan sampai pada pintu masuk butik sebelum akhirnya didahului oleh sosok pria berbadan tegap. Hingga setelahnya Arthur pun ikut masuk kedalam.

Ia melihat ke sekitar, mencoba mencari keberadaan Aubree. Namun yang tertangkap oleh Indra penglihatannya justru sosok pria yang ia temui di teras tadi, kini tengah mengelus rambut Aubree. Hal itu sontak membuat hati Arthur terasa tercabik.

Dengan membulatkan tekadnya, Arthur semakin mendekatkan dirinya pada objek yang sedari tadi tak pernah lepas dari pantauannya.

"Gimana kabar anak-anak?"

"Seperti biasa, mereka tumbuh dengan baik."

"Sudah hampir setahun aku tidak melihatmu dan anak-anak. Maaf karena pekerjaan itu tak bisa ditunda ataupun diwakilkan."

"Tak apa, aku mengerti. Kau juga pasti memiliki kehidupan pribadi."

Arthur sempat mendengar obrolan Aubree dengan sosok pria yang tidak Arthur kenali itu.

Dan lagi, apa katanya tadi, Anak-anak? Dari obrolan tersebut, Arthur jadi berpikir apa mungkin pria itu adalah ayah dari Aidan dan Airel? Namun jika memang benar, mengapa Aubree harus menjadi Single Parents?

"Sudah jam segini, apa mereka belum pu-,"

"Bree," ucap Arthur memotong kalimat si pria asing.

"Loh, Arthur ... Ada apa?" Kaget Aubree.

"Tadinya aku berniat mengajak mu untuk menjemput anak-anak, namun sepertinya aku mengganggumu ya." Arthur melirik pada pria yang kini juga tengah menatapnya.

"Ah, ya ... Arthur perkenalkan ini Dean, dan Dean ini Arthur," jelas Aubree yang paham akan kondisi saat ini.

"Arthur."

"Dean."

Keduanya bersalaman dengan tangan yang terpaut kuat, serta mata yang saling melirik tajam. Jika ini adalah film animasi, bisa dipastikan bahwa sambaran halilintar telah terbentang diantara keduanya.

"Baiklah, jika sudah seperti ini. Aku hanya ingin menitipkan Arsen padamu. Seperti biasa, dia merengek untuk bermalam di rumah mu. Kebetulan aku ada pekerjaan selama tiga hari ini, jika kau tak keberatan maka-," jelas Arthur yang terpotong oleh Aubree.

"Tentu saja aku tak keberatan. Kalau begitu, biar aku saja yang menjemputnya."

"Ya, sepertinya lebih baik begitu. Hanya saja aku ingin melihat Arsen terlebih dulu sebelum pergi meninggalkannya selama tiga hari kedepan."

"Katakan saja bahwa kau ingin ikut menjemputnya," ucap Dean sinis. Dean paham betul apa isi kepala dari pria dihadapannya itu.

"Kita bisa menjemput bersama kalau begitu," ujar Aubree akhirnya.

"Bree, sepertinya aku tak ikut denganmu dulu. Ada sesuatu yang harus aku siapkan sebelum bertemu dengan anak-anak." Dean hanya tak ingin mengganggu waktu Aubree untuk bersama dengan Arthur.

Ia berpikir, mungkin Arthur adalah salah satu dari banyaknya lelaki yang mengejar Aubree. Lebih baik memberikan mereka lebih banyak waktu, siapa tau Aubree akan luluh dengan pria yang satu ini.

"Baiklah kalau begitu. Aku akan mengambil tas terlebih dahulu, setelah itu kita akan pergi menjemput anak-anak," Aubree berlalu pergi meninggalkan dua pria yang kini saling memandang.

"Apakah kau adalah saingan ku?" Tanya Arthur to the poin.

Pertanyaan itu membuat Dean terkekeh geli, namun ia berusaha menahannya. Sepertinya lebih baik jika sedikit mengerjai pria yang ingin mengencani sepupunya.

Daddy's [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang