30. Ciuman

2.3K 88 0
                                    

Aidan kesal, marah, dan benci meski ia tidak tau kepada siapa. Ia bingung, haruskah mengatakan hal ini pada mommy dan daddynya? Tapi ia tidak ingin adik-adiknya itu dimarahi.

Namun, hal ini juga tidak bisa dibiarkan begitu saja. Ia menyayangi adik perempuannya dan untuk Arsen ia juga sangat menyayanginya. Dan pastinya antara Airel dan Arsen mereka juga saling menyayangi.

Tapi apa yang mereka lakukan? Bukankah itu hal yang berlebihan untuk kasih sayang antar saudara?
Mereka bukan lagi anak umur lima tahun! Mereka sudah 12 tahun sekarang!

"Aidan! Maafkan aku. Aku tidak tau, aku hanya, aku dan Arsen hanya tanpa sadar melakukannya. Tiba-tiba saja Arsen melakukan hal itu, aku juga sangat terkejut. Tapi, ini bukan salah Arsen sepenuhnya, aku juga hanya diam saja ketika ia melakukannya. Kami tidak bermaksud-"

"Sudah diamlah! Aku tidak ingin mendengar apapun lagi. Biarkan mommy dan Daddy yang memutuskan apa yang akan ia lakukan pada kalian."

"Kakak..."

Hari ini, Aidan, Airel, dan Arsen telah menyelesaikan sekolahnya. Seperti biasa, mereka menunggu jemputan.

Sembari menunggu mereka duduk di taman sambil memainkan beberapa permainan atau hanya sekedar berbincang dan berbual. Ditengah-tengah percakapan, Aidan melihat penjual gulali di kejauhan. Ia berniat membelikan itu untuk kedua adiknya.

Cukup lama bagi Aidan untuk menunggu giliran antri nya. Sepertinya penjual gulali disini juga baru memulai bisnisnya, sehingga banyak orang yang penasaran dan ingin mencoba.

Setelah mendapatkan tiga gulali kapas, dan membayarnya Aidan bergegas kembali ke tempat dimana mereka menunggu. Namun, setibanya disana baik Arsen maupun Airel tidak terlihat. Aidan mencari ke sekeliling hingga akhirnya ia menemukan mereka.

"Kalian... Apa yang kalian lakukan?!"

"Kakak..."

"Aidan..."

Ya, disana, tepat pada sudut itu, Arsen dan Airel menyatukan bibir mereka.

Sungguh, Aidan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Mereka berdua benar-benar adiknya 'kan?

Sebelum ada penjelasan lebih lanjut, sebuah mobil memasuki halaman taman, itu adalah jemputan mereka. Sepertinya hari ini mereka di jemput oleh supir lagi.

Sepanjang perjalanan, Aidan memilih untuk tetap diam dan menduduki kursi di samping supir. Sementara suasana canggung tercipta antara Arsen dan Airel.

☃️☃️☃️☃️☃️

Malam ini, di meja makan. Seluruh anggota keluarga berkumpul untuk melangsungkan makan malam. Daddy, mommy, dan ketiga anaknya.

Ditengah keheningan Arsen memulai pembicaraan dengan ketakutan.

"Daddy, maafkan aku. Aku tidak bermaksud untuk-"

Tak!

"Ekhem, mom apakah grampa dan grandma tidak jadi datang?" Aidan mengalihkan topik pembicaraan.

"Hey, tanggal berapa sekarang? Grandpa Dan grandma akan datang pada tanggal 15. Apakah kau lupa?"

"Ah ya, sepertinya aku melupakannya. Hehe"

Canggung, sangat canggung. Biasanya suasana yang tercipta antara anak-anak lebih baik daripada ini. Keceriaan, canda tawa, seharusnya hal-hal seperti itulah yang ada sekarang.

"Arsen, apa yang tadi ingin kau katakan?" Arthur mengingatnya.

"Uh, ituu..." Arsen dan Airel memandang ke arah Aidan.

Aidan menggeleng, mengartikan ia tidak mengatakan apapun pada orangtua mereka.

"Ah, aku bahkan lupa apa yang ingin aku katakan." Kalimat Arsen membuat Arthur dan Aubree mengerutkan keningnya. Aneh.

Sepertinya Arthur dan Aubree juga menyadari ada sesuatu yang tak biasa diantara ketiga anaknya. Namun syukurlah, sebelum ditanyakan lebih lanjut, makanan sudah datang dan mereka pun menghentikan percakapan.

☃️☃️☃️☃️☃️

Yuhuuu, udah langsung 7 years later aja nih.

Tenang, kan alur kita maju mundur hehe.
Aku jadi bosen nulis kalau konflik nya monoton soalnya

:")

Daddy's [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang