40. Akhir

3.5K 110 0
                                    

Tadaaaa🎉🎉
Ini dia surprise yang aku bilang kemaren-!!

Suka gak?

Selamat membaca akhir dari kisah ini❤️

☃️☃️☃️☃️☃️

Aidan sedang menunggu adik perempuannya yang juga belum keluar dari ruang kelas. Saat ini mereka sudah menduduki kelas 2 di Sekolah Menengah Atas.

Lima tahun telah berlalu sejak Arsen pergi ke luar negeri. Semua berjalan dengan aman dan damai. Sesekali Arthur dan Aubree mengunjungi anak bungsunya.

Sementara Arsen sendiri, belum sekalipun pulang ke rumah, karena mengambil studi asrama dengan peraturan yang sangat ketat, tidak mudah baginya mendapatkan izin pulang, terlebih jarak yang ditempuh sangat jauh.

Setelah kepergian Arsen, kembali dilakukan penyelidikan terhadap kasus Karin. Namun, yang mereka temukan bukanlah Karin yang sebenarnya, melainkan mayatnya yang tergantung tepat di halaman bangunan tua tempat ia tinggal.

Dan Shella? Entahlah, dari hasil pencarian, Shella sudah pergi ke luar negeri sebelum Karin bunuh diri.

Ya, kematian Karin ditetapkan sebagai bunuh diri karena tidak ditemukan hal-hal mengganjal apapun yang dapat membuktikan bahwa itu merupakan kasus pembunuhan.

Di duga alasan ia melakukan bunuh diri adalah karena tidak ingin kembali terperangkap di penjara setelah ia ketahuan melarikan diri.

Ngomong-ngomong soal Arsen, Aidan jadi mengingat momen-momen kebersamaan mereka. Saat kecil, mereka cukup akrab, menginjak usia remaja pertengkaran justru sering terjadi diantara keduanya.

"Arsen, kau suka Ice cream?" Tanya Aidan. Saat itu mereka tengah bermain di tengah salju.

"Ya, aku sangat menyukainya!" Jawab Arsen penuh semangat.

"Lalu, coba kau jilat itu. Ia memiliki rasa yang sama persis seperti ice cream." Ujar Arsen menunjuk tiang besi yang di selimuti salju.

"Arsen, jang—" Airel kalah cepat karena Arsen sudah lebih dulu menjilat tiang besi itu. Alhasil, lidahnya menempel pada salju yang menempel disana.

Airel juga pernah menjadi korban keusilan Aidan dulu, makanya ia tahu bagaimana hal ini akan terjadi. Dan saat itu Aidan diomeli oleh Aubree karena sudah membuat Arsen hampir menangis. Ya, Arsen tidak menangis hanya saja matanya memerah dan berkaca-kaca menahan tangis.

Aidan tertawa mengingat saat-saat yang membahagiakan dalam hidupnya. Tepatnya, pada awal pernikahan kedua orang tuanya.

"Hey, Aidan!" Ucap Airel menyadarkan Aidan dari lamunannya.

"Ck, mengapa kau lama sekali?"

"Yah, lagian tidak ada yang meminta mu untuk menunggu ku."

"Lalu apa aku seharusnya pulang duluan dan meninggalkan mu begitu saja?"

"Aku sudah besar, Aidan! Aku tidak lagi membutuhkan perlindungan mu." Ujar Airel dan berlalu meninggalkan Aidan.

Airel selalu saja begitu. Semakin keras kepala dan susah diatur.

"Hey, daripada kau menunggu ku sebaiknya kau lihat siapa yang sekarang berada di atas motormu itu." Aidan melihat pada arah yang dipandang Airel. Disana terdapat seorang perempuan yang tidak asing dimatanya.

Daddy's [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang