38. Andrew

1.7K 92 0
                                    

Di pagi yang cerah ini, anggota keluarga Gibsen memulai aktivitas dengan senyum yang merekah. Bukan tanpa alasan, karena akhirnya, keributan yang terjadi kemarin malam dapat diselesaikan dengan baik dan semua orang kembali berdamai.

Kini mereka tengah bersiap untuk menyambut kedatangan Grandpa dan Grandma nya. Hari ini, Andrew dan Leylan akan berkunjung ke rumah mereka.

"Arsen, apa kau sudah selesai bersiap?" Teriak Airel dari depan pintu kamar Arsen.

"Sebentar!!"

"Airel, kau duluan saja ke bawah, biar aku yang menunggunya." Ujar Aidan mengikuti Airel.

"Tapi-"

"Kau tidak mau mendengarkan ku?"

"Baiklah." Jawab Airel tertunduk dan berjalan menuju tangga, ia cukup kesal sebenarnya. Karena kejadian di taman hari itu, mau tidak mau Airel harus menuruti semua permintaan Aidan jika tidak ingin diadukan pada orang tua mereka.

"Airel, aku sudah si-" ucapan Arsen terpotong kala menyadari seseorang yang menunggunya bukanlah Airel melainkan Aidan.

"Mengapa kau disini?" Tanyanya.

"Aku tak ingin melihat kalian semakin dekat. Itupun jika kau berharap aku akan terus menyimpan rahasia soal kau yang menyukai Airel dan kejadian di taman hari itu."

"Apa kau sedang mengancam ku?" Geram Arsen.

"Ini bukan ancaman, tapi nasehat." Jawab Aidan yang kemudian berjalan menuruni tangga menuju ruang tamu.

"Hai cucu-cucu ku!" Ujar Andrew penuh semangat melihat anak-anak serta cucunya menyambut kedatangan mereka.

"Halo grandpa!" Sapa Airel dan menyambut pelukan hangat sang kakek.

"Oh, cucuku sayang, kau sudah begitu besar sekarang. Lihat tinggi mu yang sebentar lagi akan mengalahkan tinggi Daddy mu." Andrew beralih pada Aidan dan merangkul pundaknya.

Kemudian, Arsen datang menuruni tangga. Tadi, setelah Aidan pergi, Arsen tidak segera mengikutinya. Ia memilih untuk menata pikirannya terlebih dahulu dengan apa yang baru saja di katakan Aidan.

"Hai Arsen..." Kini Leylan yang menyapa.

"Hai Grandma."

"Kau tumbuh persis seperti Daddy mu." Arsen menanggapi ucapan Leylan dengan senyuman kikuk.

Beginilah. Andrew tidak banyak bereaksi pada dirinya. Membuat Arsen berpikir bahwa dia benar-benar dikucilkan.

"Pa, ma, ayo kita ke ruang makan. Kalian pasti belum makan siang kan?" Ujar Aubree.

"Oh, ya, tentu saja."

☃️☃️☃️☃️☃️

Kini semua orang tengah berkumpul di ruang keluarga. Mereka telah usai melangsungkan makan siang bersama.

"Ngomong-ngomong, bagaimana kabar Leaman?" Tanya Andrew pada Arthur.

Ya, setelah semua permasalahan di perusahaan beberapa tahun lalu terselesaikan, tidak ada lagi dendam, tidak ada lagi permusuhan. Mereka hidup layaknya rekan bisnis yang baik.

"Ya, papa Leaman baik-baik saja. Sebulan yang lalu dia berkunjung kemari."

"Syukurlah, sebenarnya aku cukup kasihan pada Leaman. Sekarang, ia sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Arthur, kau harus sering-sering mengunjunginya."

"Baik pa."

"Eh, sebenarnya ada satu masalah lain." Ujar Arthur lagi.

"Apa itu?"

Daddy's [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang