17. Orangtua Arthur

5.7K 288 17
                                    

"Loh, Pah? Ternyata Arsen sedang bersama teman-temannya ya!" Karin terlihat senang, mendapati cucunya yang kini sudah memiliki teman bermain.

Untunglah Karin tiba, hingga menghilangkan suasana canggung yang tadi sempat tercipta.

"Ayo semuanya, kita ke ruang makan sekarang. Aunty Shella sudah menyiapkan sarapan untuk kita," ajak Karin.

Hingga akhirnya mereka tiba di meja makan. "Mah, dimana Arthur, bukannya tadi kau pergi untuk membangunkannya?" Leaman keheranan.

"Iya, biarkan saja dia. Kita bisa sarapan lebih dulu." Karin tak mungkin mengatakan bahwa putranya sedang bermesraan dengan seseorang yang merupakan kekasihnya dihadapan anak-anak.

"Jadi siapa nama kalian berdua?" Karin bertanya pada Aidan dan Airel ditengah-tengah waktu makan.

"Saya Aidan, nyonya."

"Dan saya adiknya, Airel."

"Wah, jadi kalian kembar?" Pertanyaan itu dijawab anggukan oleh keduanya.

"Oma, apa kau tau bahwa aku sudah memiliki mommy sekarang?" Arsen tak lupa untuk memamerkan tentang mommy nya kepada sang Oma.

"Oh ya?" Karin sudah menduga hal ini, mengingat Arsen membawa kekasihnya ke rumah, yang artinya Arsen juga sudah diperkenalkan padanya.

"Iya. Mommy nya Aidan dan Airel akan menjadi mommy Arsen juga! Sebagai gantinya Arsen juga akan membagi Daddy untuk mereka!"

"Oh benarkah?" Karin tak menyangka ternyata sepasang anak kembar yang berada di dekatnya ini adalah anak dari kekasih Arthur. Lalu, apakah wanita itu adalah seorang janda?

"Oh, maaf nyonya. Bolehkah aku memanggilmu dengan panggilan yang sama dengan Arsen? Ya, seperti Opa yang juga meminta kami memanggilnya begitu." Karin hanya dapat tersenyum mendengar pertanyaan dari anak perempuan manis di depannya.

"Ya, tentu saja. Mari, sekarang kita habiskan dulu makanan ini." Ketiga anak itupun akhirnya segera beralih fokus pada sepiring makanan di hadapan mereka.

"Mama, papa. Maaf, apa aku terlambat?" Itu adalah suara Arthur yang terdengar baru saja tiba di meja makan.

"Yah, tak apa mama mengerti. Sekarang, mari bergabung dan mulailah makan," ujar Karin.

"Jadi, tidakkah ada yang harus kau katakan pada kami, nak?" Tanya Leaman kepada Arthur setelah mereka semua menghabiskan sarapan paginya.

"Oh ya, aku akan memperke-,"

"Ma, pa, Shella mau izin pamit ya. Ada janji dengan teman," ujar Shella memotong kalimat Arthur.

"Loh, kamu mau pergi Shell?"

"Iya ma, setelah urusan Shella selesai Shella akan kembali lagi."

"Baiklah, hati-hati di jalan, nak."

"Terimakasih ma. Shella pergi dulu ya," ucap Shella yang kemudian menyalami Leaman dan Karin.

"Hati-hati, bibi!" Arsen memberikan salam perpisahan.

Entah kenapa kata terakhir yang diucapkan oleh Arsen seakan memberikan penekanan yang sangat jelas padanya.

Shella sadar diri. Sepertinya usahanya benar-benar sia-sia belaka sekarang. Bahkan anak yang ia jaga dengan sepenuh hati itu pun kini terasa semakin jauh darinya. Lantas, apa lagi yang harus ia pertahankan?

"Nah, pah, mah, ini adalah kekasihku," ujar Arthur membuat senyum pada wajah Leaman dan Karin mengembang.

"Aubree Gennady," sambung Arthur pada kalimatnya yang berbeda. Seketika ekspresi yang terlihat dari wajah orangtuanya berubah drastis.

Daddy's [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang