Hari ini, keluarga Gibsen memilih untuk menghabiskan akhir pekan mereka dengan kumpul keluarga.
Ya, anggota keluarga Gibsen tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah, Arthur, Aubree, Aidan, Airel, dan Arsen. Sekarang, semuanya sudah resmi menyandang status sebagai anggota keluarga Gibsen.
"Mommy, kita akan kemana?" Tanya Airel.
"Kita akan ke bandara untuk mengunjungi aunty Jennifer."
"Wah, sungguh?"
"Iya, akhir pekan ini kita liburan bersama Aunty Jennifer dan uncle Dean ya."
"Dad, apakah tidak sebaiknya kita mampir untuk membeli buah tangan terlebih dahulu? Bukankah Aunty Jennifer baru saja melahirkan?"
"Kau tidak perlu mengkhawatirkan itu Arsen, Daddy dan mommy pasti sudah mempersiapkan itu sebelumnya."
"Haha iya, aku tidak memikirkannya."
Tibalah, mereka di bandara dengan pesawat tujuan mereka yang akan segera berangkat sebentar lagi. Karena suasana bandara yang ramai, mereka tampak terburu-buru dengan liburan dadakan itu.
"Tunggu, aku saja yang duduk disitu!" Tahan Aidan pada Arsen yang hendak duduk di samping Airel.
"Ah iya, maafkan aku Aidan."
"Aidan, ada apa? Tidak biasanya kau begitu?" Heran Aubree.
"Tidak mom, aku hanya tidak ingin mereka bertengkar di perjalanan, karena itu aku ingin menengahinya."
"Haha, baiklah. Mommy dan daddy duduk di sebelah sana ya."
"Iya mom."
"Aidan, apa kau masih marah pada kami?" Tanya Airel mencoba memecahkan keheningan diantara mereka bertiga.
"Menurutmu?"
"Maaf, kami tidak akan mengulangi kesalahan itu lagi." Rayu Airel.
"Airel, tunggu. Mengapa kau harus marah Aidan? Jujur saja, aku menyukai Airel, dan kami tidak benar-benar saudara kandung, jadi tidak masalah bukan?" Tanya Arsen.
Bukk!!
"Aidan apa yang kau lakukan! Arsen kau tak apa?!"
Aidan memukul geram pada Arsen. Untung saja pukulan itu tidak begitu kuat sehingga tidak akan disadari oleh orang-orang disekeliling mereka.
"Aku harap kau berpikir kembali sebelum mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal Arsen."
☃️☃️☃️☃️☃️
"Aubree, akhirnya kau tiba!!" Teriak Jennifer penuh antusias.
"Bagaimana kabarmu?" Tanya Aubree sembari mencium pipi kanan dan kiri Jennifer.
"Yah, semuanya baik kecuali fakta bahwa melahirkan itu cukup menyakitkan. Haha."
"Aku bersyukur kau dan bayi mu selamat."
"Dimana Dean?" Tanya Arthur.
"Ah, dia masih di kamar mandi. Ayo anak-anak, semuanya silahkan masuk. Kalian semua tumbuh begitu cepat."
"Bree, aku benar-benar salut pada perjuanganmu dalam melahirkan anak-anak. Aku yang baru melahirkan satu anak saja rasanya sudah hampir mati."
"Kau terlalu berlebihan Jenni. Bukankah kau saat itu berada di samping ku makanya aku sanggup menahan semuanya?"
"Oh ya, tentu saja. Tidak seperti laki-laki yang ada di samping mu itu."
"Jenni, sudahlah! Sudah bertahun-tahun berlalu sepertinya ini bukan omongan yang pantas." Tegur Aubree.
"Ya, aku tau aku salah. Sungguh kesalahan yang sangat fatal dengan meninggalkan kekasih ku seorang diri dalam keadaan mengandung dan bahkan tidak ada di sisinya saat ia melahirkan."
"Arthur, sudahlah. Aku tidak ingin membicarakan itu lagi, yang terpenting sekarang, aku, kau dan anak-anak semuanya bahagia."
"Kau sungguh wanita hebat Aubree, bisa melahirkan dua orang anak yang hebat benar-benar perjuangan yang luar biasa dan sangat berat pastinya." Ujar Arthur bangga.
"Kak Arthur, bukan dua! Tapi, tiga!" Sanggah Jennifer.
"Hah? Tiga?" Kaget Arthur, sementara Aubree terpaku sebentar.
Jennifer yang mengatakan hal itu pun cukup terkejut dengan kalimat yang keluar dari mulutnya.
"Ah, aku tidak bermaksud..."
"Ar, sebenernya hari itu aku seharusnya melahirkan 3 orang anak. Namun, aku tidak berhasil menyelamatkan salah satu dari mereka. Maaf..."
"Hey, apa maksudmu dengan maaf. Aku tidak peduli dengan hal itu, fakta bahwa kau selamat dan sudah bersama dengan ku lagi sekarang adalah yang terpenting."
Aubree bersyukur anak-anak sudah tidak ada disini sehingga mereka tidak mendengar percakapan yang cukup menyedihkan ini. Ya, sejak masuk ke dalam rumah, ketiga anak itu begitu antusias untuk melihat saudara kecil mereka.
"Jennifer, tidakkah menurutmu sebaiknya kita membawa tamu untuk makan siang lebih dulu?" Ujar Dean yang baru saja tiba di ruang tamu.
"Oh aku hampir lupa. Maaf karena terlalu asyik mengobrol, ayo kita makan dulu. Semuanya sudah disiapkan oleh chef Dean, hahaha."
"Wah, kau sungguh memasak semua ini sendiri Dean?"
"Tentu saja, apa kau meragukan ku nyonya Gibsen?"
"Yah, tampang seperti mu tidak ada yang tidak meragukan."
"Hey, meski kau sahabat ku, aku tidak bisa terima penghinaan terhadap suamiku ya!" Jennifer berpura-pura marah dan membela suaminya.
"Hahaha, baiklah."
"Anak-anak, ayo makan dulu..."
"Baik paman!"
"Oh, sepertinya ada yang tertinggal di dapur, sebentar ya." Pamit Jennifer.
"Aku akan membantunya." Sambung Dean.
"Hey, mengapa kau mengikuti ku?" Kaget Jennifer ketika menyadari Dean ada dibelakangnya.
"Aku bisa melakukan ini sendiri, honey." Sambungnya lagi.
"Tidak, ini bukan soal itu Jennifer."
"Hemm?" Jennifer keheranan, karena tak biasanya nada bicara Dean seperti ini padanya.
"Kapan kau akan memberitahukan fakta itu pada Aubree dan Arthur? Kau tidak benar-benar akan membiarkan semuanya berlalu begitu saja kan?"
"Ah, Dean... Sepertinya kita bisa membicarakan ini lain kali, ya, ku mohon..."
"Kau harus bertanggungjawab untuk apa yang sudah kau lakukan Jenni."
☃️☃️☃️☃️☃️
Semoga suka sama part ini dan sampai jumpa di part selanjutnya 💕💓

KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy's [END]
RomanceF O L L O W S E B E L U M M E M B A C A ! ! "Bagaimana sekolahnya?" "Seru mom. Teman-temannya baik," ujar Airel menjawab pertanyaan Aubree. "Iya mom, untuk hari ini belum ada yang mengejek kami seperti biasanya." Aidan menimpali. Aubree tertegun...