"Mom, dad, bagaimana keadaan Airel? Apakah sakitnya sangat parah? Semua ini pasti gara-gara Arsen." Tanya Arsen penuh khawatir.
"Tidak sayang, semuanya baik-baik saja. Airel hanya sedikit kelelahan," jawab Aubree memberi pengertian pada Arsen.
"Maaf mom, padahal mommy sudah menitipkan Airel pada ku, tapi aku lalai dan tak bisa menjaganya dengan baik. Aku yang harusnya di salahkan."
"Aidan, kau sudah menjadi kakak yang baik. Musibah bisa terjadi kapan saja, dan ini bukan salah mu."
"Benar apa yang dikatakan mommy, sebaiknya sekarang kalian bersiap. Kita akan pergi melihat Airel dan membawa barang-barang keperluannya."
"Airel akan tinggal di rumah sakit?"
"Hanya untuk sementara sayang, agar ia bisa lekas sembuh."
"Baiklah mom, kalau begitu kami akan segera bersiap."
Setibanya di rumah sakit, mereka semua berkumpul dan melihat Airel yang menolak suapan bubur dari suster disana. Ya, sebelum Arthur dan Aubree pulang ke rumah, mereka terlebih dahulu menitipkan Airel pada suster yang sedang berjaga.
"Tidak, Airel tidak mau makan!"
"Airel kan putri kecil yang cantik, satu suapan dari aunty suster akan mendapatkan hadiah loh."
"Aunty suster pembohong! Aunty suster hanya mengatakannya agar Airel makan, kemudian tidak akan ada hadiah apapun!"
"Airel!" Arsen begitu antusias ketika memasuki ruangan tersebut.
"Arsen!"
"Bagaimana keadaanmu? Apakah sangat sakit?"
"Tidak Arsen, aku baik-baik saja. Hanya tubuhku rasanya sangat lemah."
"Kalau kau merasa tubuhmu lemah, harusnya kau tidak akan menolak untuk menerima suapan dari suster itu."
"Huh, kau tak akan mengerti Aidan! Bubur itu pahit!"
"Ariel, putri kecil mommy, maaf ya karena kamu harus merasakan sakit dan bubur yang pahit itu. Tapi, Airel percaya sama mommy kan?" Airel mengangguk kuat.
"Maka Airel harus makan, agar tubuh mu kembali sehat dan bersemangat lagi. Airel mau terus-terusan di rumah sakit ini?"
"Tidak, Airel ingin bersekolah kemudian bermain bersama Arsen dan Aidan."
"Maka sekarang buka mulut mu, daddy yang akan menyuapi" Airel menganguk antusias.
☃️☃️☃️
"Ar, bagaimana menurutmu, apakah akan baik-baik saja untuk membawa mereka pada papa?" Tanya Aubree.
"Yah, tentu saja. Apa yang kau ragukan?"
"Entahlah, aku takut dan masih membayangkan kemarahan papa saat itu."
"Bree, dengarkan aku. Semuanya sudah baik-baik saja sekarang. Papa sudah menerima semuanya, bahkan ia memaafkan ku. Jadi, kau tak perlu terlalu khawatir."
"Yyahh, baiklah ..." Ujar Aubree akhirnya dan bersandar pada dada bidang Arthur.
"Mommy ... Daddy ..." Lirih Airel.
Saat ini mereka sedang berada di ruang inap Airel. Arsen dan Aidan sudah dibawa kembali ke rumah beberapa saat lalu. Dan Airel tertidur ketika menjelang malam, sepertinya akibat obat yang baru ia konsumsi.
"Iya, sayang? Mommy disini"
"Mommy ayo tidur disamping Airel."
"Hmm, baiklah" Aubree segera mengambil posisi untuk berbaring disamping putrinya.
"Daddy, kau juga harus bergabung"
"Tidak sayang, tempat tidur ini terlalu sempit"
"Mom, sepertinya Daddy memang tidak pernah menyayangiku."
"Bukan begitu, Daddy hanya tidak ingin mengganggu istirahat mu. Akan menyesakkan bagi mu jika harus berbaring dalam keadaan sempit seperti itu."
"Mom, lihatlah dia. Sepertinya jika ada paman itu disini ia tak akan menolak permintaan kecil ku ini."
"Eh, paman siapa yang kau maksud?" Panik Arthur.
"Yah, dia seorang paman yang biasanya mendatangi mommy. Dia paman yang baik yang selalu mendengarkan ku, sepertinya dia akan menjadi seorang Daddy yang baik nanti."
Arthur menarik nafas kasar. Kemudian menuruti permintaan Airel untuk berbaring di sampingnya bersama dengan sang mommy.
"Baiklah, maafkan Daddy karena tidak mendengarkan mu barusan." Wajah murung Airel berubah cerah.
"Terimakasih Daddy."
"Sekarang, bisa kau katakan siapa paman yang kau maksud kan tadi?"
"Hah? Paman siapa? Aku tidak ingat."
"Pfftt...," Aubree tertawa melihat Arthur yang di permainkan oleh putrinya.
"Paman baik yang baru saja kau ceritakan itu."
"Oh, dia paman Dean."
"Apa? Dean? Bukan pria yang ingin mendekati Aubree?"
"Tentu saja bukan. Mommy tidak pernah menerima pria manapun! Mommy bilang, ia akan terus menunggu Daddy."
"Benarkah begitu?" Tanya Arthur dengan matanya yang melirik ke arah Aubree, menggodanya. Aubree memalingkan wajahnya, malu.
"Ya, tentu saja! Ariel berpikir tidak akan ada Daddy yang benar-benar akan datang, karena Mommy hanya membohongi kami. Tapi ternyata, Daddy benar-benar ada, dan sekarang berada disini bersama Airel dan mommy."
"Maafkan Daddy sayang. Maaf karena terlalu lama meninggalkan kalian."
"Ya, Airel memaafkan Daddy. Asalkan setelah ini Daddy berjanji tidak akan meninggalkan kami lagi."
"Tentu saja, Daddy berjanji."
Malam itu, Aubree, Airel, dan Arthur, tertidur dengan pelukan kehangatan di dalam ruang rumah sakit yang menjadi awal janji Arthur pada putrinya. Tanpa tau, takdir apa yang menanti mereka di depan sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy's [END]
Любовные романыF O L L O W S E B E L U M M E M B A C A ! ! "Bagaimana sekolahnya?" "Seru mom. Teman-temannya baik," ujar Airel menjawab pertanyaan Aubree. "Iya mom, untuk hari ini belum ada yang mengejek kami seperti biasanya." Aidan menimpali. Aubree tertegun...