Prolog

28.1K 1K 5
                                    

Seorang wanita berusia sekitar 20 tahun, keluar dari dalam ruangan yang bertuliskan 'dr. Kandungan'.

Wanita itu terlihat menarik nafasnya dalam, seakan terdapat beban berat yang tengah ia tanggung. Matanya berkaca-kaca, mencoba menahan linangan air yang sebentar lagi akan membanjiri wajahnya.

PLAKK!!

Suara tamparan menggema, memenuhi ruang keluarga yang terlihat begitu megah dan mewah.

"Anak kurang ajar!! Tidak tau diuntung!!" Seorang pria paruh baya terlihat begitu emosi pada anak perempuannya.

Pria itu adalah ayah dari wanita yang saat ini tengah menangis sesenggukan, dengan wajah tertunduk. Sementara sang ibu, terlihat begitu syok  dengan tangisan yang pecah, mendengar fakta bahwa anak perempuannya tengah mengandung.

"Maaf... Papa, mama, maafin Bree," Lirih wanita bernama Aubree itu dengan air mata yang terus mengalir di pipi.

"Siapa ayahnya!?" Aubree menggeleng. Bukan karena tidak tau siapa ayah dari anak yang ia kandung, melainkan ia tak sanggup menambah masalah dengan mengatakan siapa pria yang sudah menghamilinya.

   "Katakan siapa ayahnya, Bree!?" Ayah Aubree semakin tidak tahan melihat reaksi anaknya.

    "Pa, sudah ... Kita bicarakan dengan kepala dingin jangan emosi seperti ini." Dengan bujukan istrinya, akhirnya tuan Gennady yang merupakan ayah dari Aubree itu sudah tampak sedikit tenang.

    Tangisan sudah tak lagi terdengar. Digantikan dengan kehadiran seorang pria bernama Austin, yang notabenenya merupakan kakak laki-laki Aubree, kakak kembarnya lebih tepatnya. "Bree, kenapa kamu melakukan itu?" Suara dingin dari sang kakak membuat bulu kuduk Aubree meremang.

    "Maafin Bree kak." Lirih Aubree, masih dengan keadaan tertunduk dan duduk di sisi sofa.

    "Bukan maaf mu yang mau kakak dengar. Katakan siapa laki-laki itu?!"

   Aubree mencoba memberanikan diri untuk memandang kakaknya. Ia hanya mampu menggeleng dengan tetesan air mata yang mengalir melalui kelopak matanya.

    "Bukan karena kamu sering melakukan dengan banyak pria kan, sampai-sampai kamu tidak mengetahui siapa ayahnya!?" Aubree tersentak, tidak percaya jika kalimat semacam itu keluar dari mulut kakak yang selama ini selalu memanjakannya.

   "Aubree bukan anak seperti itu, Austin!!" Leylan membela putrinya.
 
   "Ma, apa mama pernah mengira bahwa kejadian seperti ini akan menimpa Aubree? Tidak kan! Maka kita juga tidak tau apa yang ia lakukan diluar sana."

   "Jika tidak mau mengatakan siapa ayahnya, gugurkan saja kandunganmu itu!" Final sang ayah.

   "Tidak pa!" Aubree memohon dengan air mata yang berlinang.

   "Pa, jangan asal memutuskan. Kita harus tanya bagaimana keinginan Aubree dulu." Ujar Leylan.

   "Apa lagi ma, ha!? Tidak cukup dia memalukan kita dengan anak di luar nikahnya itu?"

   "Papa!" Leylan membentak suaminya. Dan kemudian duduk di sebelah Aubree.

   "Kamu mau bagaimana, Bree?"

   "Bree mau tetap mempertahankan anak Bree, ma."

   "Tidak! Anak itu hanya akan menjadi aib untuk keluarga Gennady."

   "Dia cucu kita juga pa!"

   "Tidak ada keturunan Gennady yang akan lahir di luar nikah, ma!"

    "Bree pergi!" Ucapan Aubree membuat ketiga orang yang berada di dekatnya terkejut.

     "Jika anak Bree dianggap aib untuk keluarga ini, baik. Tidak masalah, Bree akan pergi dan keluar dari rumah ini!"

    "Aubree, apa yang kamu bicarakan? Tidak akan ada hal seperti itu." Leylan panik dengan perkataan anaknya.

    "Baik. Silahkan pergi! Sebelum kami mengetahui siapa ayah dari anak mu itu, jangan harap kamu masih menjadi putriku!"

    "Papa! Aku tidak terima, dia itu putriku dan anaknya adalah cucuku! Kau tak berhak mengusir mereka begitu. Bree lagi hamil, pa!!"

    "Aku sudah memberinya pilihan ma. Beritahu padaku siapa ayah dari anak itu, atau gugurkan kandungannya. Dan Bree sendiri yang memilih untuk pergi, bukan aku yang mengusirnya."

    "Bree dengar, tidak semudah itu untuk kau hidup sendirian diluar sana. Katakan saja siapa ayahnya, dengan begitu kami hanya akan menikahkan kalian." Aubree menegang, hingga sesaat kemudian ia menggelengkan kepalanya. Mustahil untuk menikahi pria yang sudah menghamilinya itu.

    "Tidak kak. Bree tidak bisa mengatakannya. Jika kehadiran anak Bree dianggap sebagai aib untuk keluarga ini, lebih baik Bree pergi. Bree akan belajar mandiri, dan percayalah Bree tidak akan kembali atau sekedar meminta bantuan dari kalian semua. Mama, maafin Bree. Bree tau ini salah, namun semuanya sudah terlanjur terjadi. Bree tidak akan melepaskan anak Bree ma. Doakan saja kehidupan Bree baik-baik saja diluar sana, ya." Leylan menangis mendengar ucapan anaknya.

    Dan ya, sejak hari itu Aubree pergi meninggalkan mansion keluarga Gennady. Aubree berjanji pada dirinya sendiri akan menjadi orang yang mandiri nantinya. Sehingga tidak perlu lagi tergantung pada orang-orang sekitarnya. Anggaplah ini sebagai penebusan atas kekecewaan yang sudah ia berikan pada orangtua dan kakaknya.

      Hanya satu tujuannya saat ini, Jennifer! Ia akan mendatangi sahabatnya itu terlebih dahulu, sebelum nantinya menentukan arah hidup untuk kedepannya.

     Hingga kemudian ia tersadar ketika melihat saldo rekeningnya. Sepertinya orang-orang di keluarganya masih tak sanggup melepaskan Aubree, hingga mengirimkannya uang 500 juta banyaknya. Entahlah, Aubree juga tak yakin siapa salah satu dari ketiga orang keluarganya yang mengirimkan uang itu. Apakah kakaknya yang selama ini memanjakannya? Atau mungkin sang ibu yang sangat berat melepas kepergiannya? Atau mungkin, sosok ayah yang sebelumnya selalu lembut terhadapnya?

     Aubree menangis. Mengingat sosok pria yang ia cintai. Pria yang sebenarnya adalah ayah dari anak yang ada dalam kandungannya. Namun pria itu tak akan mungkin bisa menjadi miliknya. Hingga akhirnya, Aubree memutuskan untuk keluar dari kehidupan normalnya. Memilih untuk hidup sendiri sambil membesarkan anaknya kelak.
      

☃️☃️☃️

         
Jangan lupa vote dan komen^^

  

   See you on next Chapter 💋

Daddy's [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang