"Mommy, Airel kenyang," seru Airel setelah selesai menghabiskan makanan di piringnya.
"Pintar anak mommy," puji Aubree.
"Arsen juga menghabiskannya mommy!" Seru Arsen tak mau kalah.
"Iya sayang, Arsen hebat."
"Aidan, mengapa kau hanya diam saja?" Tanya Aubree merasa aneh dengan anak sulungnya yang tak mengeluarkan sepatah katapun sejak mereka pulang bermain.
"Tak apa mom, sepertinya aku hanya lelah."
"Aidan, kau kelelahan? Ayo, beristirahat lah di kamarku!" Ajak Arsen. Dan ketiganya pun memasuki kamar Arsen untuk beristirahat atas perintah Arthur.
Dimeja makan saat ini hanya tersisa Arthur, Aubree, dan Shella. Entah mengapa Aubree merasa canggung dengan suasana ini. Sepertinya ada sesuatu yang tidak ia ketahui.
"Bree, ada yang ingin aku bicarakan denganmu. Mari ke ruang kerjaku." Aubree pun hanya mengangguk mengikuti langkah Arthur, sementara Shella masih sibuk menghabiskan makanan dipiringnya meski terlihat enggan.
Setibanya di ruang kerja Arthur.
"Bree, kali ini biarkan aku menjelaskan semua kesalahpahaman yang terjadi diantara kita."
"Ya, aku sudah siap mendengarnya."
"Kau tau, sejak awal wanita yang aku cintai hanya dirimu saja. Aku bahkan berpikir untuk menghilangkan semua ketidakmungkinan yang menghalangi hubungan ini." Aubree hanya duduk diam dan mendengarkan penjelasan Arthur.
"Aku bertemu dengan Austin kemarin," sambung Arthur.
"Kau bertemu dengan Austin?!" Ulang Aubree. Mendengar nama kakaknya itu, membuat Aubree merasa rindu. Jika dihitung, kurang lebih sekitar enam tahun Aubree tak bertemu dan menghubungi keluarganya.
"Ya, dan sejak hari itu aku tau kebenarannya. Aidan dan Airel adalah anakku kan?" Aubree tertegun sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya.
"Lalu kenapa kau menyembunyikan fakta ini dari ku?!"
"Kau bertanya seperti itu karena tidak tau? Kau pikir pilihan apa yang harus aku ambil, disaat keluarga ku sedang dalam keadaan kacau dan papa yang juga belum bisa memaafkan mu. Akankah aku akan memberitahu pada mereka tentang bayi yang ada di dalam kandunganku adalah anak mu, hingga setelah itu papa akan semakin marah kepadamu, begitu juga dengan mama yang akan menjadi sangat kecewa." Aubree cukup terbawa suasana dalam meluapkan isi hatinya.
"Setidaknya beri tahu pada ku Bree, aku berhak tau tentang itu..." Arthur berbicara dengan lembut, agar Aubree tak terpancing emosi.
"Kau tau, pada hari dimana aku hendak memberitahu mu, saat itulah aku melihat wanita hamil yang mengaku datang untuk bertemu dengan ayah dari anaknya, dan masuk ke dalam apartemen mu."
"Ah, ya ... Kau tau dia adalah wanita bayaran–"
"Sekarang kau bahkan mengaku memakai wanita bayaran hingga ia mengandung anakmu?!"
"Bree, dengarkan aku. Wanita bayaran itu bukan mencari ku akan tetapi ia mencari Calvin. Kau tau, saat itu Calvin masih tinggal bersama ku kan. Lalu untuk wanita itu, ia berbohong. Karena setelah diselidiki anak yang ia kandung bukanlah anak Calvin."
"Jadi, semuanya benar-benar hanya kesalahpahaman?"
"Ya, semuanya hanya kesalahpahaman! Aku sempat sibuk dan jarang menghubungi mu setelah kau memutuskan hubungan kita juga bukan tanpa alasan. Aku hanya sedang membantu Calvin."
Aubree meneteskan air matanya, mendekap dalam pelukan Arthur. Sesuatu yang sudah tertahan bertahun-tahun akhirnya mengungkapkan kebenaran yang sesungguhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy's [END]
RomanceF O L L O W S E B E L U M M E M B A C A ! ! "Bagaimana sekolahnya?" "Seru mom. Teman-temannya baik," ujar Airel menjawab pertanyaan Aubree. "Iya mom, untuk hari ini belum ada yang mengejek kami seperti biasanya." Aidan menimpali. Aubree tertegun...