(23)

274 27 5
                                    

Inginku memasuki duniamu
Dimana hanya ada aku dan kamu
Yang akan menjadi kata Kita, hingga berakhir menjadi Aku padamu.
_____

Ramon

Duduk termangu memikirkan akan sesuatu, yang memang sejak kejadian dua hari yang lalu aku sudah mulai jarang bertemu dan bertatap muka dengan Quinza. Hanya bisa melihatnya dari kejauhan, melihatnya yang terus tersenyum itu sudah cukup bagiku, meski sejujurnya aku selalu berharap bisa menjadi bagian dari hidupannya.

Kembali ku letakan kado yang akan ku berikan ke padanya di dalam loker. Meski sekarang Quinza memiliki dunianya sendiri namun aku tidak akan berhenti sampai di sini, aku akan terus memberi dorongan semangat untuknya meski hanya melalui sebuah kado.

"Jadi sekarang lo lebih suka jadi kayak gini?"

Suara Quinza membuatku tersentak karna terkejut, dia sudah berada di belakangku sambil bertolak pinggang.

"Heehhee, maksud lo apa?" Sambilku tersenyum.

Dia tidak menjawab hanya menggerakan kepala dengan mata yang terarah ke kado yang sudah ku letakan di dalam lokernya.

"Gue lagi nyimpan kado buat lo di loker,,!" Ucapku kembali

"Ya, gue tahu itu, tapi yang gue inginkan jawaban lo?" Katanya membuatku sedikit gugup dan berpura-pura tidak paham.

"Jawaban apa?"

"Jawaban atas pertanyaan gue lah?"

"Apa yang harus gue jawab, lo nggak mempertanyakan apa-apa sama gue jadi gue nggak ngerti maksud lo apa?"

"Ramon!" Dengan nada kesalnya dia memanggil namaku.

Aku tersenyum geli melihat ekspresi wajahnya yang kian berubah, rasanya begitu senang menggodanya saat ini, hanya ini yang bisa aku lakukan untuk mendapatkan perhatian lebih darinya. Di saat aku mengatahui jika sekarang Quinza sudah pacaran dengan Elios aku merasa sedih.

"Baiklah Ratu bawel"

"Ratu?"

"Bukankah Quin Artinya Ratu? dan sekarang lo lebih bawel dari biasanya!"

Quinza melihatku dengan kedua mata yang melotot, aku tersenyum sambil berkata.

"Gue hanya nggak ingin buat Elios cemburu?"

"Dia nggak akan cemburu, karna kami udah membahas soal ini sebelumnya!"

"Benarkah?"

"Ya, dan mulai saat ini gue nggak ingin dengar motif atau alasan apapun dari lo, jika lo ingin kasi gue kado, lo harus kasi gue secara langsung, lok nggak gue nggak mau ambil kado dari lo lagi."

"Mentang-mentang udah punya pacar, jadi beda?"

"Ramon gue serius!"

"Oke, ratu bawel"

Quinza memintaku ikut bersamanya ke kantin. Elios, Jimi dan Maya sudah berada di sana menunggu kedatangan kami.

Gurauan, canda dan tawa menghiasi makan siang kami. Tatapan ku yang tidak pernah lepas dari wajah cantik Quinza. Yang sama sekali tidak melihatku karna terlalu asyik dengan dunianya yang sekarang. Melihatnya yang di perlakukan manja oleh Elios membuatku merasa iri dan cemburu.

Sepulangnya dari sekolah aku pulang bersama Jimi dan jarang pulang bersama Elios karna dia kecendrungan sering bersama Quinza.

Sehubungan dengan ulang tahun sekolah tinggal dua hari lagi, aku dan Jimi di sibukan melihat poto-poto gadis teman satu sekolah yang sengaja di ambil gambarnya oleh Jimi agar aku juga dapat memilih salah satu di antaranya untuk dapat di bawa ke party sekolah.

KADO TERAKHIR (END, Masih Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang