Cinta
Cinta itu di ibaratkan seperti bunga
Jika di pelihara dan di rawat dengan baikMaka bunga itu akan tumbuh lebih cantik
Tapi
Jika di abaikan maka bunga itu akan layu dan mati.
______
"Don't touch me any more""Bisakah lo berhenti Quinza Lee Alfriska"
"Gue benar-benar risih"
"Kalau begitu patahkan dulu hati gue Elios Ray Almaoz"
______Membayangkannya saja hatinya langsung merasa nyilu, apa lagi kini Elios langsung mengatakanya di depan semua murid-murid yang lainnya.
Betapa teganya dia mempermalukan quinza di tempat umum.
Maya langsung menarik tangan Quinza membawanya menjauh dari keramaian.
Tatapan kedua mata maya menyiratkan belaskasih terhadap kondisi Quinza saat ini, Quinza tidak berkutik dia bagaikan patung di tempat itu.
"Rasanya gue ingin menendangnya, ingin menghajarnya, lalu gue cakar-cakar wajah tampannya itu agar lo nggak melirik ataupun melihatnya lagi." Ucap Maya melihat Quinza yang masih terdiam
"Apa sih istimewanya dia? apa sih hebatnya dia? apa sih yang lo lihat dari dia? dia hanya bisa bermodal tampang, gue tahu dia pintar, tapi buat apa jika sifatnya busuk seperti itu." ucap Maya kembali.
"Za jangan diem aja?"
Quinza tidak menjawab dia hanya menunduk.
Ingin rasanya Maya berteriak memarahinya, Tapi dia sadar hati mereka berbeda. Dia tidak mungkin terus melarang segala sesuatu yang di lakukan Quinza.
Karna Maya tahu sifat keras kepalanya yang tidak pernah mau untuk di larang, apa lagi menyangkut tentang Elios.
Hhh...
Menghembuskan napas lelah.
"May, bisakah lo nggak ikut campur lagi?" dia berucap tanpa memandanginya.
"Bagaimana bisa gue diam aja? sementara lo di perlakukan seperti itu..!"
"Ini memang salah gue, please untuk kali ini aja biarkan gue sendiri yang mengatasinya"
"Terserah lo sajalah..!" Kesal Maya lalu pergi meninggalkannya begitu saja.
Lelah rasanya percuma bicara, dia seperti patung yang selalu mengabaikan penuturan Maya.
Memang di sadari Maya, dia terlalu ikut campur urusan Quinza, namun apa salahnya jika dia memberi nasihat terbaik untuk sahabatnya?
Dia hanya tidak ingin jika nantinya Quinza tersakiti berkali-kali.
Maya tersenyum di kala melihat Elios berjalan menuju perpustakaan. Merasa ini sebuah kebetulan.
"kesempatan gue untuk bicara empat mata dengannya."
Maya ingin tahu, sebenarnya seperti apa perasaanya Elios pada Quinza?
"I'am sorry Quinza, kali ini gue nggak bisa diam aja."
"Elios"
Teriakan Maya berhasil membuat Elios menghentikan langkahnya lalu berbalik melihat Maya dengan wajahnya yang datar itu tanpa senyuman.
"Gue ingin bicara sama lo..!"
Dia tidak menjawab malah berjalan melewatinya, namun dia berkata.
"Ikuti gue"
KAMU SEDANG MEMBACA
KADO TERAKHIR (END, Masih Lengkap)
Rastgele[Revisi secara bertahap, adanya perubahan dalam kosa kata] ketika TAKDIR berkata lain, Maka apapun bisa terjadi.