(3)

912 63 21
                                    

Kata penolakan yang selalu kamu ucapkan berkali-kali tidak membuat hatiku jera

Tidak membuat hatiku untuk berhenti
Melainkan membuat hatiku semakin ingin mendekatimu.
________

Quinza

Entah kenapa ucapan Jimi membuat pikiranku terganggu.

Sampai tidurpun ucapannya terbawa-bawa ke alam mimpi.

Didepan cermin aku menatap diri sambil tersenyum hambar. Ternyata benar apa yang dikatakan oleh orang-orang termasuk para lelaki. Bahwa wanita itu peka terhadap cermin.

Lihat saja diriku sekarang sedikit-dikit cermin menatap bayangan wajah kembarku didepan cermin sambil tersenyum sendiri seprti orang gila.

Entah kini apa yang kupikirkan.

Memikirkan sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Andaikan saja aku bisa membaca pikirannya, aku ingin tahu apakah dia juga menyukaiku atau tidak.

Hati ini, perasaan ini terasa sesak jika kukembali mengingat ucapan Jimi yang terus terngiang-ngiang di ingatanku.

Semoga saja apa yang dikatakannya itu tidaklah benar, agar rasa semangat ini tidak akan pernah menghilang dari hidupku.

"Za gue nyontek lagi dong, tugas gue belum selesai nih"

"Kapan pintarnya kalo lo terus aja nyontek?"

"Kali ini saja, besok-besok nggak lagi deh"

"alasan lo tu dah basi tahu..!"

"heehhee,, ayolah kali ini aja ya ya" dengan wajah memelasnya di buat-buat.

Dia bernama Mayang Sari teman sekelasku, sekaligus sahabat terbaikku disekolah, dia tahu betul sifatku seperti apa dan akupun tahu sifatnya seperti apa, Namun anehnya selama kami berteman, aku tidak pernah datang berkunjung ke rumahnya. karena maya selalu beralasan rumahnya itu sepi bagaikan kuburan. tentunya aku percaya setiap apa yang di katakannya. kedua orang tuanya tidak pernah ada di rumah mereka selalu sibuk bekerja keluar kota. hanya saja yang ku tahu maya memiliki ibu tiri, namun aku tidak pernah melihatnya. Setiap hari Maya selalu di antar dan di jemput oleh supir pribadi ayahnya, yang katanya sengaja di perkerjakan untuk menjaga putrinya. akupun sering Nebeng saat pulang sekolah.

Maya selalu melarangku dengan keras jika aku bersikap centil dan ganjen didepan pangeranku.

Yaitu Elios Ray Almaoz kakak kelas yang kusukai sejak aku mulai memasuki sekolah ini.

Namaku Quinza Lee Alfriza, Hobiku adalah melukis.

Aku sering mengambil gambar secara diam-diam wajah pangeranku.

Tapi tidak melalui sebuah Handphone, melainkan dari sebuah coretan tanganku sendiri.

Semua lukisan hanya tentang dirinya bagaimana kesehariannya di sekolah selalau ku lukis, lalu ku abadikan.

Ku jadikan sebuah album yang kusimpan ditempat yang aman.

Seperti biasanya saat jam istirahat telah tiba.

Aku langsung duduk dikursi panjang yang terletak didepan kelasku, sambil terus menatap kelas yang posisinya berhadapan dengan kelasku yaitu kelas XII. IPA.

Dimana didalamnya terdapat pangeranku.

Hari ini aku berniat ingin mencari kesempatan dalam kesempitan.

Berniat merampas Handphonenya, lalu mencuri nomer yang satu minggu belakangan ini telah ia ganti lagi dengan nomer ponsel yang baru.

Entah aku tidak tahu dan tidak mengerti kenapa dia sering mengganti nomernya.

KADO TERAKHIR (END, Masih Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang