(40)

279 21 20
                                    

Matahari meredup
Awan menghitam
Langit menjadi mendung
Turunlah hujan.

Tetes demi tetes
Bumipun menjadi basah
Dunia tersenyum

Muncullah pelangi
Ketika hujan mereda, dan
Hilang kembali saat matahari bersinar.
______

Maya terus membiarkan Quinza mengoceh sambil menangis di pelukannya, mungkin dengan begitu hatinya bisa terasa tenang.

Ramon sudah berdiri di depan rumah pamannya Handoko.

Menghembuskan napas panjangnya dengan terus berpikir dan meyakini diri untuk tetap menemuinya dan bertanya akan kebenaran yang sesungguhnya.

Berulang kali dia mengetuk pintu namun tidak ada jawaban sama sekali.

Memutar ganggang pintu yang ternyata pintunya tidaklah terkunci, dengan perlahan dia masuk kedalam. Suasana terasa berbeda dari biasanya.

Terdengarlah suara teriakan dari ruangan kerja dokter Handoko, dengan langkah tercepatnya Ramon berjalan menuju ruangan itu berada.

Melihat seorang lelaki tua dengan tubuhnya yang kurus dalam keadaan terikat, berlutut di depan dokter Handoko yang berdiri tegap dengan memalingkan wajahnya ke arah yang lain.

"Katakan" Teriaknya kemudian menatap lelaki tua tersebut.

Teriakan Handoko membuat Ramon mengintai dari balik pintu ruangan yang setengah terbuka. Dia ingin mengetahui siapa lelaki tua itu hingga membuat pamannya harus bersikap jahat terhadapnya.

"Sudah ku katakan bukan aku"

"Jangan membohongiku!"

"Aku tidak berbohong, tuan Lee memang membayarku untuk menggertak mereka, tapi bukan untuk membunuhnya!"

Mendengar percakapan mereka Ramon tersenyum hambar ternyata pamannya memang tahu segalanya. Tapi sayangnya Handoko lebih peduli dengan kematian saudaranya yang terbunuh.

Ramon yang sudah mengetahui jika lelaki tua itu tidaklah bersalah. Seharusnya yang di persalahkan adalah dirinya, itulah yang sekarang ada di dalam pikiran Ramon. Karena dirinya saudara pamannya meninggal.

Apakah dia akan memberitahukan apa yang sudah di ketahuinya, atau tetap terdiam dan melihat pamanya mencari kebenaran?

"Paman" panggilnya kian berjalan masuk ke dalam.

Melihat Ramon datang tiba-tiba Handoko sempat memperlihatkan ekspresi dan gelagat pergerakan tubuh yang tidak biasanya.

"Ramon" dengan mata terbelalak.

Ramon tersenyum, tidak mesti dia harus bertanya ataupun berkata sesuatu tentang perkara apa yang di lihatnya saat ini. Karena menurut Ramon ini adalah sesuatu yang wajar di lakukan. Setidaknya pamanya masih waras dan tidak melakukan hal lebih dari sekedar mengintrogasi lelaki tua itu. Namun Handoko kian tertegun melihat Ramon yang datang dengan tenang tanpa bertanya atau mencurigai apa yang sedang di lakukannya.

Dengan begitu santunya Ramon duduk di kursi kerja pamannya.

Dokter Handoko melihat Ramon dengan kerutan di dahinya.

Ramon meletakan lembaran kertas yang tadi di berikan Maya kepadanya.

"Aku datang untuk bertanya paman!"

"Ingin tanya apa?"

Tidak menjawab malah Ramon menggerakkan kedua bola matanya menuju kertas yang tadi di letakannya di atas meja. Dengan lembaran kertas yang sudah terbuka lebar.

KADO TERAKHIR (END, Masih Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang