(10)

499 36 11
                                    

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana,

Seperti kata Api pada Kayu yang menjadikannya sebuah Abu.
_______

Ramon

Aku melihat perubahan ekspresi wajah Quinza saat ini setelah dia selesai melempar semua bebatuan yang ku berikan.

Membungkukan badan dengan kedua telapak tangannya memegang kedua lutut kakinya menjadikannya sebuah tumpuan pada tubuhnya, nafasnya terdengar tidak beraturan membuatku merasa yakin jika saat ini dia pasti sangat kelelahan.

Bagaimana tidak dia terus melempar batu sekuat tenaganya sambil berteriak keras.

"Rasanya melegakan...!" Terucap dari bibir manisnya.

Aku sangat mengagumi semua yang ada pada dirinya, dan aku selalu berharap jika suatu saat nanti aku bisa menjadi bagian dari dirinya meski aku tidak bisa memiliki hatinya paling tidak aku bisa menjadi bagian dari hidupnya.

Meski aku mengetahui jika dia hanya menganggapku sebagai teman. Namun bagiku ini adalah sebuah cinta Platonik, yaitu suatu hubungan lebih dari sekedar teman biasa antara lelaki dengan wanita tanpa adanya Seksual ataupun fisikal.

Aku mengikuti gerakan quinza yang kini kami terbaring di atas permukaan pasir sambil menatap bintang-bintang di atas langit.

"Za...!" Panggilku

"Mmmm...!"

"Jika suatu hari nanti, lo bisa duduk di atas langit itu, lo ingin jadi apa..?" Aku melontarkan sebuah pertanyaan konyol padanya.

"Gue ingin menjadi salah satu dari bintang-bintang itu...!" Jawabnya.

"Kalau lo mau jadi apa..?" Tanyanya kembali.

"Kalau gue sih ingin menjadi..." putusku setelah melihat adanya bintang jatuh.

"Eh, ada bintang jatuh, lo liat nggak Za...?"

Refleks membuat Quinza terbangun lalu terduduk sambil melihat ke atas langit.

"Ya gue liat...!"

"Lalu apa yang lo inginkan...?"

"Jika gue menjadi lelaki super, gue ingin meminjamkan kedua mata gue ini pada orang yang nggak bisa ngeliat apa yang kita liat sekarang ini...!"

"Jangan terpaku pada sebuah bintang, kata orang umur kita bakalan menjadi pendek..!"

"Apa lo percaya...?"

"Menurut lo gimana? karena semua orang liatnya apa yang terjadi bukan melihat isyarat ataupun berandai-andai...!"

"Lebih baik seperti itu dari pada menjadi bintang di atas sana yang hanya bisa duduk tanpa mengetahui apa yang terjadi di bawah sini..!"

Quinza terdiam, dia terus menatap langit sampai pada akhirnya aku berkata.

"Za, apakah hati lo udah baikan..?"

"Ya, makasi ya udah bawa gue ketempat ini,,!"

Aku hanya tersenyum terus dan terus menatapnya, aku benar-benar sangat mencintainya hingga aku berpikir sesuatu yang membuatku tertawa geli di dalam hati. Bahkan aku merasa rela dan sanggup memberikan segalanya hingga bagian dari tubuhku ini agar dapat tertanam dan bersatu dalam tubuhnya.

Sejak saat itu kami menjadi teman lebih dekat.

Meski dia selalu terlihat tegar, dan baik-baik saja di depan kami, tapi aku tahu apa yang dia rasakan saat ini.

Aku tidak ingin dia terus terpaku pada rasa apa yang di rasakannya di dalam hatinya.

Karna itulah sebabnya mengapa dan kenapa sekarang aku sering memberikannya sebuah hadiah berbentuk kado, seperti yang di ketahuinya jika kado yang ku berikan tidaklah mahal harganya namun cukup berkesan dalam hati.

Aku hanya ingin menciftakan sesuatu yang berbeda untuknya, sesuatu yang baru hanya tercifta untuknya, aku ingin hari-harinya penuh dengan warna, agar kesedihanya dapat terlupakan, Aku ingin dia selalu tersenyum lepas tanpa keterpaksaan, Aku ingin dia selalu bahagia meski kebahagiaan itu datangnya bukan dari orang yang dia cintai dan aku juga ingin dia melihat bahwa di sekelilingnya masih banyak orang yang menyayanginya termasuk aku.

"Gue ingin liat, hari ini lo kasi gue kado apa ya....?" Dia berkata sambil membuka bingkisan kado yang ku berikan.

"Boneka...?" Bingung dengan kerutan di dahi terlihat jelas.

"Ramon, boleh gue tanya sesuatu..?"

"Apa..?"

"Kenapa lo selalu kasi gue kado, padahal bukan hari ulang tahun gue...?"

"lo mau tahu alasannya apa..?"

"Ya..!"

"Karna gue ingin menciftakan dunia baru, dunia tentang kita, dimana cuman ada lo sama gue..!"

"Dasar lebay, terus kenapa hari ini lo kasi gue boneka beruang, kenapa nggak yang lain aja?"

"Yang lain, seperti apa maksudnya? Apa seperti hati gue? gue bahkan udah kasi lo Quinza, tapi sayangnya lo nggak nerima hati gue..!"

"Ramon gue serius, kenapa harus boneka?"

"Kenapa, apa lo nggak suka?"

"Suka, tapi gue ingin tahu alasannya kenapa?"

"Karna boneka memiliki makna dan arti tersendiri..!"

"Gue nggak paham..?"

"Pagi dan siang hari, lo bisa bersama kami, gue, maya maupun teman-teman yang lainnya di sekolah, lo bahkan dapat bersembunyi dalam tipu daya dengan tersenyum cantik bagaikan bidadari di depan kami semua. Tapi lo nggak bisa boongin gue karna gue tahu rasa yang lo rasakan, rasa yang ingin lo lupakan, rasa yang selalu buat lo sedih, sunyi, dan sepi. Meski berada di keramaian hati lo pasti terasa sepi, dan di saat lo berada di tempat yang sepi hati lo pasti terasa sunyi. Dan saat malam tiba, dimana perasaan itu mendatangkan kesedihan yang melanda hati lo, gue ingin boneka ini dapat berfungsi untuk nemenin lo di setiap malam sampai lo bisa tertidur pulas."

"Bila lo nangis maka lo bisa menumpahkan segala keluh kesah lo pada boneka ini, karna dia akan menjadi pendengar yang baik buat lo...!"

"Makasi Ramon...!"

********

2018

KADO TERAKHIR (END, Masih Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang