(25)

271 22 3
                                    

Quinza

Aku berada di suatu tempat, berdiri di satu titik terlihat menggelap tiada lampu untuk menyinari dan menerangi tempat ini

Kemunculan seekor kunang-kunang dengan cahaya kekuningan terlihat indah, dia terbang di depanku seakan menuntunku menuju tempat yang terang dan meninggalkan kegelapan, cahayanya kian meredup dan pergi meninggalkan ku kembali terlahap oleh kegelapan.

Tempat ini begitu indah banyak terdapat beranekaragam bunga dengan jenis yang berbeda hingga aroma harumnya tercium tidak menentu.

Sesosok pemuda datang mendekatiku wajahnya tidak terlihat oleh gumpalan kabut menghalanginya, ini benar-benar aneh, kenapa hanya wajahnya saja yang tertutupi bagaikan topeng untuknya.

Dia mengulurkan sebelah tanganya kedepanku, ku melihat adanya sebuah gelang melingkari pergelangan tangannya.

Gelang yang terbuat dari benang woll.
Aku bahkan menyambut tangannya yang kian menggenggam erat tanganku dengan memasukkan jari jemarinya ke sela-sela jariku.

Dia berlari akupun ikut berlari, semakin jauh kami berlari langkahnya semakin pelan dan akhirnya dia berhenti berlari.

Dia melepaskan genggaman tangannya kemudian tubuhnya terjatuh ke tanah dengan posisi berlutut lalu berbalik ke arahku.

Aku terperanjat karna terkejut tubuhnya penuh dengan darah yang kini menetes jatuh, aku tidak mengerti apa yang terjadi seingatku jika tadi dia baik-baik saja, lalu kenapa tiba-tiba menjadi seperti ini?

Hatiku terdengar riuh di dalam sana, pikiranku terus menimbulkan tanda tanya.

Inginku berucap tapi mulutku terasa terkunci, hingga pada akhirnya aku hanya bisa menangis.

"Quinza" Suara Elios membangunkanku, aku baru menyadari jika tadi aku sedang bermimpi.

Ini yang kesekian kalinya aku bermimpi dengan mimpi yang sama dan berakhir dengan keadaan yang sama, dengan wajah yang basah oleh air mata.

"Lo nangis?" Elios menghapus air mataku dengan sapu tangan yang di ambilnya dari saku bajunya.

Mimpi itu seperti nyata dia selalu datang di saat aku tertidur, mimpi yang terus sama tidak mengenal waktu. Meskipun aku tertidur di siang dan di malam harinya.

"Apa lo bermimpi?" Tanya Elios kembali.

"Ya" jawabku spontan.

"Jangan kawatir, mimpi di siang hari nggak akan jadi nyata, itu hanya kembang tidur!" Semoga apa yang Elios katakan itu benar.

Ku mengedarkan pandangan keseluruh tempat melihat sekitar, ternyata baru ku mengingat jika aku masih berada di dalam perpustakaan, yang memang awalnya tadi aku datang untuk menemani Elios belajar, dan akhirnya aku tertidur karna mengantuk.

Hari dan waktu yang di nantikanpun telah tiba, dimana malam ini perayaan party ulang tahun sekolah yang ke-80 akan di laksanakan.

"Quinza cepatlah, teman-temanmu sudah lama menunggu, kamu sudah terlalu lama berdandan" Teriakan mama membuat lipstik ku terjatuh ke lantai.

Di depan cermin aku tersenyum, perubahan dalam diriku kini sudah terlihat menonjol, dengan pergerakanku yang semakin lama semakin lamban ku rasakan.

Seharusnya dalam 15 menit aku sudah siap dengan pakaian serta dandanan mik-up tapi saat ini aku membutuhkan waktu lebih lama untuk menyelesaikannya.

"Apa yang sedang lo pikirkan?" Elios datang mendekatiku, sambil tersenyum dia mengambil lipstik ku yang tadi terjatuh.

"Biar gue bantu!"

KADO TERAKHIR (END, Masih Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang