Apa yang kau tahu tidak seperti apa yang kau duga.
Apa yang kau lihat tidak seperti apa yang terjadi,
Apa yang kau dengar tidak seperti kenyataanya, dan
Apa yang di perbuat bukanlah sesuatu yang di inginkanya.
Dia sulit untuk di tebak, sulit untuk di pahami dan sulit untuk di mengerti._______
Bingung, untuk kesekian kalinya Elios merasa bingung untuk memilih menjalani kehidupannya.
Perasaan campur aduk selalu melanda hatinya. Namun dia pintar untuk menyembunyikan perihal tersebut, tatkala dimana kegundahan hatinya itu terjadi saat dia selalu bertemu dengan Quinza.
Mengingat kejadian kemarin, sulit untuk di artikan karena Quinza gadis yang di kenalnya selama ini tidak pernah berani untuk menamparnya, jangankan menampar hanya sekedar bertatap muka dan berbicarapun dia tidak pernah berani, namun kejadian kemarin itu adalah hal yang pertama kalinya Elios rasakan emosi yang terlihat di wajah gadis itu membuatnya merasa bersalah.
ini memang salahnya untuk memilih dua wanita dalam hidupnya sangatlah sulit. Dia belum bisa menjalani komitmen untuk satu orang wanita saja, dimana perioritas utamanya adalah untuk melakukan pengorbanan.
Sentuhan yang sering kali Quinza berikan, memeluk tubuhnya di saat pagi hari setelah berada di sekolah kini tidak dapat di rasakannya lagi, namun sebenarnya Elios menikmatinya. Dia tidak benar-benar membenci gadis itu, namun keadaan yang mengharuskanya bersikap demikian.
Bagaikan ada dinding penghalang berdiri di tengah-tengah mereka. Sungguh hati kecilnya berkata dia tidak ingin jika gadis itu benar-benar menjauh darinya.
"Lo nggak ngantin sob?" Jimy mendekat lalu duduk di sampingnya.
"Gue takut ketemu dia, gue takut bakal berubah pikiran"
"bukankah dia sudah nggak gangguin lo lagi?"
"Gue takut nyesel."
"Gue nggak tahu pikiran lo sekarang, tapi saran gue jika lo suka dia, sebaiknya lo katakan saja, ini hidup lo yang ngejalaninya juga lo sob, jangan sampe lo nyesel karena kehilangan dia. Gue tahu keluarga lo lebih penting dari segalanya, tapi lo nggak harus ngorbanin perasaan lo sendiri."
Elios diam tanpa menjawab perkataan Jimi. Rasanya dia ingin menceritakan segala hal yang terjadi, agar gadisnya tidak menjauhinya lagi, tapi dia sudah berjanji peristiwa ini tidak boleh ada yang tahu kebenarannya.
Hanya bisa melihat Quinza dari kejauhan, terlihat jelas dimatanya, bila gadisnya kini berbeda. Tidak seperti sediakala yang selalu terlihat ceria, namun saat ini dia terlihat lesu tidak bergairah.
Sungguh terasa hati kecilnya kian teriris, haruskah dia berkata sesuatu agar gadisnya kembali ceria.
"Elios" Suara itu membuatnya menoleh.
Alisya datang sambil membawa dua botol minuman yang satunya diberikan kepada Elios.
"Lo suka kan sama dia?" Tanya Alisya sambil memutar tutup botol minumannya.
"Nggak!" Jawabnya spontan
Elios meneguk minumannya, Alisyapun tersenyum sinis mendengar jawaban Elios.
"Gue denger lo deket sama Lala." Ucapan Alisya berhasil membuat Elios menoleh padanya.
"Lo tahu dari mana tentang Lala?" Mengerutkan kening.
"Lo tenang aja, gue nggak kasi tahu siapa-siapa tentang hubungan lo"
"Apa mau lo?"Sidiknya
"Ternyata lo peka juga!" Tersenyum.
"Tapi nggak sekarang. Gue cuman ingetin lo aja, jangan pernah bermain api bila lo nggak bisa memadamkannya." Setelah berkata Alisya langsung pergi.
Sebenarnya Alisya tahu jika Elios mengerti, tapi entah kenapa Elios malah tetap melakukanya.
Mungkin berpura-pura di depan banyak orang sudah terbiasa untuknya, dan menyembunyikan perasaan adalah ahlinya.
Elios hanya tidak ingin jika gadis yang di cintainya ikut terlibat dalam masalahnya. Elios tidak ingin orang lain tahu sisi kelemahannya, jadi untuk sekarang biarlah Quinza membencinya dulu.
Jika dikatakan bahwa Elios tidak pernah memperhatikan Quinza, itu bohong. Karena tanpa sepengetahuan mereka Elios juga sering diam-diam memperhatikannya.
Melihat Quinza yang pulang duluan tanpa menunggu Maya. Eliospun menatap kepergiannya dari kejauhan. Namun tatapannya beralih pada Maya yang kini kembali ke dalam kelas setelah Quinza pergi. Rasanya aneh harusnya Maya kembali masuk ke ruang rapat. Elios mengintai pergerakan Maya yang terlihat mencurigakan.
Maya yang sedang duduk sambil makan kacang. Membuat Elios menghela napas, kecurigaannya tidak terbukti. Karena maya tidak melakukan hal yang aneh seperti apa yang tengah dipikirkannya.
"Ada apa?" Jimi datang menghampiri.
"Tidak ada" Jawab Elios.
"Kenapa belum pulang?"
"Apa lo nggak ngerasa aneh sama tingkah Maya, gue merasa sikapnya berubah-ubah."
"Nggak tuh, biasa aja!" Jawab Jimi.
Elios diam lalu berbalik dan berjalan menuju parkiran mobil yang di ikuti oleh Jimi di belakangnya. Meskipun belum ada bukti namun hatinya tetap membenarkan prasangkanya itu.
Setelah sampai di kamar kos kedua mata Elios tertuju pada dinding dekat Almari belajarnya. Melihat lukisan Quinza yang sempat ia bawa di saat Maya meleparnya hingga mengenai dirinya. Pada saat itulah Elios langsung mengambilnya dan membawanya pulang, tentunya tanpa sepengetahuan mereka.
Suara ketukan pintu kamar menyadarkan pandangannya, melihat siapa yang datang smrik senyuman terlampirkan. Tak di sangkanya bahwa Ramon datang menemuinya entah dia datang untuk apa. Mungkin ingin membahas tentang perihal kemarin atau mungkin saja hal yang lain.
"Gue datang bukan untuk minta maaf." Menatap Elios
"Gue berharap lo nggak berubah pikiran setelah lo buat hati Quin hancur." Tambah ramon.
"Apa lo suka dia?" Tanya Elios.
"Iya, gue suka Quinza."
"Baguslah jika lo suka dia, gue rasa dia lebih cocok sama loe."
Tiba-tiba Ramon menghantam keras wajah Elios hingga memar dan mengeluarkan setetes darah di sudut bibirnya.
"Lo gila" Teriak Elios.
"Ini peringatan buat lo." Kata Ramon menegaskan membuat Elios tersenyum simpul.
Elios menghapus darah di sudut bibirnya sambil melihat kepergian Ramon.
Ini memang salahnya, Elios berhak mendapatkannya mungkin itu yang ada dalam pikiran Ramon. Namun dia tidak tahu bahwa Elios juga merasa tersiksa telah menyakiti Quinza. Tapi mereka tidak akan tahu hal itu, karena Elios pintar dalam menyembunyikan perasaannya sendiri hingga siapapun tidak bisa tahu dan tidak akan bisa membaca apa yang tengah di pikirkan Elios.
*****
2018
KAMU SEDANG MEMBACA
KADO TERAKHIR (END, Masih Lengkap)
Casuale[Revisi secara bertahap, adanya perubahan dalam kosa kata] ketika TAKDIR berkata lain, Maka apapun bisa terjadi.