(7)

466 39 8
                                    

Kamu menang
Hati ini kalah
Kamu patahkan hati ini dengan cara seperti ini.
______

Quinza

Seperti biasanya setelah pulang sekolah aku menunggu Maya di kelas yang sedang melakukan rapat osis sambil melihat lapangan bola dari kaca jendela kelas.

Rasanya aneh jika melihat mereka bermain tanpa adanya pangeranku, setengah harian ini aku tidak pernah melihat batang hidungnya lagi.

("May, kapan selesai rapatnya? gue udah mulai bosan nih..!")

Mengirimi Maya pesan masage, yang langsung di balas olehnya.

("Kayaknya sih masih lama nih za, lo pergi ke perpus aja dulu, atau cari lokasi untuk melukis, agar nggak bosan")

("Ogah ah, gue ngaak mau lukis yang lain kecuali pangeran gue")

("gue nggak minta lo buat lukis yang lain..!")

("Ya gue tahu")

Pada akhirnya akupun pergi ke perpustakaan yang ruangannya terletak paling ujung dari ruangan kelas yang lain.

Biasanya di saat jam seperti ini perpustakaan akan sepi, karna memang ini waktunya untuk pulang.

Hanya ada petugas perpustakaan yang sedang duduk manis sambil mengobrol dengan seseorang di handphone.

Perpustakaan yang memang terbilang sangat besar, banyaknya buku-buku yang berderet sangat rapi di rak masing-masing sesuai dengan judul dan kriteria bukunya.

Adanya setiap lorong-lorong kecil dari setiap deretan rak yang di sesuaikan dengan jarak agar para murid dapat melewatinya dan leluasa untuk memilih hingga mencari buku yang di inginkan.

Tersedianya kursi serta meja yang tertata rapi di samping rak-rak yang berderet, agar nantinya mereka bisa membaca sambil duduk.

Aku yang terus saja berusaha mencari buku yang belum sempat ku temukan.

Pergerakanku terhenti disaat mendengar suara seseorang yang sedang berbicara, suara yang benar-benar aku kenal betul.

Menggeser sedikit buku yang ada di rak hingga aku dapat melihatnya.

Ternyata benar dugaanku dia adalah Alisya.

Beberapa hari ini memang aku tidak pernah lagi melihatnya sejak kejadian itu. Dan diapun tidak pernah lagi membully ku seperti biasanya.

"Harusnya lo balas cinta gue"

Dia berbicara dengan seseorang yang tidak bisa kulihat siapa dia, karna alisya sedang berdiri di depanya sementara dia duduk di bangku, hingga punggung alisya menghalangi penglihatanku.

"Gue udah turuti apa keinginan lo, jadi sekarang lo harusnya nepatin janji lo sama gue."

"Tentu saja gue akan tepati..!"

Oh...tidaak..! Itu pangeranku.

Aku mengenal betul suaranya, dan kini dia berdiri tegap.

Deegg...

Dia bahkan mengalungkan kedua tanganya di leher pangeranku sambil berkata.

"Gue maunya sekarang"

Apa yang mereka lakukan, aku melihatnya sendiri di depan mataku, mereka berhasil membuat air mataku menetes, sesak di dadaku begitu terasa, jantungku seakan berhenti berdetak, sakit rasanya seperti adanya sebuah belati tajam menusuk hulu hatiku.

Dengan tidak sengajanya aku malah menjatuhkan buku saat melihat mereka berciuman dengan mesranya.

Duniaku seakan runtuh terhenti, jiwaku seakan telah menghilang hanya ragaku ambruk tak berdaya.

Lo menang, lo patahkan hati gue dengan cara seperti ini?

"Siapa disana..?" Teriakan alisya menyadarkanku.

Aku bangkit dari ketepurukan, langsung berlari keluar sebelum mereka melihatku.

Menangis dan berteriak sejadi-jadinya berharap sesak di dada bisa berkurang.

"Za"

Suara maya membuatku menoleh, langsung memeluknya di iringi dengan suara tangisan meledak-ledak, yang tak bisa ku tahan lagi.

Tidak perduli lagi apa tanggapan darinya nanti tentang diriku.

Kali ini saja biarkan aku menangis menumpahkan segala rasa sakit dan sesak yang melanda hatiku.

"Sakit may, benar-benar sakit"

"Menangislah za, jika dengan cara itu bisa membuat lo tenang"

"Lihatkan za? lo nggak pernah dengerin kata-kata gue!" Ucapnya kembali

Melepaskan pelukan dan menatapnya, dia benar seharusnya dari dulu aku mendengarkannya dan sekarang tanpa rasa malunya aku menangis di depannya.

Aku menghapus air mata lalu tertawa.

Wajahnya terlihat bingung melihatku, yang tiba-tiba tertawa seakan-akan tidak terjadi apa-apa.

"Lo nggak apa-apakan..?"

"Yupz.."

"Lo aneh, tadi nangis sekarang tertawa, gue jadi kawatir jangan-jangan nanti lo nggak pulang ke rumah, tapi malah melompat dari atas jembatan."

"Gue masih waras kalii"

"Lalu apa yang buat lo ketawa..?"

"Gue bodoh, benar-benar bodoh May" meruntuki diriku sendiri lalu kembali menangis.

*****

2018

KADO TERAKHIR (END, Masih Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang