Timbulnya keraguan di saat munculnya ke gundahan dalam hati.
Meski terus meyakini,
Semuanya akan baik-baik saja
Dan
Dunia ini masih milik kita berdua.
____Quinza
"Gue janji akan bawa lo ketempat ini lagi!"
"Baiklah"
____Sesampainya di rumah aku melihat Elios sudah berada di depan teras rumahku, raut wajahnya tidak terlihat senang melihatku pulang bersama Ramon.
Tatapannya tidak lepas dari pandangan wajah Ramon, sampai kami mendekatinya dan barulah mama keluar dari dalam, sembari mendekat sambil berkata.
"Ya ampun sayang, kamu pergi kemana saja, katanya Elios kamu bolos sekolah, benarkah itu?"
"Maaf ma"
"Lain kali jangan di ulangi lagi" Ucapnya kemudian kembali masuk ke dalam, seketika mengingat akan dirinya yang sedang memasak di dapur.
Kembali ku menoleh pada Elios yang masih menatap Ramon dengan tatapan tidak bersahabat. Tapi wajahnya kian berubah tersenyum seketika pandangannya beralih padaku.
"Kamu udah pergi kemana aja? aku sangat kawatir" Dengan suara lembut, lirih mengusap kepalaku dengan telapak tangannya.
"Maaf" Jawabku spontan.
"Bisakah kamu menghubungiku?"
"Tadinya aku ingin melakukannya, tapi ponselku mati karna batrainya habis."
Dia tidak menjawab melainkan tersenyum lalu menarikku, hingga aku mendekatinya.
"Lain kali kemanapun kamu pergi usahakan untuk menghubungiku terlebih dahulu!"
"Ya"
"Quinza, makasi untuk hari ini" kali ini yang berucap adalah Ramon.
"Harusnya gue yang berterimakasi untuk hari ini, gue suka kado lo" Ramon tersenyum mendengar jawabanku.
Namun aku tidak sengaja jika ucapanku ini membuat Elios menjadi cemburu, hingga dia memeluk pinggangku dengan sebelah tangannya, dengan gerakan sedikit kasar.
Sempat ku melihat ekspresi wajah Ramon menggambarkan ketidak sukaannya melihat Elios. Lalu kembali dengan wajah penuh senyuman di saat beralih melihatku.
Setelah Ramon pergi Elios melepaskan pelukannya lalu beralih merangkul pundakku sambil berkata.
"Bunda ingin bertemu denganmu!"
"Benarkah?"
"Gantilah pakaianmu dulu aku akan menunggumu di sini"
Kami hanya membutuhkan waktu kurang dari satu jam menempuh perjalanan, hingga sekarang kami sudah berada di depan sebuah rumah sederhana.
Yang ku yakini jika rumah ini bukanlah kediaman keluarga besar Almaoz. Yang terkenal dengan keluarga yang kaya raya.
Seorang wanita yang usianya terlihat tidaklah jauh beda dari usianya mama keluar dari pintu utama menyambut kedatangan kami dengan senyuman lebar, wajahnya terlihat cantik natural tanpa polesan mik-up, dengan rambut yang terikat biasa kebelakang dan berpenampilan biasa.
"Ray, apakah dia gadis yang sering kamu ceritakan?"
"Ya bunda, namanya Quinza"
"Quinza ini bundaku!"
Aku tercengang, mendengar kata elios yang ternyata wanita di depan ku ini adalah orang tuanya, aku tersenyum canggung merasa malu.
"Dia gadis yang cantik"
KAMU SEDANG MEMBACA
KADO TERAKHIR (END, Masih Lengkap)
De Todo[Revisi secara bertahap, adanya perubahan dalam kosa kata] ketika TAKDIR berkata lain, Maka apapun bisa terjadi.