(31)

214 23 16
                                    

Kamu datang dan membawaku.
Dari kegelapan menuju alam terang.
Dimana aku sudah menyerah.
Namun kau datang memberikan sepercik harapan.

Tapi
Kamu hanyalah mimpi kelam
Yang hadir tanpa ku minta.

Awalnya bahagia
Namun akhirnya berduka.

Siapa kamu?
Dan
Apakah kita saling mengenal?

___

Quinza

Menangis tiada henti duduk terkapar di lantai yang terasa dingin menusuk permukaan kaki, mengakibatkan lubang-lubang pori terbuka lebar menyebabkan bulu-bulu halus kian berdiri.

Tubuhku bergetar, dengan kepala menunduk hingga rambutku yang terurai panjang kini menutupi wajahku yang sudah basah oleh air mata.

Tempat ini begitu gelap dan menakutkan. Dia datang kembali lalu menarik sebelah tanganku, membawaku ketempat yang lebih terang.

Ketika aku ingin menyerah dalam relung kehidupan, dia datang membangkitkan semangatku kemabali.

Aku terus berlari mengikutinya hingga menuju titik terang.

Bisa ku merasakan genggaman jari jemari telapak tangannya terasa hangat dan begitu nyaman.

Aku hanya bisa melihat struktur tubuhnya yang tinggi membelakangiku tanpa harus mengetahui siapa dia, tapi kabut itu tidak lagi menutupi wajahnya, tergantikan oleh sebuah topeng yang hanya memperlihatkan lubang di bagian kedua matanya.

Dan hanya dapat melihat sebuah gelang yang terus melingkari pergelangan tangannya. Gelang yang terbuat dari benang woll berwarna biru langit.

Dia membawaku kesebuah tempat yang udaranya terasa sejuk menyegarkan, terik sinar matahari yang terlihat dari celah rimbunya dedaunan.

Hembusan angin terus terasa bertiup menerpa tubuhku terasa dingin di saat berbaur dengan percikan demi percikan air, membuat hawanya menjadi lembab.

Dia melepaskan genggaman tangannya yang tadi erat kian mengendor. Lalu berbalik menghadap ku.

Tubuhku menegang karena terkejut, tubuhnya penuh dengan lumuran darah. Dia terjatuh bersimpuh di depanku, terlihat tubuhnya begitu lemah dengan kepala yang mengadah ke atas melihatku.

Butiran bening terlihat di pelupuk matanya kini jatuh membasahi topeng yang di gunakannya.

Dia bahkan mampu menggerakan hatiku kian terasa begitu sedih melihat keadaanya yang sangat mengenaskan.

"Quinza"

Aku langsung terbangun di saat suara Maya terdengar keras meneriaki namaku tepat di telinga ku.

Dia melihatku dengan wajah bengongnya, karena melihat wajahku yang sudah basah oleh air mata.

"Lo mimpi lagi?" Tanpa harusku menjawab pertanyaanya.

Aku langsung memeluknya, kembali menangis dengan suara terisak. Maya mengelus-elus bagian punggungku sembari untuk menenangkan perasaan dan hatiku yang kian bercampur aduk rasanya tidak menentu.

Mimpi itu terasa begitu nyata, bahkan aku tidak bisa mengendalikan perasaanku hingga terbawa kedunia nyata.

Saat ini aku merasa tidak mengerti adanya tanda tanya besar tersirat di pikiranku.

Sebenarnya siapa dia?
Apa kami memiliki hubungan?

"Za, apa mimpi lo sangat buruk, hingga lo jadi nangis?" Maya kembali bertanya.

Akupun menceritakan semua tentang mimpi itu dan perasaan yang ku rasakan saat ini. Rasanya ada bagian diriku yang telah menghilang.

"Untung lo bahas tentang gelang, gue jadi inget, maaf hari-hari ini kepala gue terasa pusing, akibat menerima ulangan dadakan setiap hari, lo tahu kan gue nggak sepintar lo. Sejak lo cuti sekolah, gue jadi linglung, banyak yang gue pikirin!" Tutur Maya panjang lebar.

Sudah satu minggu aku tidak pernah pergi ke sekolah karena kondisi kesehatanku semakin buruk, pembuluh darah putih yang sudah tidak terlalu aktif mengalir dalam tubuhku membuat bagian kecil urat-urat dalam tubuhku terasa kaku. Hingga pergerakanku menjadi sedikit lamban.

Setiap jam istirahat sekolah Maya selalu datang ke rumahku. Katanya dia harus melihatku setiap hari meski hanya beberapa menit saja.

Dia memberikanku sebuah gelang, katanya sebelum Xio ba pergi dia menitipkan gelang ini padanya untuk di berikan kepadaku. Dan setiap anggota keluarga besar Lee harus memiliki gelang ini, sebagai tanda kekeluargaan kami, bisa juga di sebut dengan ciri khas keluarga.

Yang membuatku merasa terkejut saat melihat gelang ini. Warnanya, bentuknya, modelnya dan bahanyapun yang terbuat dari benang woll. Semuanya mirip dengan gelang yang di gunakan oleh lelaki di dalam mimpiku.

Apakah ini sebuah pertanda?
Apakah dia juga memiliki hubungan kekeluargaan denganku?

"Gelang yang sama!" Gumamku kecil tapi aku yakin, Maya mendengarnya.

"Siapa nama yang tertulis di gelangnya?" Tanya maya.

"LEE JONG'ER"

"Nama itu sebelumnya pernah gue denger. Lee hong yi dan kakek lo pernah menyebutkan nama itu, tapi orang yang memiliki nama itu sudah meninggal"

"Benarkah?"

"Kenapa lo nggak bertanya pada tante Adinda, tentang lelaki yang bernama Lee jong je mungkin saja tante Adinda tahu soal dia?"

Setelah Maya kembali ke sekolah, aku keluar dari kamar, untuk mencari keberadaan mama yang sedang berdiri di balkon kamarnya.

Aku bejalan mendekatinya. Malihat apa yang sedanga dia lihat sekarang.

Terlihatnya beberapa kendaraan yang melintasi jalan raya di bawah sana. Mereka yang memiliki kesibukan masing-masing terlihat begitu tergesa-gesa untuk memenuhi aktivitas yang mereka jalani.

"Membosankan" Mama langsung menoleh padaku lalu tersenyum.

"Ma, aku ingin bertanya?" Kataku kemudian.

"Katakan?"

"Siapa Lee jong'er?"

"Lee jong je" Gumamnya pelan.

Wajah Mama terlihat berubah, ekspresi wajahnya yang tidak biasa. Adanya kesedihan yang nampak di manik matanya.

Kelopak mata bagaikan danau kian menumpuk lalu menetes jatuh dari pelupuk matanya menjadi butiran-butiran air mata.

*****

2021

KADO TERAKHIR (END, Masih Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang