Ini seperti mimpi,
Mimpi ini membuatku bahagia
Jika ini benar mimpi
Aku tidak ingin terbangun
Aku ingin terus seperti ini
Menikmati bahagia yang ku rasakan.
_____Quinza
Terciumnya aroma makanan di hidungku, langsung ku membuka mata, pertama yang ku lihat jendela kamarku yang tirainya sudah terbuka lebar, pantulan sinar matahari menyilaukan kedua mataku, tersenyum hambar mengingat semalam aku meminum obat tidur hingga bisa tertidur lelap.
Ku melihat sepaket bunga mawar merah terletak di samping tempat ku tertidur dengan selembar kertas tertulis "From Elios".
Terukirlah senyuman di bibirku, aku langsung keluar dari kamar, terpaku karna terkejut, tatapanku tidak lepas dari sosok seorang yang amat ku kenal sekarang berada di dalam dapur rumahku berkutat dengan alat masak, Dia adalah Elios pangeranku.
"Selamat pagi" Sapanya saat menyadari akan kehadiranku yang berdiri mematung masih dalam posisi melihatnya.
Apa aku masih tertidur dan bermimpi? ku tepuk sebelah pahaku untuk menyakinkan diriku bahwa apa yang terjadi sekarang adalah kenyataan dan bukan mimpi.
Elios mendorong pundakku dari arah belakang hingga aku melangkah maju lalu dia memintaku untuk duduk di kursi makan yang sudah di sediakannya, Meja yang sudah di penuhi berbagai macam hidangan.
"Sayang lihat ternyata, Elios pandai memasak ini semua makanan kesukaanmu!" kali ini mama yang berkata saat dia datang dan duduk di samplingku.
Aku tidak percaya ini, ini bahkan sulit untuk ku percaya, ini seperti mimpi.
Seingatku kemarin sikap Elios kepadaku masih seperti sediakala yang tidak menginginkan diriku, tapi kenapa hari ini seperti ada yang berbeda dia bahkan terus tersenyum melihatku, kemana wajah datarnya kenapa tidak terlihat lagi, haruskah aku bahagia?
"Sayang setelah makan jangan lupa minum obatnya ya?" Ucap mama saat Elios memberikanku sepiring nasi goreng.
Aku bahkan masih tidak bisa berkata apa-apa, hanya bisa diam, melihat dan mendengar.
"Tenang aja tante, mulai hari ini Quinza nggak akan telat lagi untuk minum obat" Elios menjawab sambil tersenyum lebar melihatku.
Rasa bahagia ini tidak bisa ku utarakan dengan kata-kata, tidak bisa ku lukiskan dengan pena dan aku tidak bisa menceritakan gambaran seperti apa rasa bahagia yang kian bergejolak di hatiku, yang ku tahu saat ini mulutku terasa terkunci rapat.
"Kenapa nasi gorengnya hanya di aduk saja, coba di cicipi lo pasti suka rasanya" Dia bahkan benar-benar percaya diri hingga akhirnya dia mengambil sendok yang tadinya ku genggam.
Dia memintaku membuka mulut dengan menyuapiku sesendok nasi goreng, rasanya ini benar-benar seperti mimpi jika memang ini mimpi aku tidak ingin terbangun biarlah aku seperti ini untuk selamanya.
"Empat hari lagi perayaan ultah sekolah, hari-hari ini gue benar-benar sibuk..!" Ucap maya setelah aku berada di sekolah tepatnya di dalam kelas saat ini.
"May, apa lo tahu sesuatu?" Akhirnya aku bersuara juga tapi dengan sebuah pertanyaan.
"Apa?" Tanya maya kembali.
"Rasanya begitu aneh, serba mendadak dan serba tiba-tiba"
"Masalah Elios?" Sepertinya Maya mengerti alur dari pertanyaanku.
"Gue juga berpikiran sama dengan lo, tapi sudahlah lo jangan mikir hal yang nggak perlu, lo nikmati aja semua yang terjadi bukankah lo ingin merasakan bahagia dan menghabiskan waktu bersamanya, jadi tuhan memberikan kesempatan buat lo bahagia dengan orang yang lo sayang, jadi jangan sia-siakan kesempatan ini, ingat waktu sangatlah berharga"
Setelah pulang sekolah aku berjalan menuju loker untuk mengambil sesuatu yang tertinggal. Dimana aku melihat di dalamnya ada sebuah kado yang ku yakini pemberian dari Ramon, siapa lagi kalau bukan dia karna hanya dialah satu-satunya yang selalu memberikanku kado setiap harinya.
"Apa setiap hari, Ramon beri lo kado?" Suara Elios terdengar ternyata dia sudah berdiri di belakangku.
Aku jadi ingat kata Maya bahwa Ramon sekarang hanya berani menyimpan kado pemberiannya di dalam loker, tanpa harus memberikannya langsung kepadaku, tujuannya karna tidak ingin menggangguku.
Dasar bodoh sejak kapan dia berpikiran kolot seperti itu, tidakkah dia tahu jika hal konyolnya ini telah membuat hari-hariku berbeda, dia berhasil menciptakan dunia yang berbeda untuk ku.
"Quinza" suara Elios menyadarkanku.
"Apa kakak cemburu?"
Tanyaku langsung padanya, untuk meredakan dan menghilangkan pikiran yang timbul secara tiba-tiba di kepalaku yang juga aku rasakan jika mengingat hal konyol yang di lakukan Ramon entah aku selalu tersenyum geli karna terasa nyaman di hati.
"Nggak, gue tahu lo cuma suka sama gue."
"Jadi kakak nggak keberatan kalau Ramon memberiku kado setiap hari?"
"Tentu saja, Ramon teman lo dan juga teman gue, gue nggak akan larang lo berteman dengan siapapun,,!"
"Terimakasi"
Setelah pulang sekolah kami kebanyakan berbincang-bincang, berbicara sesuka hati, tertawa dan bergembira, wajah datar Elios telah menghilang tergantikan dengan wajahnya yang terus terlihat tersenyum.
Tidak terasa waktupun berjalan dengan cepat haripun semakin terlihat menggelap, kamipun belum juga pulang ke rumah.
Elios membawaku kesebuah tempat yang tidak ku ketahui sebelumnya, tempat yang berada tidak jauh dari kostnya.
Terlihatnya tumbuhan rumput ilalang yang tumbuh memanjang berbaur dengan tumbuhan liar lainya memenuhi gundukan tanah dataran tinggi bagaikan karpet yang dapat menutupi warna tanah yang coklat hingga tidak terlihat oleh tumbuhan tersebut.
Terdapatnya sebuah pohon beringin tumbuh dengan tinggi, besar dan terlihat kokoh, dengan batang yang di penuhi oleh ranting-ranting seperti akar tumbuh berkelompok memanjang kebawah.
Rimbunnya dedaunan pohon beringin mampu menghalau sinar matahari yang berada di atasnya.
Angin bertiup leluasa tanpa halangan mampu membuat dedaunan beringin jatuh berhamburan ke tanah.
Dari tempat ini dapat ku melihat indahnya dunia di bawah sana, yang beberapa jarak dari tempatku berdiri kini adanya sebuah jurang yang terlihat di bawahnya ada rumah penduduk yang berbaris seakan terlihat tidak memberi ruang jarak hingga terlihat berdempetan.
Hari terlihat mulai menggelap dengan matahari yang mulai akan terbenam hingga awan di langit kian berubah warna orange dan langitnya terlihat berwarna pink.
"Apa lo suka tempat ini?" Tanya Elios membuatku tersenyum.
"Darimana kakak tahu aku suka sunset?" Tanyaku kemudian.
"Tentu aja gue tahu"
Kami berdiri sampai matahari terbenam dan tidak terlihat lagi, keindahan tempat inipun tidak berakhir sampai di sini.
Aku kembali melihat keindahan di bawah sana di saat malamnya merenggut cahaya.
Cahayapun kembali terlihat dari sinar lampu rumah penduduk, serta cahaya bintang dan bulan di atas langit. Memberi ke indahan dunia.
"Za, boleh gue bertanya?"
"Boleh!"
"Apa ada sesuatu yang ingin lo lakuin?"
"Sesuatu?"
"Ya"
"Tentu saja ada!"
"Boleh gue tahu, apa itu?"
"Aku ingin makan malam romantis bersama kakak"
Tentu saja keinginan ini sudah lama ku idam-idamkan, tanpa harus ku tahu kapan keinginanku bisa terkabulkan. Dan aku berharap jika dia dapat mewujudkannya.
"Apa lagi?"
"Dan aku juga ingin merasakan seperti apa rasanya Ciuman pertama!"
*****
2020
KAMU SEDANG MEMBACA
KADO TERAKHIR (END, Masih Lengkap)
Rastgele[Revisi secara bertahap, adanya perubahan dalam kosa kata] ketika TAKDIR berkata lain, Maka apapun bisa terjadi.