(30)

225 22 5
                                    

Tertawa
Bukan karena bahagia,
namun karena hati terasa menyedihkan.

Ingin menangis tapi raga tak kuasa meneteskan air mata.

Sakit
Jiwaku terasa sakit, hingga hati bagaikan berada di atas perapian.
_____

Maya

Setelah ku melihat Quinza keluar dari kamar mandi, wajahnya terlihat gelisah, matanya yang sendu terlihat sedih dan pikiranya terlihat melayang entah kemana, meski tubuh dan raganya berada di tempat ini tapi dia bagaikan patung tanpa jiwa.

Pertanyaan demi pertanyaan yang di lontarkan wartawan kepadanya tidak ada satupun yang di jawabnya, setelah kakek Lee menyelesaikan tujuanya memperkenalkan Quinza sebagai cucu kandungnya.

Quinza hanya diam membisu dan menundukan kepala, membuat kakek Lee angkat bicara, menjawab semua pertanyaan dari wartawan.

Setelah pestanya selesai, ruangannyapun menjadi terlihat sepi. Aku melihat Quinza berjalan menuju meja bundar yang di penuhi oleh botol minuman Bir.

Gelas demi gelas yang di tuangkannya di habiskan dengan sekali teguk. Lima botol minuman telah habis olehnya.

"Za, sudah" Aku berusaha melarangnya dengan menahan gelas berikutnya.

Dia tertawa keras, saat ini aku tidak mengerti apa yang ada di dalam pikiranya, ini pertama kalinya dia minum bir. Dia terlihat benar-benar kacau.

"May, gue punya pertanyaan buat lo!"

Katanya sambil mengedipkan kedua matanya. Dia terlihat sangat mabuk.

"Apa dia saudara lo?" Dia berucap kembali.

"Siapa?" Tanyaku

"Lala..!"

"Ya" Jawabku dengan jujur, meskipun aku tahu jika dia sedang mabuk dan dia tidak akan mengingat apa yang aku katakan di saat dia tersadar nanti.

Dia diam sejenak berusaha membuka matanya yang akan tertutup. Kepalanya sudah di letakan di atas meja dengan sebelah tangan yang di lipatnya kemudian di tindihnya seakan menjadikannya sebagai bantal untuk kepalanya.

Sekarang mulutnya tidak terdiam dia terus meracau dengan suara keras dapat ku mendengarnya dengan jelas.

"Kata kebanyakan orang jika perasaan lo lagi risau dan hati lo lagi kacau, obat paling mujarab buat meredakan perasaan lo, juga dapat mengimbangi rasa di dalam hati lo yaitu dengan cara mabuk. Haahaaaaa. Meski gue nggak percaya apa yang di katakannya pada gue, tapi kenapa hati gue malah membenarkan semua apa yang di katakannya?"

Aku hanya bisa mendengarkannya tanpa harus menjawabnya.

"Gue tahu May, nggak mungkin lo bohongin gue dan kak Elios nggak mungkin bohong juga, karena dia cinta sama gue kan?"

"Gue bener kan May, cinta gue nggak bertepuk sebelah tangan kan?. Haaahaa!"

Dia terus berbicara setelah itu tertawa, tapi dengan mendengar apa yang di katakannya itu membuatku resah, siapa yang memberitahukan Quinza? Apakah Quinza sudah mengetahui hal ini? Seperti yang ku dengar saat ini, mungkin saja itu benar. Bukankah jika orang yang sedang mabuk akan berkata jujur dan sesuai dengan pikirannya saat ini.

"Dia sudah sangat mabuk, apa dia selalu seperti ini di saat mabuk?" Tiba-tiba Lee Hong Yi datang berkata.

Perkataannya membuatku menggelengkan kepala berkali-kali.

Tatapanku tidak lepas dari wajahnya yang sangat tampan, dia benar-benar orang cina sejati, membuat debaran jantungku terasa berdebar.

"Dia lebih tampan dari Elios dan Ramon"  Tidak ku sadari jika mulutku kian bergumam yang mungkin saja terdengar olehnya.

KADO TERAKHIR (END, Masih Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang