(43)

208 22 19
                                    

Apa yang kamu pikirkan, dan
Apa yang aku pikirkan?
Apakah sama atau tidak?
Semua terjadi tanpa terduga.

Hidup penuh dengan segala rahasia
Tapi
Jangan biarkan hidupmu terkubur bersama rahasia dunia.
____

Terus mondar mandir di depan ruangan Icu  rumah sakit, keadaan dan kondisinya sudah terlihat berantakan, baju seragamnya yang berwarna putih masih dikenakannya terlihat bagaikan kain pel, sudah sangat lusuh dan kotor bercak-bercak darah yang seharusnya berwarna merah kini sudah berwarna coklat kelam bercampur dengan debu tanah yang menempel.

Mulutnya yang terus bergerak dengan mengucapkan kata-kata yang berulang kali di ucapkan olehnya.

Ini slahaku, ini salahku.

Kata-kata yang di ucapkannya seakan berbisik-bisik hingga tidak terdengar oleh orang lain.

Maya dan beberapa polisi berada di tempat itu, sesekali Maya menegur Quinza agar tetap tenang dengan meyakininya jika Elios akan baik-baik saja.

Kelopak matanya sudah membengkak hingga bola matanya seakan tertelan tak terlihat lagi epek dari menangis.

Hati serta perasaan yang tidak tenang terus saja mempersalahkan dirinya atas apa yang telah terjadi.

Langsung bergegas mendekati dokter yang keluar dari pintu darurat terbuka lebar. Dokter menjelaskan jika lukanya tidak terlalu dalam, namun Elios mengalami pendarahan, hingga sudah terlalu banyak menghabiskan darah mengakibatkan tubuhnya menjadi tidak stabil dan mengalami koma.

"Kami membutuhkan pendonor darah untuk pasien. Dengan golongan darah O. Golongan darah ini sangatlah langka. Sulit untuk ditemukan."

Dengan wajah sedih Quinza duduk di samping Elios yang masih terbaring di atas tempat tidur dengan selang impus dan alat yang menempel di bagian hidungnya.

Memegang sebelah tangan Elios, menggenggamnya dengan erat sambil berkata lirih menetes air matanya kembali.

"Kak, kenapa kakak menolongku, kenapa kakak mengorbankan diri untuk ku? harusnya kakak nggak lakuin ini. Maafkan aku kak ini salahku juga harusnya aku dengerin kata-kata kakak!"

Quinza menenggelamkan wajahnya di perut Elios sambil terus menangis.

"Za" panggil Maya kemudian dia mengangkat kepalanya melihat Maya yang datang bersama polisi berada di belakangnya.

Quinza mengerti jika polisi saat ini membutuhkan dirinya untuk menjelaskan semua apa yang terjadi.

Bersamaan dengan itu ayah Elios datang, melihat Quinza sambil menggelengkan kepala.

Quinzapun ambruk jatuh kelantai, refleks membuat Maya gusar dan panik, langsung memapah tubuh Quinza dan membantunya untuk duduk di kursi.

Hanya satu harapannya saat ini, adalah bunda Ria. Yakin jika bunda memiliki golongan darah O.

Setelah mereka selesai mengintrogasi Quinza di kantor polisi. Merekapun meminta Quinza untuk melukis wajah tiga penjahat itu agar penyelidikan bisa dilakulan dengan cepat dan mudah.

"Boleh saya bertanya?"

Saat kebingungan melanda dalam pikirannya seketika melihat sel penjara yang tadinya di tempati oleh wanita yang bernama Ayu, selingkuhan dari ayahnya Elios. Kini sel penjaranya sudah terlihat kosong tanpa adanya wanita itu lagi.

KADO TERAKHIR (END, Masih Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang