(51)

147 13 5
                                    

Iri
Dengki
Sombong, dan
Egois.
Itulah sifat manusia,
Dapat merangsang perubahan dalam diri.
Memicu pergaulan dalam kehidupan keseharian,
Menjadi kepribadian yang buruk.
____


Elios

Quinza terus saja menolakku ikut mengantarnya ke rumah sakit, menghela nafas lelahku membujuk dirinya agar mengizinkanku ikut bersamanya, kekeras kepalaannya itu membuatku sedikit menjadi kesal.

Dengan hati berat membiarkan mereka pergi begitu saja, mau bagaimana lagi sifat Quinza membuatku tidak bisa membatahnya.

Takut bila nanti Quinza membenciku karena hal ini, oleh sebab itu aku terpaksa mengalah sementara waktu, sampai hatinya tenang barulah ku mendekatinya lagi.

Setibanya di depan kost, ku melihat Jimi yang sedang menyirami tanaman hiasnya. Sembari tersenyum melihat kedatanganku.

"Sudah pulang" Tegur Jimi kembali menyemprot tanaman bunga Mawarnya yang sudah mulai berbunga. Aku mengangguk sebagai jawaban.

"Ternyata memelihara bunga nggak segampang yang gue Kira. Durinyapun bisa menjadi bumerang untuk si pemelihara, dapat tertusuk hingga sampai berdarah-darah" Ucapan Jimi berhasil membuat hatiku tertegun.

Auuu...

Ringisnya setelah menusuk jarinya sendiri dengan duri yang tertanam pada batang bunga Mawarnya.

Keluarlah setetes darah segar dari tusukan sekecil jarum.

Sikap Jimi saat ini terasa aneh bagiku. kecendrungan menggambarkan sikap orang lain yang tidak ku kenal.

"Dia bagaikan jarum dalam tumpukan Jerami, sulit untuk di cari dan sulitnya untuk di dapatkan"

"Apa yang ingin lo cari?" Tanyaku penasaran. Ingin mengetahui apa yang ada dalam pikirannya saat ini.

"Lihatlah"

Lalu dia mengulurkan telunjuk jarinya yang tadi tertusuk duri. Memperlihatkan tetesan darah yang belum terhapuskan.

"Luka ini seperti hati gue yang terluka, rasanya benar-benar sakit. Bedanya luka ini bisa di sembuhkan dengan obat, sementara luka hati, akan terus berbekas sulit untuk di sembuhkan"

"Katakan, siapa wanita itu yang udah buat lo patah hati?" Menanggapi ucapannya setelah benar-benar mengerti alur dari ucapannya.

Jimi meletakan bunga hiasnya di atas meja bambu, lalu mencuci kedua tangannya pada sebuah ember besar yang terisi air dengan penuh. Setelah itu dia tersenyum menghadpku.

Melihat senyuman Jimi yang terlihat berbeda, seakan-akan dia sedang menertawakanku. Apakah ini hanya perasaanku saja ataukah memang ada sesuatu tersembunyi dari balik senyumannya.

"Jangan bilang Maya yang sudah buat lo patah hati?"

Jimi langsung tertawa tatkala mendengar kataku.

"Seperinya lo sudah tahu?"

"Gue yakin bukan dia, lo nggak pernah suka sama Maya kan?"

"Dugaan lo bener banget!"

"Siapa gadis itu?"

"Buat apa lo tahu? toh dia nggak suka sama gue, dia sukanya sama cowok lain!"

Jimi menepuk pundakku, senyuman itu lagi terukir di sudut bibirnya, senyuman yang penuh arti bagiku.
___

Dari balik tirai jendela kamarku, terlihatnya Jimi berlari dengan tergesa-gesa lalu pergi mengendarai motornya. Memang sekarang kami jarang berkomunikasi seperti dulu, sekarang dia kecendrungan lebih sering menghindariku. Diapun seakan seperti memiliki kesibukan lain selain sibuk dengan sekolah, entah kesibukan apa juga yang sedang dilewatinya, bahkan dia tidak lagi terbuka padaku. Sikapnya ini terkadang membuatku merasa bingung dan aneh.

KADO TERAKHIR (END, Masih Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang