(8)

467 36 8
                                    

Seperti inikah rasanya sakit Hati? semua yang kulakukan serba tidak menyenangkan, bayanganmu selalu hadir dalam ingatanku, hatiku yang terasa sakit tidak merelakan jika kau bersamanya.
_____

Quinza

aku pulang ke rumah diantar oleh Maya, sebelum keluar dari mobilnya Maya menatapku penuh dengan keseriusan, melihat keadaanku yang sekarang sangat berantakan.

Bahkan dengan senang hatinya dia merapikan seragam sekolahku yang sudah tidak beraturan.

Menyisir kembali rambut panjangku yang berantakan seperti orang gila, dan menghapus jejak-jejak air mataku yang masih menempel di wajah.

"Apakah lo tahu bahwa penampilan itu adalah nomer satu..?"

"Nggak, kenapa bisa..?" tanyaku kembali.

"Mau tahu kenapa..?"

"mmmm.."

"Penampilan salah satu gambaran untuk memperlihatkan kriteria watak seseorang, selain itu penampilan juga adalah gambaran dari suasana hati lo saat ini..!"

"Lalu kenapa nggak biarin aja penampilan gue yang berantakan tadi, kenapa lo harus merapikan dan memperindahnya kembali, bukankah memang seperti itulah suasana hati gue saat ini..?"

"Lo juga harus tahu satu hal za, penampilan juga bisa menipu keadaan seseorang yang sesungguhnya, seperti halnya yang Lo lakukan sekarang ini!"

Maya memberikanku sebuah cermin yang langsung di ambilnya dari dalam tas.

"Lihat betapa cantiknya diri lo, lo bagaikan seorang putri, tapi siapa yang tahu jika di balik wajah cantik lo ini tersimpan kesedihan hati yang tersakiti..!"

"Gue nggak paham maksud lo apa May, apakah ini sebuah sindiran atau lo ingin mengatakan sesuatu tapi lo masih meragukan gue sebagai pendengar lo..?"

"Gue hanya ingetin lo aja..!" jawaban Maya membuatku tidak puas, bukan itu jawaban yang ingin ku dengar darinya. Seperti ada yang di sembunyikannya.

"Apa lo yakin nggak ingin gue temenin malam ini..?"

"Terimakasi May, lo adalah sahabat gue yang paling baik, tapi saat ini gue ingin sendiri..!"

"Baiklah Za jika itu yang lo inginkan..!"

Air mata yang terus menetes seperti rintikan hujan yang kian jatuh mulai membasahi bumi.

Mendungnya langit malam ini seperti menggambarkan isi hatiku yang kelam tanpa cahaya bintang dan awan yang terang.

Suara guntur dan petir menyambar ranting pohon hingga jatuh.

Begitulah sekarang hatiku terasa rapuh bagaikan ranting pohon yang tadinya berdiri tegak kini terjatuh dengan sekali sambaran petir menyayat hati.

Lagi dan lagi terasa sakit, ingatan tadi siang tidak bisa kulupakan.

Mengerang prustasi, melempar semua benda yang ada di dalam kamar. perasaan ini bahkan benar-benar membuatku menjadi gila.

"Quinza apa yang terjadi..?"

Suara mama terdengar kawatir dibalik pintu.

Namun untungnya aku sudah mengunci pintu kamarku.

Terus dan terus ku menangis, tidak bisa mengendalikan perasaan di hati, rasanya benar-benar sakit, sakit sekali.

Tapi kenapa hati ini terus mengingatnya kembali.

"Quinza buka pintunya?"

Saat ini aku ingin sendiri, tidak butuh siapapun toh juga mereka tidak bisa menenangkan hati ini.

Karena aku yang terus saja tidak memperdulikan mama yang memanggil namaku berkali-kali.

Hingga tidak lagi ku dengar suara teriakan mama dari balik pintu.

Terasa sunyi dan hening.

Bagaimana bisa dan bagaimana mungkin aku membuka pintu memperlihatkan keadaanku sekarang ini pada mama, tentu saja aku tidak ingin mama mengetahui sisi kerapuhanku, sementara selama ini mama selalu melihatku tersenyum.

Selalu ku tepis bayangan wajahnya yang hadir dalam ingatanku yang terus melekat dalam pikiranku.

Ternyata aku salah malah itu yang membuat hatiku bertambah sakit yang teramat lebih.

Aku merasa tersiksa dengan rasa sakit ini, dan yang ku sesali saat ini bahkan hatiku menolak untuk melupakannya.

Pikiran dan hatiku terus saja terasa bertolak belakang.

Hatiku yang tidak menerima kenyataan yang telah terjadi.

Hati ini tetap menginginkan dirinya, hati ini tetap ingin dia.

Oh tuhan apa yang harus aku lakukan.

Bisakah kau menghapus dia dari ingatanku?

                            *****

2018

KADO TERAKHIR (END, Masih Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang