(5)

539 44 14
                                    

Tersenyum

Bukan karna bahagia
Juga bukan karna sedih

Tapi tersenyum karna kecewa.
_________

Quinza

Pagi ini sangat cerah, awan tidak lagi mendung hingga langitpun tidak lagi menangis.

Berjalan di bawah triknya sinar matahari yang kian menyengat tubuh hingga terasa panas.

Menitikkan air keringat hingga membasahi seragam sekolah yang ku kenakan.

Berkali-kali ku mengipas tubuh dari sampul buku yang telah ku sobek dari dalam tas, namun angin tak kunjung datang.

Aku merindukan tiupannya yang selalu menyejukan tubuhku.

Langsung masuk ke dalam kelas sembari menyandarkan tubuh di sandaran kursi.

Hawa panas kian merajalela dalam tubuh hingga membuatku terasa melelahkan.

"Za, lo mimisan lagi?"

Refleks membuatku langsung menyentuh permukaan hidung dengan telunjuk jari.

"lo sakit...?"

"Nggak may, gue sehat kok, mungkin karna cuaca hari ini terlalu panas makanya suhu tubuh gue ikut memanas. Cuacanya nggak menentu selalu berubah-ubah"

"Gila, emangnya tubuh lo seperti ruangan yang bisa berubah sesuai dengan suhu cuaca?"

"Jangan salah may, tubuh manusia itu.." terputus saat mendengar suara pengeras speaker, yang memanggil namaku berkali-kali.

"Sekali lagi untuk siswi kelas XI. IPS, dengan nama Quinza Lee Alfriska, di mohon untuk datang segera ke ruangan bapak kepala sekolah. Terimakasi"

"Ada apa ya za..?"

"Entahlah" dengan bahu bergidik.

Merapikan seragamku yang sedikit terlihat kumel dan berantakan.

"Masuk"

Terdengar suara dari dalam setelah ku ketuk pintu tiga kali.

Sempat ku terkejut melihat sosok orang yang duduk bersama bapak kepala sekolah, kini melihatku dengan senyuman yang melebar, dia adalah kakek tua yang datang ke rumahku kemarin, lelaki yang membuat sikap mama menjadi berubah.

"Untuk hari ini boleh saya membawa quinza..?"

"Tentu silahkan..!"

Kami duduk di sebuah cafe, letaknya tidak jauh dari sekolah, tidak ada sepatah katapun yang terucap dari kami, kami hanya diam membisu.

Aku sempat berpikir siapa kakek tua ini, kenapa dia datang mencariku?

Tapi kurasa Wajahnya sangat familiar, apa aku mengenalnya? wajahnya benar-benar tidak asing di mataku.

Yah sekarang aku ingat.

Dia adalah kakek tua yang terkenal kaya raya, berasal dari cina. Dan baru-baru ini ku dengar jika istrinya telah meninggal karna serangan jantung.

"Ternyata kamu benar-benar mirip dengan almarhum ayahmu..!"

Dia tersenyum sambil melihat sepiring nasi goreng ku.

"Maksud anda apa, maaf saya tidak mengerti..?

Tentu saja aku bertanya dengan menggunakan kalimat formal, untuk menghormati orang yang lebih tua dariku.

"Apa ibumu belum cerita tentang kakek?"

"Kakek?"

"Ya, saya ini adalah kakek mu quinza, maaf jika kakek baru datang menemuimu?"

KADO TERAKHIR (END, Masih Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang