(17)

366 30 3
                                    

Aku akan terus menunggumu,
Aku akan terus berusaha
Dan

Tidak akan pernah menyerah,
Sampai kamu mengatakan ini padaku

I LOVE YOU
____

Quinza

Melihat kepergian Elios tanpa berkata apa-apa, dia membuatku kembali terdiam. Kini aku duduk sendiri termenung di kantin sekolah.

Sendok yang ku pegang sedang aktif mengaduk nasi goreng yang baru saja ku pesan tanpa melihat karna pandanganku menuju luar sekolah, yang terlihat sepi. Semua para murid masuk ke dalam kelas masing-masing terkecuali diriku sendiri.

Uuweeekkk....

Langsung ku memuntahkan nasi goreng yang berhasil lolos di tenggorokanku, saat merasakan adanya rasa biji yang tidak ku sukai dari dulu, ternyata dugaanku benar kacang bendi sudah berbaur dengan nasi gorengku.

Ini salahku karna terlalu larut dalam renungan tanpa menyadari kacang bendinya, namun seingatku tadi aku sudah memesan nasi goreng tanpa kacang bendi. Dengan rasa kesal akupun teriak memanggil bibik kantin.

"Bik, kenapa ada kacang di nasi gorengku? tadi kan aku pesan nasi goreng tanpa kacang!"

"Ia neng bibik ingat kok"

"Terus kenapa ada kacangnya sih bik? ya ampun bibik aku nggak suka sama kacang bendinya!"

"Maaf neng tadinya bibik tidak menaburkan kacang bendinya, tapi ada yang meminta bibik untuk menaburnya neng"

"Siapa bik?"

Si bibik kantinpun menunjuk orang yang di maksudkannya dan ternyata Maya. Yang kian tersenyum sambil melambaikan sebelah tangannya kearahku.

"Za, lo jangan galak-galak gitu dong sama bibik" maya yang berjalan mendekat sambil meminta bibik kantin pergi.

"Lo ngapain ada di sini May? harusnya lo itu belajar di kelas"

"Ya harusnya sih begitu, tapi gue nggak betah lama-lama di kelas jika lo nggak ada Za" Jawabnya setelah duduk di sampingku.

"Gombal"

"Za, ini yang ke dua kalinya lo bolos, mang nggak sayang sama pelajaran di buang-buang mubazir?"

"iiihh, kayak makanan pakek mubazir segala.!"

"Ini neng sudah bibik ganti nasi gorengnya!" tiba-tiba saja bibik kantin datang lalu meletakan nasi goreng tanpa kacang di depanku.

"Makasi ya bik"

"Kalau boleh, bibik nak cakap sama neng sikit aja" itulah bibik kantin kadang bahasa jawa, indonesia dan melayunya keluar saling bekejaran seperti balapan.

"Apa bik?"

"Yang di katakan neng Maya itu benar, neng Quinza kenapa bolos lagi atuh neng? neng kan masih muda cantik, pintar lagi pasti punya impian dan cita-cita, karna masa depan neng itu masih panjang!"

Bibik kantin terdiam di saat melihat wajahku, mungkin menyadari adanya perubahan ekspresi yang terlihat. Mamang terlintas rasa sedih di benakku hingga kini tergambarkan dari raut wajahku.

Aku memang sadari jika yang ku lakukan ini bukanlah sifat asliku yang sesungguhnya. Dulu jangankan untuk bolos hanya tertinggal satu mata pelajaran saja rasanya tidak ingin, karena sangat rugi bagiku. Tapi sekarang perubahan di dalam hidupku yang membuatku seperti ini. Takdir yang mengajarkanku bahwa waktu adalah segala-galanya dan sangatlah berharga.

"Ya ampun bibik jangan ikut campur deh, ntar Quinza jadi ngamuk lagi!" Kata Maya.

"Siapa yang nggak ingin jika impian dan cita-citanya bisa terkabulkan, tapi Gue sadar bila semua itu bukanlah untuk gue, malainkan untuk orang yang memiliki masa depan yang panjang, dan masa depan itu hanya untuk orang yang memiliki umur yang panjang, sementara gue masa depan gue adalah liang kuburan." Ucap ku saat bibik kantin pergi, dan hanya Maya yang bisa mendengarkan keluhku saat ini.

Aku tersenyum hambar, hatiku menangis namun air mataku tak kunjung keluar.

"Za, ajal seseorang itu tidak ada yang tahu, hanya tuhan yang mengetahuinya"

"May"

"Za, meskipun kata dokter umur lo nggak lama lagi, tapi siapa yang bisa menebak takdir? jika tuhan berkehendak lain maka kun payakun semua bisa terjadi."

Penuturan Maya memang benar, tapi mukjizat itu jarang terjadi.

Aku duduk sendiri di taman sekolah dekat dengan lapangan bola, menunggu Pangeranku yang sedang bermain bola bersama teman-temannya.

Ku lihat jempol jariku yang masih terlapisi oleh obat bubuk panadol kian mengering. Ku gerakan dan ku mainkan jempolku, ku kerutkan dan ku kencangkan hingga obat yang sudah mengering yang tadinya masih menempel di daging jariku dengan kulitnya yang sudah terkelupas kian terlepas sedikit demi sedikit lalu terjatuh, ternyata benar lukanya mengering tidak terlihat pucat lagi melainkan terlihat memerah karna mengering.

"Apa yang lo lakuin? udah gue bilang jangan di gerakin." Elios yang sudah berdiri di depanku dengan keringat yang membasahi kaos olahraganya.

Langsung ku berikan sebotol air putih sejuk padanya dan dia langsung meneguknya hingga habis.

Aku merasa bahagia karna sekarang dia tidak lagi menolak pemberianku.

"Bagaimana rasa mie gorengnya, enak nggak?" Tanyaku

"Nggak enak, terlalu banyak garam, kalau nggak bisa masak jangan masak, paham?"

Seperti apapun kata jutek dan pedas terlontar dari mulutnya tapi hatiku tetap menginginkan dirinya.

"Nanti mau pulang bareng nggak? lok nggak ya udah"

Aku tidak percaya ini, pangeranku memintaku pulang bersama dengannya dan lagi-lagi hatiku terasa berbunga-bunga.

"Tentu saja aku mau!"

"Ya udah, nanti gue tunggu di parkiran"

"Oke"

Aku langsung mengirim pesan sms pada Maya. Memberitahukannya aku akan pulang duluan bersama Elios.

"Kak nanti kan malam minggu, jalan-jalan yuk kak!" Ketika sampai di depan rumahku.

Elios berdiri sambil bersandar di depan mobilnya dengan kedua tangan yang di lipat di dada. Sementara aku berdiri menghadapnya sambil tersenyum. Sembari untuk menunggu jawaban darinya.

"Lo ngajak gue berkencan?"

"Ya kak" jawabku jujur

"Maaf gue nggak bisa, gue udah ada janji sama yang lain." Jawabannya membuatku langsung terdiam.

Bodohnya aku, seharusnya tadi aku berpikir dulu sebelum mengutarakannya, dan aku juga sudah tahu apa jawabannya, tapi hati ini ingin mendengar langsung dari bibirnya yang kian jelas -jelas menolakku.

Aku memintanya untuk masuk dulu kerumah, setidaknya biarkan aku untuk menjamunya sebagai tamu. namun dia menolaknya lagi lalu pergi meninggalkanku begitu saja.

Sebenarnya lelaki seperti apa kamu Elios, kadang ku melihat adanya sesuatu di siratan bola matamu yang kian berubah-ubah hingga sulit untuk di artikan.

*****

2020

KADO TERAKHIR (END, Masih Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang