(9)

502 41 14
                                    

Cinta itu tidak sesimple yang kamu pikirkan,
Menurutku cinta itu sulit untuk di artikan, dan
Mencintai seseorang bukan berarti harus memilikinya.
______

Maya

Baru saja ku ingin membenahi diri bersiap-siap untuk tertidur, tiba-tiba saja ponselku berdering, menatap layar ponsel dengan nama yang tertera Tante Adinda yang mengharuskanku untuk mengangkat telepon darinya.

Terdengarlah suara wanita yang ku kenal sebagai ibu dari sahabatku yang berbicara dengan suara paniknya sangat terdengar jelas.

"Maya, bisakah kamu datang ke rumah, Quinza mengamuk....?"

"Baiklah, aku akan segera kesana Tante!"

Ku melirik jam dinding yang sudah menunjukan pukul 10 malam, dengan gerakan cepat aku langsung mengambil kunci mobil di atas meja belajar.

Baru saja aku membuka pintu depan rumah, terlihatlah sebuah mobil kian terparkir di halaman rumahku.

Terkejut, benar-benar terkejut saat ku melihat mobil tersebut, mobil yang ku kenal betul dan aku tidak percaya ini, saat pemuda yang ku kenal keluar dari mobil sambil memapah tubuh seorang wanita yang berstatus sebagai kakak tiriku yang bernama Lala dan pemuda itu bernama Elios. Pemuda yang telah membuat sahabatku patah hati.

Tidak mungkin jika mereka tidak memiliki hubungan apa-apa di lihat dari Lala yang sedang mabuk memeluk elios dengan begitu mesranya.

Ingin sekali aku melabraknya lalu berkata kasar namun sayangnya ini bukanlah waktu yang tepat, karna yang lebih penting sekarang adalah menemui Quinza.

Aku keluar dari rumah berjalan melewati mereka untuk mendekati mobilku yang terparkir di belakang mobilnya, meski aku tahu jika saat ini Elios melihatku, namun aku menghiraukannya.

Menghembuskan napas kasarku setelah masuk dan duduk di dalam mobil, aku melajukan mobilku dengan kecepatan tinggi berharap jika aku cepat sampai di rumah Quinza.

Namun tiba-tiba saja mobilku mogok di tengah jalan, aku keluar dari mobil berharap adanya sebuah taxi atau sejenis motor ojek yang memberiku tumpangan saat ini. Tapi apa yang kulihat jalanan terlihat sangat sepi membuatku sedikit prustasi. lalu ku Rogoh kantong celanaku untuk mengambil ponsel yang tersimpan di dalamnya mengotak atiknya sembari mencari sejenis taxi online atau ojek online yang dapat membawaku ke rumah Quinza.

Aaahhh, kenapa pakek mogok segala sih...!

Ucapku sambil berkali-kali ku menendang roda mobil dengan penuh emosi, Namun pandanganku tidak lepas dari layar ponsel.

"Maya apa yang sedang lo lakuin?"

Suara itu membuatku langsung tersenyum karna pada akhirnya aku akan tertolong juga.

Melihat Ramon yang duduk terbengong di atas motornya, terlihat dari kaca helmet yang di kenakannya.

"Syukurlah lo datang di waktu yang tepat, lo adalah dewa penyelamat gue saat ini." Ucapku yang langsung naik ke atas motornya.

"Gue bisa carikan lo taxi..!"

"Nggak ada waktu Ramon, ayo cepat kita harus pergi, gue benar-benar terburu-buru..!"

"Memangnya lo mau kemana...?"

"Kerumah Quinza..!"

Dasar ramon saat menyebutkan nama Quinza dia langsung bersemangat.

Aku langsung berlari ketika sampai di depan rumah Quinza, masuk kedalam setelah tante Adinda membuka pintu untuk kami, tante Adinda sempat bertanya tentang Ramon yang ikut datang bersamaku, lalu aku menjelaskan jika Ramon adalah teman Quinza, diapun tersenyum dan tidak keberatan akan adanya Ramon di sini.

KADO TERAKHIR (END, Masih Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang