Bagai telur dalam cangkang
Di luar terlihat sempurna
Namun didalamnya siapa sangka sudah membusukBagaikan bangkai.
____
Quinza
Kembalinya Ramon ke kota membuatku merasa sepi, dimana dia kembali karena mendapat surat teguran dari pihak sekolah.
Merasa jika hari-hari ini sudah membaik jadi aku memintanya untuk pergi, meskipun tadinya dia tetap menolak dengan alasan takut jika sewaktu-waktu pembunuh itu datang kembali.
Begitu kerasnya usahaku menyakinkan dirinya jika pembunuh itu tidak akan datang lagi.
Ku melirik jam dinding yang sudah menunjuka pukul 12 siang. Merebahkan tubuh di atas tempat tidur sampai akhirnya aku tertidur lelap.
Tidak lama kemudian aku terbangun dalam kondisi yang sama di saat mimpi itu kembali.
Beranjak dari tempat tidur berjalan menuju almari berniat untuk mengambil gelang yang ku simpan di dalam laci.
Gelang yang serupa dengan milik Lee jong'er. Namun anehnya aku malah tidak menemukan gelang itu dimana-mana. Terus mencarinya, tiba-tiba ku merasakan adanya sebuah benda terlempar mengenai punggungku dan terjatuh ke lantai.
"Apa kamu mencari gelang itu?" Aku langsung menoleh pada arah suara itu berasal.
Senyumanku terukir seketika melihat Lee hong yi berdiri di depan pintu kamarku.
"Kak Yi, kapan kakak datang?" Tanyaku sembari memungut gelang di lantai.
Dia tidak menjawabku, tapi malah berjalan mendekatiku, baru saja aku ingin kembali bertanya. Dia malah langsung mencekik leherku. Tubuhku mundur di saat dia mendorongku dengan keras hingga kedua kakiku terpental di meja rias membuat kaki ku tidak bisa lagi melangkah mundur.
Air mataku jatuh menetes di saat cekikannya terasa menyakitkan hingga aku tidak dapat bernapas.
Dapat ku melihat aura yang nampak padanya begitu menakutkan dengan tatapan penuh amarahnya terlihat jelas di manik matanya.
"Kenapa kamu melukainya?" Dia bertanya tanpa memperdulikan apa yang di lakukanya padaku.
"Jawaab" Teriaknya.
Apakah dia tidak mengerti bahwa cekikannya ini membuatku tidak bisa untuk menjawabnya.
Aku sudah tidak bisa menahannya lagi, kesadaranku sudah mulai menghilang dengan kedua mataku yang kian sudah mulai tertutup.
Bruuukkkk...
Tubuhku jatuh ke lantai terkulai lemas tanpa tenaga.
Masih dalam setengah kesadaran aku masih dapat melihat seseorang datang menolongku, dia memukul, membabi buta Lee hong yi di depanku sampai pingsan, bersamaan dengan itu beberapa polisi datang melerainya dan membawa Lee hong yi pergi bersama mereka.
Setelah itu barulah dia mengangkat tubuh lemahku dan membaringkanku di atas tempat tidur, meski samar-samar aku dapat melihat wajahnya, dia bukanlah Ramon namun pemuda yang sangat aku kenal, yaitu Elios.
Tidak lama kemudian aku terbangun seketika merasa perutku sudah merasa lapar, aroma makanan kian menyengat indra penciumanku, aku hapal betul jika aroma ini adalah makanan favoritku.
Tidak berpikir panjang aku langsung berjalan menuju dimana aroma itu berasal.
Aku melihat punggung pemuda yang ku kenal. Dia Elios yang sedang berkutat dengan masakannya di dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
KADO TERAKHIR (END, Masih Lengkap)
عشوائي[Revisi secara bertahap, adanya perubahan dalam kosa kata] ketika TAKDIR berkata lain, Maka apapun bisa terjadi.