⚠️⚠️ Visualisasi hanya berlaku di cerita ini. Jangan pernah dibawa ke dunia nyata !!!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Kia langsung menghampiri pak Jhonny ketika dia mendapat panggilan lewat teman sekelasnya. Dia langsung menuju ke ruang bk dimana biasanya dia menyelesaikan kasusnya. Tapi sekarang berbeda, dia tidak ada kasus saat ini karena dia merasa tidak berbuat onar. Kia mengetuk pintu ruang bk kemudian perlahan masuk kedalam. Bisa dia lihat disana sudah ada pak Jhonny yang duduk berhadapan dengan pak Wisnu."Bapak manggil saya ?? Ada apa ya ??" Tanya Kia pada pak Jhonny.
"Saya mau bicarain tentang tutor buat kamu ikut olimpiade itu. Saya minta tolong pak Wisnu buat bantuin, tapi--"
"Pak Wisnu nggak mau ??" Potong Kia yang langsung membuat pak Jhonny terdiam.
"Jadi murid mana sopan santunnya ?? Ucapan guru main potong aja." Sindir pak Wisnu tapi sama sekali tidak digubris oleh Kia.
"Gapapa pak, saya tau kok. Saya sudah menduga hal itu. Bapak nggak perlu memaksa pak Wisnu buat mau jadi tutor saya. Saya akan berusaha sendiri. Dan saya pastikan kalau bapak tidak akan kecewa dengan saya." Ucap Kia meyakinkan pak Jhonny. Pak Wisnu yang mendengar ucapan Kia hanya bisa mendecih sinis.
"Bisa apa kamu tanpa ada bimbingan dari tutor ?? Lolos penyisihan aja kayaknya nggak bisa." Ucap pak Wisnu yang sukses membuat Kia mengepalkan tangannya. Dia berusaha kuat untuk menahan amarahnya agar tidak meledak.
"Nggak ada yang nggak mungkin. Buktinya kemarin saya bisa mengerjakan 5 soal di papan tulis dalam waktu 10 menit lengkap dengan cara cepatnya." Tegas Kia.
"Mengerjakan soal seperti itu jelas berbeda dengan mengerjakan soal olimpiade. Soal seperti itu tidak ada apa-apanya. Semua juga bisa mengerjakannya."
"Sudah pak, bapak tinggal tunggu saja nanti hasilnya. Saya janji tidak akan mengecewakan pak Jhonny. Saya permisi." Pamit Kia kemudian pergi dari ruangan pak Jhonny dengan amarah yang masih terpendam.
Kia langsung menuju ke lapangan basket indoor. Dia berniat untuk menenangkan diri disana. Entah bermain basket atau apalah terserah. Tapi pertama, dia mencoba untuk menghubungi Jeno agar dia bisa menceritakan semua kekesalannya. Berharap sesak di dadanya sedikit berkurang. Tapi ternyata telfon darinya tidak ada jawaban dari Jeno. Ini pertama kalinya telfonnya diabaikan oleh Jeno. Kia berusaha berfikir positif kalau Jeno masih sibuk dengan urusan osisnya, karena sebentar lagi dia akan ada pemilihan ketua osis.
Kia mengambil bola basket yang ada di ujung lapangan. Dia mulai mendribble bolanya sambil berjalan mendekati ring. Setelah itu dia menembakkan bolanya langsung mengenai ring. Beruntungnya bola itu langsung masuk kedalam ring sehingga tidak membuat amarah Kia semakin memuncak. Barusaja dia akan memasukkan bola kedalam ring lagi, sebuah tangan langsung mengambil alih bolanya dari tangan Kia. Membuat Kia reflek akan melayangkan protes padanya.
"Kalo main nggak usah pake amarah. Muka lo jelek kalo kesel. Merah kayak setan !!" Ejek cowok itu.
"Jangan rese !! Siniin bolanya Jun !!" Ucap Kia sambil meminta bolanya pada Rendi yang biasa Kia panggil dengan sebutan Juna. Tapi bukannya ngasih bolanya ke Kia, Rendi malah melempar bolanya sampai masuk kedalam ring.
"Gue tau ya, lo tuh butuh sesuatu buat ngelampiasin amarah lo itu. Mending kita ribut aja gimana ?? Mumpung sepi jadi nggak ada yang lihat dan gue pingin ribut sama lo. Gue janji deh nggak bakalan laporin lo ke bk." Tawar Rendi sambil memberikan wajah tengilnya. Kia yang merasa terpancing dengan tawaran dari Rendi langsung menerima tawaran tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nothing Impossible (END)
Fanfiction⚠️ Cerita murni karangan author sendiri ⚠️ Plagiat pergi jauh-jauh !!! ⚠️ Start 16 Februari 2021 . . . . . Kisah dari Jeno (Lee Jeno) yang mempunyai seorang sahabat sejak dia kecil bernama Kia (Kim So Hyun). Mereka yang saling bertetangga membuat hu...