15. Rasanya Sakit Pa...

73 16 11
                                    

⚠️⚠️ Visualisasi hanya berlaku di cerita ini. Jangan pernah dibawa ke dunia nyata !!!

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Kia berjalan memasuki rumah sambil menggenggam hasil penilaian hariannya dengan nilai yang berbeda. Dia bertekad untuk menberitahu papanya hari ini tentang nilai tersebut. Karena Kia sudah lelah selalu tidak dianggap selama ini, sedangkan ketika dia mendapat nilai bagus sama sekali tidak dihargai. Dia ingin menyadarkan papanya kalau penilaian papanya tentang dirinya itu salah.

"Pa bentar, aku cuma mau bilang satu hal ke papa. Ini hasil penilaianku waktu itu. Ini yang bener pa, yang waktu itu guruku salah ngoreksinya." Jelas Kia perlahan.

"Iya, nilai kamu udah diganti karena kamu udah permaluin guru kamu di depan banyak orang !! Kamu mau jadi apa Yara udah berani ngancam guru kamu ??!!" Bentak Yudha sambil melemparkan hasil penilaian harian Kia tadi.

"Papa kenapa sih pa ??!! Nilaiku turun papa marah, sekarang nilaiku udah sempurna seperti permintaan papa tetep aja aku yang disalahin. Aku nggak ngancam guruku pa !! Aku cuma mau keadilan dalam penilaianku. Tapi kenapa papa selalu nggak percaya sama aku !! Ini hasil kerja kerasku sendiri pa, nilaiku sempurna. Masa iya aku biarin pak Wisnu nyalahin jawabanku yang aslinya bener ?? Nggak bisa gitu dong pa !!" Balas Kia sambil menunjuk kearah kertas tadi yang tergeletak di lantai.

Sebenarnya dia sudah menebak apa yang akan papanya sampaikan padanya. Dengan pengaduan pak Wisnu yang selalu buruk kalau menyangkut tentangnya, tidak mungkin dia tidak mendapat bentakan dari sang papa. Gurunya itu pasti sudah melapor yang tidak-tidak tentang dirinya pada papanya.

"Kalaupun kamu benar cuma minta keadilan dari nilai kamu, yakin itu hasil kamu sendiri ?? Bukan hasil nyontek ??" Tuduh Yudha yang membuat Kia seketika memejamkan matanya. Kenapa tidak ada seorangpun yang percaya padanya ??

"Jadi itu yang papa pikirin ?? Papa pikir selama ini aku nggak pernah ngerjain ujianku dengan jujur ?? Bahkan aku nggak pernah punya temen pa dikelas, jadi aku harus nyontek ke siapa ?? Mau bilang aku ambil kunci jawaban dari guru ?? Terserah papa mau percaya atau enggak. Kayaknya emang kertas ini nggak ada gunanya !! Ini hanya sekedar kertas yang sama sekali nggak ada artinya dimata papa !!" Ucap Kia dengan nafas yang memburu. Dia mengambil hasil penilaiannya tadi dan merobek kertas itu menjadi potongan kecil-kecil tepat dihadapan papanya. Kemudian dia melemparkan keatas.

"Berani kamu bersikap begitu ke papa ?? Sini kamu !!" Tegas Yudha sambil menarik Kia untuk mendekat padanya. Dia melepas ikat pinggangnya kemudian memukulkannya pada Kia. Yang dilakukan Kia hanya pasrah, menahan rasa perih yang menjalar di sekujur tubuhnya. Dia hanya bisa menunggu sampai papanya puas meluapkan emosinya.

"Memang ya, di dunia ini nggak bakalan ada yang percaya sama aku. Meskipun itu Jeno sekalipun. Bahkan papaku sendiri nggak percaya sama aku dari awal. Jadi, buat apa lagi aku hidup ?? Kenapa papa nggak sekalian bunuh aku aja pa ??" Ucap Kia dengan nada bergetar. Dia kemudian berusaha untuk berdiri meskipun itu sangat susah baginya.

Airmatanya sudah menetes sedaritadi, membuat wajah dan mata Kia terlihat merah. Kia benar-benar terlihat berantakan kali ini. Dia berlari menuju ke kamarnya dengan langkah tertatih dan lagi-lagi membanting pintu dengan sangat keras. Kia mengunci pintu kamarnya begitu juga dengan pintu balkonnya. Dia juga menutup semua tirai dan membiarkan kamarnya gelap, tanpa mengizinkan cahaya apapun masuk kedalamnya meskipun hanya sedikit.

Dia sama sekali tidak ingin siapapun mengajaknya bicara. Karena menurutnya sudah tidak ada lagi yang mau percaya padanya. Kia menyandarkan dirinya didepan lemari pakaiannya. Kakinya dia lipat kemudian dia memeluk lututnya. Kedua tangannya dia gunakan untuk menumpu kepalanya. Kia kembali menangis ketika semua ingatan menyakitkan itu terputar di otaknya.

Nothing Impossible (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang