24. Apa Papa Akan Bahagia ??

53 15 8
                                    

⚠️⚠️ Visualisasi hanya berlaku di cerita ini. Jangan pernah dibawa ke dunia nyata !!!

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


Kia mendengar kalau ada seseorang yang memencet bel dirumah milik Jeno. Memang Kia masih ada disana karena bunda Rosa memintanya menginap disana agar Kia ada yang merawat. Kia berjalan menuju ke ranjang miliknya dengan menggunakan kruk, kemudian menepuk Jeno yang sedang tertidur disana. Ketika dia merasa Jeno mengabaikannya, Kia kemudian menggoyangkan tubuh cowok itu.

"Jen !! Bangun ih !! Itu diluar ada tamu !! Buruan bukain !!" Ucap Kia sambil menggoyangkan tubuh Jeno.

"Eeeuuunnnggghhhh lo aja Ki, gue ngantuk. Capek banget gue. Di osis tadi banyak kerjaan soalnya." Keluh Jeno kemudian kembali memejamkan matanya sambil memeluk guling lagi.

"Dih, gitu ngatain gue kebo !! Nggak sadar diri !!" Cibir Kia kemudian dia berjalan secara perlahan menuju ke pintu depan.

Memang dirumah hanya ada dirinya dan Jeno saja. Mark masih ada ditempat bimbel sedangkan Jeffry masih bekerja. Rosa masih ada di butik miliknya kalau jam segini. Tapi tenang, mereka berdua nggak ngapa-ngapain kok. Mereka masih waras buat nggak ngelakuin hal yang aneh-aneh. Lagipula mereka udah sering dirumah berduaan dan tidur berdua. Kia membuka pintu rumah dengan tangannya yang bebas. Kia sangat terkejut ketika mendapati siapa yang ada dibalik pintu itu. Buru-buru dia akan kembali menutup pintunya, tapi orang itu berhasil menahannya.

"Dengerin papa dulu Ra." Ucap orang itu. Ya itu Yudha, papa Kia. Airmata Kia sudah berkumpul di pelupuk matanya, siap meluncur kapan saja.

"Kamu pulang ya ??" Ucap papanya lembut. Tapi hal itu membuat Kia menatap papanya bingung. Tidak seperti biasanya papanya seperti ini. Memang sih, baru kali ini Kia sampai tidak pulang ketika dia sakit.

"Buat apa ?? Bukannya papa waktu itu udah ngusir aku ??" Tanya Kia dengan mata yang masih berkaca-kaca.

"Buat apa aku pulang pa ?? Kalian aja nggak mengharapkan aku kok. Aku hanya aib keluarga dan musibah bagi kalian." Ucap Kia dengan tatapan sendu.

"Bukan gitu Ra. Maafin papa ya. Papa waktu itu tertutup sama emosi papa." Jelas Yudha. Kia tersenyum getir. Dia menunduk kemudian mengusap airmatanya yang berhasil lolos begitusaja di pipinya.

"Pa, papa tau nggak sih. Dengan papa bilang gitu ke aku, perasaanku sakit pa. Aku bahkan nggak pernah menuntut banyak dari kalian. Aku cuma mau kasih sayang dari kalian, kepedulian kalian. Tapi kalian nggak pernah ngasih itu semua ke aku semenjak dua saudaraku hilang dan dinyatakan meninggal. Bukan cuma kalian pa yang kehilangan, aku juga. Mereka saudaraku !! Tapi kalian nyalahin aku seolah-olah memang aku yang salah." Tegas Kia dengan suara yang semakin serak.

"Kenapa ?? Papa mau bilang kalau semua itu memang aku yang salah ?? Aku bahkan nggak inget pa sama kejadiannya. Tapi bukannya kalian berusaha buat ngembaliin ingatan itu, kalian malah buat aku semakin lupa sama kejadian yang sebenarnya. Kalian makin bikin aku percaya sama ingatan yang kalian ciptakan selama ini." Ucap Kia lirih.

"Yudha !! Ngapain kamu kesini ??" Tanya Jeffry yang barusaja pulang. Dia barusaja pulang kerja dan sudah mendapati Kia sedang menangis.

"Aku cuma mau ajak Yara pulang." Jawab Yudha.

"Ngajak Yara pulang ?? Setelah semua yang udah kamu lakuin ke dia ?? Hati nurani kamu kemana ?? Udah cukup Yara tersiksa selama ini, jangan ditambah lagi !!" Tegas Jeffry menolak telak permintaan Yudha.

"Dia putriku !! Aku berhak mengajaknya pulang kerumah !!" Ucap Yudha tak kalah tegas.

"Rumah ?? Rumah bagi kebanyakan orang adalah tempat ternyaman. Tapi tidak bagi Yara. Rumahmu itu, udah seperti neraka bagi Yara. Kamu nggak sadar sama apa yang udah kamu lakuin ke putri kamu sendiri hah ??!! Putri yang udah anggap papanya sendiri sebagai cinta pertamanya !! Tapi papanya bahkan nggak tau diri !! Berapa banyak luka lagi yang mau kamu kasih ke dia ??!!" Bentak Jeffry jengah sendiri.

Nothing Impossible (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang