27. Lo Enggak Sendirian Kok

45 15 22
                                    

⚠️⚠️ Visualisasi hanya berlaku di cerita ini. Jangan pernah dibawa ke dunia nyata !!!

Happy Reading 💚💚💚

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


Hari sudah sore dan Kia masih berada di rooftop dengan pintu yang sengaja dia kunci. Dia tidak mau kalau ada orang yang masuk lagi seperti Freya tadi. Dia hanya butuh waktu untuk sendiri. Memikirkan setiap kata yang keluar dari mulut Jeno tadi pagi. Bahkan sekarang pun suara Jeno seperti masih terngiang-ngiang di telinganya. Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak tadi, tapi Kia masih belum mau beranjak dari tempatnya.

Sampai akhirnya dia memutuskan untuk pulang. Lebih tepatnya dia tidak tau harus pergi kemana. Kedua orangtuanya belum tentu mengizinkannya pulang meskipun papanya pernah menjemputnya. Tapi mamanya belum tentu mengizinkan dia kembali kan ?? Sedangkan Jeno, cowok itu sudah mengeluarkan kata-kata yang sukses membuat Kia enggan untuk pulang kerumah Jeno.

Kia hanya berjalan perlahan keluar gerbang. Sekolah ternyata sudah sepi. Hanya ada beberapa anak osis dan anak yang masih mengikuti ekstra. Kia duduk di halte bus karena dia memutuskan untuk naik bus saja. Toh, Mark juga sudah pulang lebih dulu. Karena cowok itu mungkin berfikir kalau Kia akan pulang bersama Jeno. Selama Kia mengunggu bus nya datang, ada suara yang sukses menyita perhatiannya.

"Pulang bareng gue yuk, gue anterin." Ternyata itu Nana, yang duduk diatas motor yang selalu dia bawa ke sekolah. Kia menatap Nana dengan tatapan datar. Dia sama sekali tidak berminat untuk menjawab pertanyaan cowok itu.

"Mau sampe kapan lo disini ?? Nanti lo diculik sama om-om. Mending pulang, rebahan dirumah. Lagian gue juga nggak rela kalo sampe calon pacar gue yang cantik ini, diculik sama om-om." Tutur Nana.

"Pulang kemana ?? Apa gue bisa pulang sedangkan rumah gue sendiri udah nggak bisa bikin gue nyaman ??" Tanya Kia lirih. Bahkan Nana hampir tidak mendengarnya. Nana menghela nafasnya. Dia baru kali ini melihat Kia seperti ini.

"Yaudah kalo gitu kita makan aja. Gue yang bayar." Ajak Nana lagi berusaha membujuk Kia agar gadis itu menerima tawarannya.

"Gue nggak mau, motor lo ketinggian." Jawab Kia. Jujur Kia tidak nyaman jika harus berboncengan dengan motor yang setinggi itu.

"Oke, gue telfon adek gue aja biar suruh supirnya buat kesini. Biar lo nggak ada alasan buat nolak ajakan gue." Ucap Nana kemudian turun dari motor dan duduk disamping Kia. Dia menelfon seseorang yang menurut Kia adalah adiknya itu.
























🐶🐶🐶


































Setelah beberapa menit mereka berdua menunggu adik dari Nana datang, mereka hanya saling diam. Sampai pada akhirnya sebuah mobil hitam mendekat kearah mereka dan kaca bagian belakang terbuka. Menampakkan seorang anak laki-laki yang masih menggunakan seragam SMP.

"Ayo bang !!" Panggil anak itu.

"Pak, bapak bawa motor saya aja ya. Biar saya yang bawa mobilnya. Dia nggak mau naik motor setinggi itu soalnya. Nanti bilangin ke mama ya kalo saya sama adek lagi makan diluar. Mama juga suruh makan duluan aja ya pak, nggak usah nunggu kita." Ucap Nana pada sang sopir sambil menunjuk kearah Kia. Sang sopir mengangguk kemudian turun dari mobil dan beralih pada motor milik Nana.

Mau tidak mau Kia akhirnya menyetujui permintaan dari Nana itu. Dia sudah kehabisan alasan untuk menolak permintaan cowok itu. Dia juga terlalu malas memikirkan berbagai cara untuk menolak Nana, karena ujungnya pasti ada solusi yang Nana ciptakan agar Kia menerima ajakannya itu. Selama di perjalanan, mereka hanya saling diam. Kia yang duduk disamping Nana hanya menatap keluar jendela dengan pikiran yang kosong. Adik dari Nana, Jiji bahkan tidak tau harus mengajak ngobrol bagaimana. Dia hanya bertukar bahasa isyarat dengan Nana lewat spion tengah mobil.

Nothing Impossible (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang