⚠️⚠️ Visualisasi hanya berlaku di cerita ini. Jangan pernah dibawa ke dunia nyata !!!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Hati Jeno seakan teriris ketika melihat kondisi Kia saat ini. Perban di kepala dan tangannya, kaki kirinya yang di gips karena patah. Pipi dengan bekas tamparan. Selang oksigen di hidungnya. Jarum infus yang menancam di tangan kanannya. Beberapa luka gores di wajah dan tangannya. Dan Jeno yakin pasti ada luka lebam juga di tubuh gadis itu. Terlihat jelas dari bekas tamparan di pipinya. Tidak mungkin kalau papanya tidak memukulinya waktu itu. Sudah beberapa jam ini Jeno menunggu Kia membuka matanya semenjak gadis itu dipindah ke kamar inap. Bukan di ruang ICU lagi karena kondisinya yang kritis seperti kemarin.Jeno duduk di kursi samping brankar Kia. Dia enggan menyentuh tubuh Kia. Dia sangat takut, takut menyakiti sahabatnya itu. Karena dia tidak tau dimana saja luka yang barusaja Kia dapatkan. Airmata Jeno turun begitusaja tanpa diperintah. Menciptakan isakan kecil yang menggema di seluruh ruangan yang ditempati Kia.
"Maaf Ki... Maaf karena gue nggak ada buat lo waktu itu. Maaf Ki, gue minta maaf." Ucap Jeno disela-sela isakannya.
"Pasti sakit ya Ki ?? Sama Ki, gue juga sakit lihat lo kayak gini. Tapi pasti lo yang lebih sakit. Fisik dan hati lo pasti lebih sakit karena ngalamin semua ini." Lanjut Jeno kemudian meraih tangan Kia yang tertancap jarum infus disana. Mencium tangan itu lembut, takut jika menyakiti tangan itu. Dia kemudian meletakkan tangan itu di pipinya.
"Kenapa lo nggak telfon gue waktu itu ?? Kenapa lo nggak bilang kalo lo butuh gue ?? Kenapa lo nggak bilang kalo lo habis kena marah ?? Kenapa ??" Jeno masih menyesali ketika dia meninggalkan Kia untuk pergi ke olimpiade itu. Meskipun bukan sepenuhnya salah Jeno. Karena memang Jeno tidak bersalah sama sekali.
"Cepet bangun ya Ki." Ucap Jeno kemudian kembali mencium punggung tangan Kia.
🐶🐶🐶
Jeno terbangun dari tidurnya ketika merasa ada tepukan di pipinya. Dia perlahan membuka matanya dan sudah mendapati wajah jutek Kia. Dia juga memberikan tatapan protes pada Jeno. Jeno masih belum sadar kalau sedaritadi dia menggenggam tangan Kia yang terdapat infus disana. Jeno baru tersadar ketika Kia menarik tangannya dari Jeno.
"Apaan sih lo, tidur mah tidur aja. Nggak usah meluk-meluk tangan gue. Ntar naksir mampus lo !!" Protes Kia ketika menarik tangannya dari Jeno. Jeno masih bingung dengan keadaan sekitarnya. Bahkan dia masih cengo karena perlakuan Kia barusan.
"Lo udah bangun ??" Pertanyaan itu adalah pertanyaan bodoh yang pernah Kia dengar. Sudah jelas-jelas dia sudah membuka matanya, tapi masih ditanya udah bangun apa belum. Sahabatnya ini benar-benar ajaib.
"Belum !! Gue masih berkelana. Dan yang sekarang bangunin lo itu roh gue bukan gue !!" Sarkas Kia. Jeno lagi-lagi cengo, mencoba mencerna ucapan Kia barusan. Kia yang masih gemas langsung menggeplak kepala Jeno.
Plakk...
"Ya udah lah bego !! Gue udah protes ke lo. Udah ngomong sama lo. Udah buka mata. Dan barusan, gue udah ngegeplak kepala lo. Masih kurang ?? Mau gue geplak lagi ??" Tawar Kia dengan memberi ancang-ancang akan memukul kepala Jeno lagi.
"Iya-iya enggak. Nggak usah." Ucap Jeno. Dia bahkan sampai heran. Bisa-bisanya orang baru sadar udah kayak gitu. Disaat semua orang yang baru sadar masih lemas, eh Kia malah udah main geplak kepalanya Jeno. Tapi dengan begitu Jeno jadi yakin, kalau Kia tidak kenapa-napa.
![](https://img.wattpad.com/cover/230193090-288-k749773.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nothing Impossible (END)
Fanfiction⚠️ Cerita murni karangan author sendiri ⚠️ Plagiat pergi jauh-jauh !!! ⚠️ Start 16 Februari 2021 . . . . . Kisah dari Jeno (Lee Jeno) yang mempunyai seorang sahabat sejak dia kecil bernama Kia (Kim So Hyun). Mereka yang saling bertetangga membuat hu...