43. Arti dari Sebuah Pemberian

62 12 31
                                    

⚠️⚠️ Visualisasi hanya berlaku di cerita ini. Jangan pernah dibawa ke dunia nyata !!!

Happy Reading 💚💚💚

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Mau tanya sesuatu dong. Tapi di note bawah aja ya sekalian 😊😊😊

Ryan terbangun dari tidurnya ketika jam menunjukkan pukul 2 pagi. Dia berniat ingin minum tapi air yang ada di samping nakas miliknya ternyata sudah habis. Dia kemudian keluar dan akan turun untuk mengambil minum. Tapi ketika dia melewati kamar milik Kia, Ryan mendengar suara. Seperti orang menangis dan meracau ?? Dia kemudian mendekat kearah kamar Kia, takut kalau ternyata itu adalah Kia. Dan benar saja, ketika dia membuka pintu kamar Kia, dia melihat kalau Kia sedang meracau dan menangis juga. Tapi matanya masih tertutup. Tangannya mencengkeram kuat selimut yang dia gunakan. Keringat juga memenuhi dahi dan pelipisnya.

"Jangan hiks !! Jangan bunuh mama !! Jangan hiks !! Biar gue aja !! Jangan mama !! Gue mohon jangan mama hiks !!" Ryan langsung menepuk-nepuk pipi Kia agar gadis itu terbangun.

"Yara, bangun !! Hei kamu kenapa Yara ?? Bangun !!" Ucap Ryan sambil berusaha membangunkan Kia. Kia langsung membuka matanya dengan nafas yang memburu. Dia kemudian melihat kearah samping kanan dan menemukan keberadaan Ryan disana. Kia langsung memeluk kembarannya itu untuk mencari ketenangan. Ryan langsung membalas pelukan Kia dan membiarkan Kia tenang lebih dulu.

"Udah, kamu minum dulu." Ucap Ryan sambil memberikan segelas air pada Kia yang dia ambil dari nakas Kia. Kia meneguk habis air yang tadi Ryan berikan padanya kemudian mengatur nafasnya.

"Kenapa ?? Mimpi buruk ?? Kenapa sama mama ??" Tanya Ryan sambil mengusap keringat yang ada di dahi dan pelipis Kia. Kia menggeleng tidak mau menceritakan hal itu pada Ryan. Karena dia tidak ingin membuat Ryan juga khawatir.

"Hei, kamu udah janji nggak akan ada yang kamu tutupin lagi. Aku udah tau semua, jadi kamu nggak perlu sembunyiin itu lagi dari aku." Ucap Ryan sambil mengusap pelan kepala Kia.

"Orang itu, yang waktu itu kamu temui di cafe. Aku udah tau tujuan dia sebenarnya. Dia ngincar Jeno dan salahsatu dari kita tapi tidak dengan kamu." Ucap Ryan menatap teduh mata milik Kia. Kia tertegun, dia tidak menyangka kalau Ryan akan mengetahuinya sendiri tanpa ia beri tau.

"Kamu nggak perlu sembunyiin ini semua dari aku, ataupun dari Rendi. Kita bertiga harus hadapi sama-sama. Kita berjuang bersama." Ucap Ryan.

"Aku takut." Gumam Kia nyaris tidak terdengar. Dia sekarang sudah menundukkan kepalanya. Ryan mengangkat dagu Kia agar matanya dan mata milik Kia bertemu.

"Aku sama Rendi udah janji bakalan selalu lindungi kamu. Dan kamu juga udah janji kalau nggak akan ada yang kamu sembunyiin lagi dari kita, termasuk masalah serius seperti ini. Jadi, jangan sembunyiin apapun lagi ya. Nggak bagus buat kesehatanmu kalau kamu mendam masalah kamu sendiri. Aku sama Rendi ada buat kamu biar kamu ada teman untuk membagi masalahmu." Ucap Ryan. Dia kemudian menarik Kia kedalam pelukannya lagi. Hangat, pelukan hangat dari seorang kakak yang dulu selalu Kia inginkan. Dan sekarang dia benar-benar mendapatkannya.

"Makasih, makasih sudah kembali."






























🐶🐶🐶






















Nana langsung memasuki rumah keluarga Arsenio ketika dia sudah mendapat izin untuk masuk. Dia kemudian disambut oleh Ryan yang berjalan kearah depan, ke halaman depan. Ryan menyuruh Nana masuk kedalam dan duduk di ruang keluarga. Dia tentu tau tujuan Nana datang sepagi ini. Apa lagi kalau bukan mau ngajak Kia jalan. Terdengar suara teriakan dari lantai dua yang sepertinya Nana sudah tau berasal darimana suara itu. Darimana lagi kalau bukan dari Kia dan Rendi. Tak lama, Yudha datang menghampiri Nana agar Nana tidak sendirian.

Nothing Impossible (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang